Gambar 6. Franz Diffusion Cell FDC Permegear, 2015
F. Kinetika penetrasi
Kulit merupakan organ penentu terbesar penetrasi suatu senyawa. Susunannya yang kompleks dan terdiri dari epidermis, dermis, dan berbagai
appendage membuat kulit memiliki pengaruh pada permeabilitas senyawa yang
hendak masuk ke kulit. Penelitian tentang kinetika penetrasi mulai banyak bermunculan untuk mengetahui gambaran proses penetrasi suatu senyawa melalui
kulit. Koefisien permeabilitas K
p
adalah parameter utama dalam penentuan dermal absorption
. Nilai K
p
digunakan dalam asesmen paparan dermal dan dapat diketahui dengan cara memahami proses yang dapat mempengaruhi penetrasi
senyawa melalui kulit. Pengetahuan yang mumpuni tentang proses penetrasi tersebut memungkinkan peneliti dalam menetapkan K
p
yang digunakan untuk menenetukan dosis yang diabsorpsi pada kulit dan asesmen risiko EPA, 1992.
Sesuai dengan hukum pertama Fick, koefisien permeabilitas dihasilkan pada steady state dan nilainya dapat ditentukan apabila konsentrasi antar dua
kompartemen dapat diketahui. Steady state merupakan kondisi ketika senyawa
yang masuk dan keluar dari suatu kompartemen memiliki nilai yang sama, sehingga dapat dikatakan kecepatan masuk dan keluarnya suatu senyawa dari kulit
adalah sama. Pada uji difusi, steady state tidak dapat langsung tercapai sesaat setelah senyawa melakukan kontak dengan kulit, namun terdapat waktu kontak
untuk mencapai steady state. Waktu ini disebut lag time. Lag time adalah waktu yang dibutuhkan bagi suatu senyawa untuk mencapai steady state yang
didapatkan dari ekstrapolasi hubungan antara massa senyawa yang terpenetrasi dengan waktu, seperti yang terlihat pada Gambar 7 EPA, 1992.
Gambar 7. Lag time dapat ditentukan berdasarkan grafik hubungan antara jumlah obat yang terpenetrasi dengan waktu EPA, 1992
Dose absorbed per event DA
event
adalah dosis senyawa yang terasborbsi pada tiap kali pemakaian suatu produk. Nilai ini dapat dihitung menggunakan
nilai koefisien permeabilitas. Nilai DA
event
perlu dihitungan untuk keperluan asesmen risiko EPA, 1992.
G. High Performance Liquid Chromatography HPLC