Penyiapan sampel Preparasi kulit khatan praeputium

Kulit khatan dalam penelitian ini berasal dari subyek manusia sehingga hasil penetrasi PPD dapat langsung digunakan untuk tujuan asesmen risiko pada penggunaannya sebagai pewarna rambut oksidatif untuk manusia. Rigg dan Barry 1990 menyatakan bahwa kulit manusia dapat disebut sebagai gold standard dalam penelitian uji absorpsi perkutan karena hasil yang diberikan akan lebih akurat dibandingkan hasil yang diberikan pada penggunaan kulit hewan. Kulit khatan yang digunakan berasal dari subyek penelitian manusia berusia di bawah 18 tahun. Kulit khatan dari subyek penelitian manusia berusia di bawah 18 tahun lebih dipilih sebab kulit khatan dari subyek berusia di bawah 18 tahun demikian lebih tersedia dibandingkan subyek berusia di atas 18 tahun. Selain itu, bertambahnya usia akan mempengaruhi variabilitas permeabilitas kulit karena kulit orang tua memiliki stratum korneum yang lebih kering, sehingga mempersulit masuknya senyawa hidrofil.

1. Penyiapan sampel

Sampel pewarna rambut oksidatif yang digunakan adalah campuran dari 20 bungkus sampel pewarna rambut oksidatif yang didapatkan dari enam tempat penjualan sampel berbeda. Sebelum kadar PPD ditetapkan, dilakukan pengujian keseragaman bobot sampel untuk mengetahui keseragaman bobot tiap sampel yang dibuat. Sampel dengan bobot yang seragam akan memiliki kandungan PPD yang seragam, sehingga efek yang ditimbulkan adalah seragam pula.

2. Preparasi kulit khatan praeputium

Preparasi kulit khatan praeputium merupakan tahap awal pada uji difusi dengan FDC. Pada penelitian, kulit khatan yang didapatkan dari subyek penelitian langsung diletakkan dalam cairan ringer laktat. Cairan ringer laktat memiliki komposisi elektrolit dan konsentrasi serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler Kamat, 2013. Penggunaan cairan ini berusaha untuk mempertahankan kondisi kulit seperti aslinya secara fisiologis. Kulit bisa langsung dipakai atau disimpan dalam pendingin dengan suhu di bawah 0 o C untuk beberapa hari. Preparasi dilakukan dengan membersihkan kulit dari jaringan subkutan karena jaringan ini dapat menggangu difusi senyawa. Kulit dipotong sesuai dengan ukuran FDC, yaitu ± 1 cm 2 . Selanjutnya, kulit dipasang dalam seperangkat FDC, lalu kompartemen akseptor dimasukkan magnetic stirrer dan diisi PBS pH 7,4 hingga penuh. Dalam pemasangannya, kulit harus kontak dengan PBS agar senyawa yang diaplikasikan pada kulit dapat berpenetrasi menembus kulit menuju kompartemen akseptor. Magnetic stirrer berguna untuk menghomogenkan senyawa yang terpenetrasi dalam PBS. Dalam pengisian PBS, dipastikan tidak terdapat gelembung udara karena dapat menghalangi kontak antara kulit dengan PBS. Tergantung dari lokasi dalam tubuh dan suhu ruangan, suhu kulit dapat berbeda-beda, namun dalam penelitian ini suhu perangkat FDC dijaga pada 31- 33 o C, yaitu suhu kulit secara umum Bolomey, eegenschmiedt, Fessenden, 1995. Pemilihan suhu merupakan faktor yang penting, karena adanya peningkatan suhu kulit dapat mempengaruhi susunan stratum korneum yang secara umum menyebabkan peningkatan permeabilitas kulit de Jager et al., 2004.

3. Penetapan lag time, koefisien permeabilitas, dan DA