BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis media supuratif kronis OMSK merupakan penyakit yang sering terjadi pada negara berkembang dan komplikasi yang menyertainya masih
merupakan problem utama Viswanatha Naseeruddin 2013. Pada negara berkembang masalah kemiskinan, rendahnya pengetahuan,
kurangnya tenaga spesialis dan akses pelayanan kesehatan yang terbatas memperburuk perjalanan penyakit dan komplikasi OMSK Orji
2013.
Prevalensi OMSK di negara berkembang dilaporkan sebesar 11, sedangkan di negara maju sebesar 2 Ibekwe Nwaorgu, 2011; Orji
2013. Menurut World Health Organization 2004 penderita penyakit ini di seluruh dunia berkisar antara 65-330 juta penderita, 60
diantaranya 39-200 juta mengalami kematian dan ≤ 2 juta mengalami
kecacatan, 94 diantaranya terdapat di negara berkembang.
Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,8 dan pasien OMSK merupakan 25 dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
rumah sakit di Indonesia Kelompok Studi Otologi PERHATI-KL 2002. Di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan 26 dari seluruh
kunjungan merupakan penderita OMSK Aboet 2008. Suryanti Rukmini 2003 pada penelitiannya di RSUD Soetomo Surabaya menemukan 331
penderita OMSK yang berobat periode Januari 2002 - Desember 2002.
Faktor risiko OMSK adalah lingkungan yang padat, higine yang buruk, nutrisi yang kurang, tingginya koloni bakteri patogen di nasofaring dan
kurangnya pelayanan kesehatan Orji 2013.
OMSK dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe benigna dan tipe bahaya. OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma Chole
Nason 2009. Saat ini pembedahan adalah satu-satunya pengobatan
Universitas Sumatera Utara
yang efektif pada kolesteatoma Wright Valentine 2008. Hal ini menyebabkan penatalaksanaan kolesteatoma menjadi sangat mahal dan
teknik operasinya sulit dikerjakan di negara yang miskin Orji 2013.
Prevalensi kolesteatoma yang pasti belum diketahui. Pada 10 kasus OMSK terdapat kolesteatoma acquired. Insidens kolesteatoma berkisar
antara 3-12 kasus per 100.000 populasi Chole Nason 2009. Di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2006 - 31 Desember 2010
terdapat 119 kasus OMSK dengan kolesteatoma Siregar 2013. Wisnubroto 2002 di RSUD dr. Soetomo Surabaya melaporkan telah
dilakukan operasi mastoidektomi radikal sebanyak 298 56,1 kasus
OMSK dengan kolesteatoma.
Pada 80 kasus kolesteatoma terjadi erosi tulang, hal ini akan menyebabkan komplikasi ekstrakranial dan intrakranial. Erosi tulang yang
disebabkan kolesteatoma ini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada penderita otitis media kronik Vitale Ribeiro 2007.
OMSK dengan kolesteatoma merupakan suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan resorpsi tulang. Reaksi
inflamasi lokal memegang peranan penting pada resorpsi tulang
Kuczkowski et al. 2011.
Chole Nason 2009 menyatakan erosi tulang akibat kolesteatoma dipicu oleh sitokin pro inflamasi seperti tumor necrosis factor alpha
TNF-
α, interleukin-1 IL-1 dan interleukin-6 IL-6.
TNF- α merupakan sitokin pro inflamasi utama pada proses destruksi
tulang. TNF- α menyebabkan destruksi tulang dengan cara bekerja secara
langsung dalam diferensiasi dan maturasi osteoklas, dan secara tidak
langsung mengekspos matriks tulang Vitale Ribeiro 2007.
Beberapa penelitian di dunia telah memperlihatkan peran TNF- α dalam
proses destruksi tulang yang disebabkan oleh kolesteatoma. Kuczkowski et al. 2011 di Polandia menemukan peningkatan kadar TNF-
α, IL-1 dan IL-6 pada pasien otitis media kronis. Terdapat hubungan yang kuat antara
kadar sitokin ini dengan derajat destruksi tulang. Alves Ribeiro 2004 di
Universitas Sumatera Utara
Brasil menyatakan TNF- α sebagai mediator dalam destruksi tulang.
Amar et al. 1996 di Mesir seperti yang dikutip oleh Vitale Ribeiro 2007 menemukan konsentrasi TNF-
α secara signifikan lebih tinggi pada kolesteatoma yang agresif. TNF-
α secara langsung terlibat dalam erosi tulang dan berperan sebagai autocrine growth factor dan secara tidak
langsung merangsang enzim lisozim hidrolase. Yan Huang 1991 di Amerika seperti yang dikutip oleh Vitale Ribeiro 2007 menemukan
penambahan TNF- α pada kultur jaringan tulang merangsang osteoklas
yang menyebabkan rusaknya struktur tulang.
Penelitian yang berhubungan dengan ekspresi TNF- α terhadap derajat
destruksi tulang akibat kolesteatoma belum pernah dilakukan di Indonesia. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada hubungan
antara ekspresi TNF- α dengan derajat dekstruksi tulang akibat
kolesteatoma sehingga memungkinkan penatalaksanaan yang tepat
terhadap kolesteatoma.
1.2. Permasalahan