mendemonstrasikan peningkatan ekspresi CK 13 dan 16 pada area perifer pars tensa yang diinduksi oleh kolesteatoma oleh ligasi liang
telinga dan area perifer dan sentral pars tensa yang diinduksi kolesteatoma oleh obstruksi tuba Eustachius.Peningkatan ekspresi
human intercellular adhesion molecule-1 dan –2 memiliki peran migrasi sel ke jaringan. Adanya heat shock protein 60 dan 70 menunjukkan
proliferasi dan diferensiasi aktif dari keratinosit basal yang berhubungan dengan kolesteatoma Chole Sudhoff 2005.
Berbagai laporan
menyatakan respon imun terlibat pada hiperproliferasi epitel kolesteatoma. Sel Langhans dapat menyebabkan
reaksi imun dan menunjang proliferasi epitel berkeratinisasi oleh IL- 1α
Chole Sudhoff 2005.
d. Teori metaplasia skuamosa
Infeksi atau inflamasi jaringan yang kronis dapat mengalami transformasi metaplasia. Epitel kuboid pada telinga tengah dapat berubah
menjadi epitel berkeratinisasi. Epitel skuamosa berkeratinisasi telah ditemukan pada biopsi telinga tengah pada penderita otitis media pada
anak. Namun progresivitas dari kolesteatoma masih belum berhasil
dipaparkan Chole Nason 2009.
2.2.6. Inflamasi dan hiperproliferasi
Epitel kolesteatoma walaupun tidak bersifat neoplastik tetapi bersifat hiperproliferatif. Involucrin adalah prekursor pembentukan lapisan teratas
dari epidermis, ditemukan hanya pada high suprabasal layer pada kulit yang normal. Pada kolesteatoma, involucrin ditemukan di semua lapisan
suprabasal, yang mengakibatkan peningkatan akumulasi dari keratin di dalam epidermis. Beberapa studi juga menunjukkan peningkatan ekspresi
dari marker proliferasi pada lapisan basal dan supra basal dari epidermis, yaitu CK4, CK56, CK 10, CK1316, epidermal growth factor receptor
EGFR, keratinocyte growth factor KGF, dan Ki-67. Distribusi yang
Universitas Sumatera Utara
abnormal dari p-53, c-jun dan ekspresi c-myc juga terlibat dalam proses hiperproliferatif. Studi terbaru menggunakan teknologi cDNA array juga
mengidentifikasi ada gen-gen lain yang memegang peranan dalam pembentukan kolesteatoma seperti calgranulin AB, thymosin dan
extracellular matrix protein-1 Chole Nason 2009. Faktor penting lain yang berperan dalam proses hiperproliferatif adalah
inflamasi kronis. Pada stroma dari kolesteatoma terdapat fibroblas, sel-sel Langerhans, sel-sel mast, limfosit yang teraktivasi, makrofag dan
keratinosit. Keratinosit memproduksi keratin dalam jumlah yang besar. Inflamasi dengan atau tanpa infeksi merekrut sel-sel tersebut untuk
membentuk suatu lingkungan dengan peningkatan konsentrasi dari sitokin proinflamasi. Lingkungan dapat menstimulasi keratinosit basal untuk
berproliferasi aktif dan memicu pertumbuhan kolesteatoma Chole Nason 2009.
Pada penyakit otitis media kronis dengan kolesteatoma, erosi dari tulang hampir selalu ada dan merupakan penyebab utama dari morbiditas
penyakit ini. Tulang merupakan organ dinamis yang secara konstan melakukan remodeling untuk mendapatkan kondisi homeostasis kalsium
dan integritas struktural. Sintesa dari matriks dilakukan oleh osteoblas sementara proses resorpsi diatur oleh osteoklas Chole Nason 2009.
Terdapat konsep yang bertentangan antara nekrosis akibat tekanan atau sekresi enzim proteolitik oleh matriks kolesteatoma. Saat ini diketahui
aktifitas osteoklas pada inflamasi akan menyebabkan resorpsi tulang. Pembentukan osteoklas dari sel-sel prekursor dikontrol oleh 2 sitokin
esensial yaitu Receptor Activator of Nuclear Factor κB Ligand RANKL
dan Macrophage Colony Stimulating Factor M-CSF. Pada keadaan normal, osteoblas memproduksi M-CSF dan RANKL untuk memulai
pembentukan osteoklas dengan menarik reseptor- reseptor c-fms dan Receptor Activator of
Nuclear Factor κB RANK. Pada kondisi patologis, banyak sel yang terlibat untuk menghasilkan sitokin-sitokin tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Inhibitor yang penting pada proses tersebut yaitu osteoprotegrin OPG yang berkompetisi dengan RANK untuk RANKL.
Jeong et al. 2006 seperti yang dikutip oleh Chole Nason 2009 menemukan peningkatan jumlah RANKL pada kolesteatoma dibandingkan
dengan kulit postaurikular yang normal. Hasil ini menyatakan jaringan kolesteatoma meningkatkan rasio RANKLOPG pada proses inflamasi dan
berpotensi untuk proses osteoklastogenesis. Sitokin inflamasi seperti TNF-
α, IL-1 dan IL-6 prostaglandin juga diketahui meningkatkan osteoklastogenesis. Kolesteatoma yang terinfeksi diketahui lebih cepat
mendestruksi tulang. Peningkatan level dari virulensi bakteri sepertinya memegang peranan penting terhadap fenomena ini.
2.2.7. Komplikasi OMSK dengan kolesteatoma