Absorpsi transepidermal 2. Absorpsi Perkutan

kulit dan membran mukosa. Daerah ini memiliki tekstur bergelombang pada keadaan biasa Cold, Taylor, 1999.

D. Absorpsi Perkutan

Senyawa dapat masuk ke kulit berdasarkan proses difusi. Difusi adalah proses berpindahnya suatu zat dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, yang dalam proses perpindahannya tidak dibutuhkan energi. Pada absorpsi perkutan, senyawa berdifusi dari permukaan kulit ke dalam stratum korneum dibawah pengaruh gradien konsentrasi dan juga berdifusi melalui epidermis, melalui dermis, dan ke dalam sirkulasi darah Sinha and Kaur, 2000. Penetrasi melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme:

1. Absorpsi transepidermal

Jalur absorpsi transepidemal merupakan jalur difusi melalui stratum korneum yang terjadi melalui dua jalur, yaitu jalur transseluler dan jalur interseluler. Jalur transseluler artinya melalui sel korneosit yang bersifat polar dan melewati daerah interseluler yang kaya akan lipid. Jalur transseluler awalnya dikira menjadi jalur utama untuk transpor zat melalui kulit, namun ternyata bukti eksperimental menunjukkan bahwa jalur tanspor utama melalui stratum korneum adalah melalui jalur interseluler. Pada jalur interseluler, senyawa akan masuk melalui ruang antar sel, yaitu bagian interseluler yang bersifat lipofil Murthy, Narasimha, 2011. Penetrasi transepidermal berlangsung melalui dua tahap. Pertama, pelepasan obat dari pembawa ke stratum korneum, tergantung koefisien obat dalam pembawa dan stratum korneum. Kedua, difusi melalui epidermis dan dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan dermis Anggraeni,

2008. 2.

Absorpsi transappendageal Jalur absorpsi transappendageal merupakan jalur masuknya obat melalui folikel rambut dan kelenjar keringat disebabkan karena adanya pori-pori diantaranya sehingga memungkinkan obat berpenetrasi Anggraeni, 2008. Jalur ini kurang signifikan dalam transportasi zat karena mempunyai luas permukaan yang kecil yaitu hanya sebesar 0,1 dari luas permukaan kulit Murthy, Narasimha, 2011. Gambar 3. Jalur masuknya senyawa ke kulit Lane, 2013 Faktor – faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan senyawa: 1. Konsentrasi senyawa dalam sediaan Bila konsentrasi senyawa dalam sediaan semakin tinggi, maka jumlah senyawa yang diabsorpsi per unit luas permukaan akan semakin besar Ansel, Howard, 2008. 2. Luas permukaan tempat absorpsi Bila luas permukaan tempat absorpsi semakin besar, maka jumlah senyawa yang diabsorpsi per unit luas permukaan akan semakin besar Ansel, Howard, 2008. 3. Karakteristik pembawa Pembawa yang mudah menyebar pada permukaan kulit akan meningkatkan absorpsi. Pembawa yang dapat meningkatkan kelembapan kulit akan meningkatkan absorpsi Ansel, Howard, 2008. 4. Hidrasi kulit Hidrasi stratum korneum akan meningkatkan penetrasi senyawa ke dalam kulit Ansel, Howard, 2008. 5. Afinitas senyawa terhadap kulit Senyawa harus mempunyai afinitas terhadap kulit yang lebih besar terhadap kulit daripada pembawa Ansel, Howard, 2008. 6. Koefisien partisi senyawa Koefisien partisi senyawa mempengaruhi kelarutan senyawa dalam minyak dan air Ansel, Howard, 2008. 7. Cara aplikasi senyawa pada kulit Pengolesan dan penggosokan pada kulit akan meningkatkan penetrasi senyawa ke dalam kulit Ansel, Howard, 2008. 8. Tempat aplikasi senyawa Tempat aplikasi senyawa berpengaruh terhadap kemampuan penetrasi senyawa. Aplikasi pada bagian kulit yang lebih tipis akan meningkatkan penetrasi senyawa daripada aplikasi pada bagian kulit yang lebih tebal Ansel, Howard, 2008. Ketebalan kulit merupakan faktor lainnya yang harus diperhatikan. Secara umum, kulit yang lebih tebal akan memiliki permeabilitas yang lebih rendah daripada kulit yang lebih tipis. Dalam studi absoprsi perkutan orto-fenilfenol yang dilakukan oleh Cnubben et al. 2002, laju penetrasi senyawa pada kulit manusia dan tikus meliputi epidermis dan dermis lebih lambat daripada bagian epidermis manusia dan tikus seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Hubungan dermal absorption orto-fenilfenol dengan waktu pada beberapa jenis kulit Cnubben et al., 2002 9. Waktu kontak senyawa dengan kulit Waktu kontak senyawa yang semakin lama dengan kulit akan meningkatkan penetrasi senyawa ke dalam kulit Ansel, Howard, 2008. Pada tahun 1993, Lotte, Wester, Rougier, dan Mailbach melakukan penelitian terhadap absorpsi perkutan beberapa senyawa organik hidrofil, seperti kafein, asam benzoat, dan asam asetil salisilat pada kulit orang hitam, Asia, dan Kaukasia. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan siginifikan antara profil penetrasi senyawa hidrofil pada ketiga ras kulit tersebut. Gambar 5 menunjukkan kumulatif penetrasi untuk tiga senyawa berbeda pada tiga ras kulit yang diteliti. Gambar 5. Pengaruh ras pada absorpsi perkutan asam benzoat, kafein dan asam asetil salisilat pada kulit orang Asia A, kulit orang hitam B, dan kulit orang Kaukasia C Lotte et al., 1993

E. Franz Diffusion Cell FDC