Metode pewarnaan imunohistokimia Imunohistokimia

meninggalkan kanalis Fallopian dan berjalan melalui kanalikulus bersama nervus korda timpani untuk memasuki telinga tengah. Akhirnya, arteri timpani inferior, cabang dari arteri faringeal asenden, memasuki telinga tengah melalui kanalikulus timpani di dalam hipotimpani dengan cabang timpani dari nervus ke sembilan Gacek 2009.

2.6. Imunohistokimia

Pemeriksaan imunohistokimia dapat memberi informasi mengenai kandungan berbagai unsur molekul di dalam sel normal maupun sel neoplastik. Dasar dari pemeriksaan ini adalah pengikatan antigen yang terkandung dalam sel dengan antibodi spesifiknya yang diberi label chromogen. Teknik ini diawali dengan prosedur histoteknik yaitu prosedur pembuatan irisan jaringan histologi untuk diamati di bawah mikroskop. Irisan jaringan yang didapat kemudian memasuki prosedur imunohistokimia Hardjolukito Endang 2005. Imunohistokimia menjadi teknik pilihan untuk menentukan petanda- petanda biologik tersebut karena relatif mudah, murah dan dapat diterapkan pada sediaan rutin histopatologik. Namun demikian perlu diperhatikan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dimana pengaruh faktor-faktor tersebut dimulai dari tahap pembedahan, pengolahan jaringan hingga penilaian hasil pulasan Hardjolukito Endang 2005.

2.6.1. Metode pewarnaan imunohistokimia

Prinsip dari metode imunohistokimia adalah perpaduan antara reaksi imunologi dan kimiawi, dimana reaksi imunologi ditandai adanya reaksi antara antigen dengan antibodi, dan reaksi kimiawi ditandai adanya reaksi antara enzim dengan substrat Sudiana Ketut 2005. Pemeriksaan imunohistokimia dimaksudkan untuk mengenali bahan spesifik tertentu didalam jaringan dengan menggunakan antibodi dan Universitas Sumatera Utara sistem deteksi yang memungkinkan untuk mengenali bahan spesifik tersebut secara visual Sudiana Ketut 2005. Antibodi bereaksi terhadap determinan dari antigen yang berada dalam bahan spesifik yang diperiksa. Antibodi-antibodi ini akan berikatan dengan bahan dalam jaringan, dan antibodi-antibodi ini diketahui dengan menggunakan antibodi-antibodi lain yang dirancang untuk mengenal immunoglobulin tersebut dari spesies-spesies yang terekspos dengan bahan asli atau original Sudiana Ketut 2005. Antibodi-antibodi penentu anti-antibodi dari spesies lain ini ditempeli tagged dengan beberapa molekul pelapor reporter molecule misalnya fluorecein atau enzim yang dapat mengkatalisa reaksi selanjutnya menuju produk yang dapat dilihat Sudiana Ketut 2005. Pewarnaan imunohistokimia pada dasarnya ada dua macam metode yaitu Sudiana Ketut 2005: a. Metode direct Pada metode ini antibodi monoklonal yang digunakan untuk mendeteksi suatu marker pada sel, langsung di label dengan suatu enzim b. Metode indirect Pada metode imunohistokimia indirect, antibodi monoklonal yang digunakan untuk mendeteksi suatu marker pada sel, tidak dilabel dengan suatu enzim. Antibodi ini dikenal dengan sebutan antibodi primer. Namun pada metode ini bukan berarti tidak membutuhkan antibodi yang dilabel enzim. Hal ini tetap dibutuhkan tetapi yang dilabel adalah antiimunoglobulin, dalam imunohistokimia indirect dikenal dengan sebutan antibodi sekunder. Untuk melabel antibodi sekunder dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung artinya antibodi sekunder telah terlabel oleh suatu enzim. Sedangkan secara tidak langsung artinya pelabelan antibodi sekunder dengan suatu enzim adalah menggunakan suatu bahan perantara kombinasi seperti : biotin-streptavidin atau biotin-avidin. Universitas Sumatera Utara Penilaian pewarnaan imunohistokimia Penilaian pewarnaan imunohistokimia semikuantitatif dilakukan dengan melihat intensitas pewarnaan yang terdiri dari 0, 1, 2, atau 3 dan luas pewarnaan yaitu 0: 0, 1: 10, 2: 10-50,. 3: 50 . Skor intensitas pewarnaan dan skor luas pewarnaan dikalikan untuk mendapatkan skor imunoreaktifitas dengan nilai maksimum 9. Semua kasus dengan intensitas pewarnaan moderat 2 atau 3 pada minimum 10 sel tumor dikategorikan sebagai ekspresi positif yaitu bila skor 4-9 Tan Puti 2005. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Teori