Diagnosis OMSK Otitis Media Supuratif Kronis OMSK

aerasi antrum dan mastoid dengan mengurangi ruang antara osikel dan mukosa yang memisahkan telinga tengah dari antrum. Obstruksi kronis menyebabkan perubahan ireversibel di dalam tulang dan mukosa Chole Nason 2009.

2.1.3. Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Gejala klinis meliputi tuli, otorea, otalgia, obstruksi hidung, tinitus dan vertigo. Tuli dan otorea merupakan gejala yang paling umum terjadi Chole Nason 2009. OMSK ditandai oleh otorea yang banyak dan intermiten, bila disertai dengan kolesteatoma yang terinfeksi maka menimbulkan bau busuk. Nyeri dapat terjadi sebagai tanda komplikasi intrakranial dari kolesteatoma. Gejala lainnya adalah otorea yang berdarah, vertigo akibat fistula labirin, paralisis nervus fasialis atau gejala neurologis akibat penyebaran intrakranial. Jaringan granulasi sering yang sering dijumpai pada otitis media kronis disebabkan oleh reaksi inflamasi Yates Anari 2008; Chole Nason 2009. Diagnosis OMSK dan kolesteatoma telinga biasanya dilakukan dengan pemeriksaan otomikroskopik. Perlu juga untuk mengevaluasi nasofaring karena disfungsi tuba Eustachius sering menyebabkan OMSK pada beberapa kasus. Pemeriksaan dengan mikroskop akan membantu untuk mengidentifikasi perforasi membran timpani, retraction pockets, kolesteatoma, dan jaringan granulasi. Primary acquired kolesteatoma akan terlihat pada daerah posterosuperior membran timpani yang tampak seperti defek mutiara putih yang mengandung debris keratin, sementara secondary acquired kolesteatoma dapat dilihat di belakang membran timpani Yates Anari 2008; Chole Nason 2009. Pemeriksaan pencitraan mastoid perlu untuk melihat perluasan penyakit dan untuk mengidentifikasi kolesteatoma. Walaupun Computed Tomography CT dianggap merupakan ”gold standard” untuk Universitas Sumatera Utara mendiagnosis kolesteatoma, namun spesifitasnya kurang untuk membedakan kolesteatoma dengan jaringan granulasi atau edema. Pada CT, kolesteatoma terlihat sebagai lesi yang halus dan berbatas tajam, umumnya CT dilakukan tanpa kontras Wright Valentine 2008; Chole Nason 2009. Pada pemeriksaan dengan magnetic resonance imaging MRI kolesteatoma terlihat sebagai low signal pada T1-weighted images dan high signal pada T2-weighted images. MRI dengan gadolinium sangat berguna bila disangkakan terjadi komplikasi intrakranial karena keunggulannya dalam visualisasi densitas jaringan lunak. MRI juga efektif untuk mendiagnosis penyakit yang menyebar ke apeks petrosa Wright Valentine 2008;

2.1.4. Penatalaksanaan OMSK