dengan detektor UV dengan panjang gelombang 254 nm. Penetapan kadar PPD pada kompartemen akseptor FDC dan pasta perlu dilakukan agar dapat dilakukan
asesmen risiko terhadap penggunaan sampel yang mengandung PPD.
A. Pembuatan PBS pH 7,4 Konsentrasi 0,01 M
Phospate buffered saline PBS adalah salah satu larutan fisiologis yang
dapat digunakan sebagai cairan reseptor FDC. Larutan ini mengandung NaCl, KCl, Na
2
HPO
4
, dan KH
2
PO
4,
yaitu ion-ion yang diperlukan untuk membran kulit dalam mempertahankan fungsinya pada proses penetrasi senyawa.
Paraphenylenediamine PPD yang terpenetrasi pada kulit akan masuk ke PBS
yang pH-nya sengaja dibuat pada nilai 7,4 agar kondisinya menyerupai plasma darah Sherwood, 2001. Hal ini perlu dibedakan dengan pH kulit yang berkisar 5-
6, karena PPD yang ditetapkan kadarnya adalah PPD yang masuk hingga sirkulasi darah, oleh karena itu pH PBS dibuat 7,4. Larutan yang hendak digunakan sebagai
larutan dalam kompartemen akseptor tidak boleh mengganggu sistem kulit karena dapat mempengaruhi sistem difusi zat.
Phospate buffered saline PBS dapat menjaga kondisi pH agar tetap
stabil dan memiliki osmolaritas yang sama dengan tubuh manusia isotonis dan bersifat non-toksik bagi sel. Paraphenylenediamine PPD memiliki log P
ow
sebesar -0,25 dan memiliki sifat hidrofil. Menurut Kielhorn et al. 2006, PBS dapat digunakan sebagai cairan akseptor pada FDC untuk senyawa hidrofil karena
senyawa hidrofil dapat larut pada PBS. Untuk uji pada senyawa lipofil, cairan reseptor berupa campuran solven seperti etanol dan air untuk menambah kelarutan
senyawa lipofil tersebut.
B. Pembuatan Kurva Baku PPD
Untuk mengetahui seberapa besar PPD yang terdapat dalam kompartemen yang ingin ditetapkan, diperlukan suatu metode yang dapat
menggambarkan hubungan antara konsentrasimassa suatu senyawa baku dengan respon. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah kurva baku. Kurva baku
PPD adalah kurva yang dapat menggambarkan hubungan konsentrasimassa PPD dengan respon. Larutan yang digunakan untuk mendapatkan seri larutan baku
berasal dari pengenceran larutan intermediet dengan PBS. Phospate buffered saline
PBS digunakan sebagai pelarut seri larutan baku karena PBS juga merupakan pelarut dalam kompartemen akseptor FDC yang melarutkan PPD.
Rentang konsentrasi kurva baku yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rentang konsentrasi kurva baku dari hasil validasi metode penelitian
Feliana 2015. Hasil penetapan konsentrasi PPD pada kompartemen akseptor FDC juga masuk dalam rentang konsentrasi ini.
Gambar 9. Kurva hubungan massa PPD dengan AUC
100000 200000
300000 400000
500000 600000
50 100
150 200
250
AUC
Massa PPD ng
Hubungan antara seri larutan baku dan AUC ditunjukkan oleh Gambar 9. Kurva memiliki slope b sebesar 2499,5, intersep a sebesar 3578,2, dan
koefisien korelasi r yaitu sebesar 0,997. Koefisien korelasi yang mendekati positif satu +1 tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
kenaikan konsentrasi dengan kenaikan respon berbanding lurus, maka metode penetapan kadar tersebut dapat digunakan untuk menetapkan kadar PPD.
C. Penetapan Profil Kinetika Penetrasi PPD