Inhibitor yang penting pada proses tersebut yaitu osteoprotegrin OPG yang berkompetisi dengan RANK untuk RANKL.
Jeong et al. 2006 seperti yang dikutip oleh Chole Nason 2009 menemukan peningkatan jumlah RANKL pada kolesteatoma dibandingkan
dengan kulit postaurikular yang normal. Hasil ini menyatakan jaringan kolesteatoma meningkatkan rasio RANKLOPG pada proses inflamasi dan
berpotensi untuk proses osteoklastogenesis. Sitokin inflamasi seperti TNF-
α, IL-1 dan IL-6 prostaglandin juga diketahui meningkatkan osteoklastogenesis. Kolesteatoma yang terinfeksi diketahui lebih cepat
mendestruksi tulang. Peningkatan level dari virulensi bakteri sepertinya memegang peranan penting terhadap fenomena ini.
2.2.7. Komplikasi OMSK dengan kolesteatoma
Karena kapasitasnya untuk menyebabkan erosi tulang, yang terdapat pada 80 kasus, kolesteatoma bertanggung jawab terhadap komplikasi
ekstrakranial dan intrakranial. Bila komplikasi ini muncul, menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi Vitale Riberio 2007.
Komplikasi OMSK dengan kolesteatoma dapat berupa Friedland,
Pensak Kveton 2009:
1. Intratemporal a. Mastoiditis
b. Petrositis c. Paralisis nervus fasialis
d. Labirinitis e. Abses subperiosteal
f. Fistel retroaurikular 2. Intrakranial
a. Abses ekstradural b. Abses subdural
c. Meningitis d. Abses otak
Universitas Sumatera Utara
e. Tromboflebitis sinus lateralis f. Hidrosefalus otikus.
2.2.8. Stadium dan derajat destruksi tulang akibat kolesteatoma
Belum ada sistem stadium untuk kolesteatoma yang secara luas digunakan. Pada tahun 1986, Meyerhoff et al. seperti dikutip oleh
Telmesani, Sayed Bahrani 2009 telah mengajukan klasifikasi kolesteatoma berdasaran patofisiologi, lokasi, fungsi tuba Eustachius,
defek pada tulang, dan ada tidaknya komplikasi. Namun hasil tersebut belum secara luas diadopsi disebabkan kurangnya relevansi klinis yang
didapatkan dan beberapa faktor sangat sulit untuk dievaluasi saat
preoperatif
Beberapa klasifikasi stadium kolesteatoma yang sudah dipublikasikan adalah:
a. Menurut Saleh Mills 1999 seperti yang dikutip oleh Nunes et al. 2009
membuat klasifikasi stadium kolesteatoma berdasarkan perluasan lesi, keadaan osikel dan komplikasi pre
operasi. Hal ini menunjukkan hubungan antara stadium penyakit, kerusakan osikel dan terjadinya komplikasi.
• B
erdasarkan lokasi k olesteatoma:
S1 : Bila kolesteatoma terbatas pada lokasi asal S2 : Bila telah terjadi perluasan lokal
S3 : Bila mengenai tiga lokasi S4 : Bila mengenai 4 lokasi
S5 : Bila mengenai lebih dari 4 lokasi • Berdasarkan komplikasi sebelum dilakukannya tindakan
operasi: C1 : Bila tidak terdapat komplikasi
C2 : Bila terdapat komplikasi C3 : Bila terdapat dua komplikasi atau lebih
Universitas Sumatera Utara
b. Menurut Japan Otological Society JOS seperti yang dikutip
oleh Hashimoto-Ikehara et al. 2011: • Stadium I: Kolesteatoma tidak meluas melebihi daerah
atik • Stadium II: Kolesteatoma meluas melebihi daerah atik
• Stadium III: Sejumlah kolesteatoma yang menyebabkan
sedikitnya satu komplikasi di bawah ini: Kelumpuhan saraf fasialis
Komplikasi intrakranial Fistel labirin
Defek luas pada liang telinga luar Ganguan pendengaran sensorineural berat
Adhesi total pada membran timpani
c. Menurut Kuczkowski et al. 2011
• Derajat destruksi tulang akibat kolesteatoma dapat dibagi atas:
Ringan: erosi skutum dan osikel. Sedang: destruksi tegmen dan seluruh osikel.
Berat: destruksi seluruh osikel, tulang labirin, kanalis fasialis dan liang telinga luar.
• Derajat invasi kolesteatoma dan jaringan granulasi dibagi atas:
Meliputi 1 area: epitimpanum atau mesotimpanum Meliputi 2 area: epitimpanum atau mesotimpanum
dan antrum Meliputi 3 area: mesotimpanum, epitimpanum dan
antrum.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Tumor Necrosis Factor Alpha TNF-