Hubungan Antara Pola Pengasuhan Orang tua Dan Tingkat
40
Steinberg, 1995. Remaja yang mandiri secara nilai adalah remaja yang bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai
Steinberg, 1995 Pola asuh permisif dibagi menjadi dua, yaitu permissive indulgent dan
permissive indifferent. Permissive – indulgent merupakan suatu gaya pengasuhan
di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka Baumrind, dalam
Santrock, 2002. Pola asuh permisif yang tinggi juga menyebabkan remaja kurang dapat mengelola emosinya sendiri Wahyuni, 2014. Apabila remaja kurang dapat
mengelola emosinya, mudah untuk menumpahkan perasaannya, maka dapat dipastikan remaja tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain Wahyuni,
2014. Baumrind dalam Santrock, 2002 mengatakan bahwa pola asuh permisif menyebabkan anak jarang belajar menaruh hormat karena orang tua tidak
memberi kontrol dalam kehidupan anak. Remaja yang mudah untuk menumpahkan perasaannya dan kurang dapat mengelola emosinya menunjukkan
ketidakmandirian secara emosional Steinberg, 1995. Steinberg 1995 mengatakan remaja yang mandiri secara emosional adalah remaja yang mampu
untuk mengelola emosinya sehingga tidak mudah untuk segera menumpahkan perasaan.
Orang tua permissive – indulgent sangat terlibat dan memiliki kasih sayang
tinggi sehingga cenderung memanjakan Wahyuni, 2014. Hal ini membuat remaja menjadi tidak bertanggung jawab Wahyuni, 2014. Remaja yang belum
mampu untuk bertanggung jawab atas dirinya dikatakan tidak percaya diri dalam
41
menghadapi kehidupannya, sehingga dikatakan belum mandiri secara perilaku Steinberg, 1995.
Pola asuh permissive – indulgent tidak mampu membedakan membuat anak
remaja tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah karena orang tua tidak mengajarkannya Wahyuni, 2014. Remaja juga cenderung
menyalahgunakan kebebasan bahkan jika mereka tahu itu salah karena orang tua sedikit memberi batasan atau kontrol kepada anak Wahyuni, 2014. Hal ini
menunjukkan bahwa remaja belum mandiri secara nilai. Steinberg 1995 mengatakan bahwa remaja yang mandiri secara nilai adalah remaja yang memiliki
kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip benar dan salah, serta penting dan tidak penting.
Permissive – indifferent merupakan merupakan suatu gaya dimana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak Baumrind, dalam Santrock, 2002. Hal ini membuat anak remaja dengan pola asuh permissive
– indifferent belum memiliki perilaku bertanggung jawab karena cenderung berperilaku buruk
terhadap orang lain Mahmud, dalam Monica, 2008. Remaja yang belum memiliki perilaku bertanggung jawab dikatakan belum mandiri secara emosional
Steinberg, 1995. Steinberg 1995 memberi istilah belum terindividuasi bagi perilaku yang belum bertanggung jawab.
Orang tua permissive – indifferent berkonsentrasi pada diri sendiri dan tidak
mempedulikan kebutuhan anak Baumrind, dalam Santrock, 2002. Aisyah 2010 mengatakan bahwa saat anak tidak digubris oleh orang tuanya, anak cenderung
mencari perhatian dengan cara melakukan perbuatan yang negatif. Apabila cara
42
yang ditempuh dapat membuat anak mendapatkan reinforcement, maka anak akan terus melakukan perbuatan negatif Aisyah, 2010. Saat anak mencari perhatian
dengan melakukan perbuatan negatif tanpa memikirkan resiko yang terjadi, maka ini merupakan suatu bentuk ketidakmandirian secara perilaku Steinberg, 1995.
Orang tua permissive – indifferent yang sama sekali tidak peduli pada
kehidupan anak, sehingga tidak pernah mengajarkan norma, membuat anak remaja kurang dapat membedakan nilai yang baik dan yang buruk Monica,
2008. Hal ini menunjukkan bahwa remaja belum mandiri secara nilai belum mampu untuk memaknai seperangkat prinsip benar dan salah, serta penting dan
tidak penting Steinberg, 1995 Beberapa kasus mengenai kehidupan keluarga remaja yang pergi clubbing
yang sudah peneliti uraikan sebelumnya, menunjukkan keluarga menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. Pola asuh otoriter ini tampak dari perilaku orang tua
dari remaja clubbers yang sering memarahi remaja tanpa alasan yang jelas sehingga remaja merasa stress dan penuh tekanan di dalam rumah Ichsan;
Handoyo, 2014. Ajakan dari teman-teman mempengaruhi remaja demi membawanya ke suasana baru dan menyenangkan daripada di rumahnya yang
penuh stress dan tekanan Ichsan; Handoyo, 2014. Pola asuh permisif tampak dari pengabaian orang tua atas perilaku remaja sehingga remaja memiliki
kebebasan untuk clubbing disertai dengan merokok dan meminum alkohol Nindyastari, 2008. Pengabaian orang tua juga terjadi sehingga membuat remaja
melakukan clubbing karena merasa kesepian di rumahnya Ichsan; Handoyo,
43
2014. Hal ini terjadi karena orang tua sibuk melakukan aktivitas tanpa mempedulikan remaja di rumah Ichsan; Handoyo, 2014.
Dari beberapa contoh kasus mengenai remaja clubbers yang peneliti uraikan di atas, orang tua tampak tidak menerapkan pola asuh otoritatif pada remaja
clubbers. Oleh karena itu, peneliti menangkap kesempatan untuk meneliti terkait pola asuh otoritatif karena semakin orang tua remaja clubbers tidak mengasuh
secara otoritatif, semakin remaja clubbers tidak mandiri secara emosional, perilaku, dan nilai. Widiana Nugraheni 2008 mengatakan bahwa ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian.
Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang memberi kehangatan pada anak dan pendampingan kepada anak dalam menghadapi kehidupan mereka
Ngahu, 2006. Anak yang diberi kehangatan oleh orang tuanya cenderung mampu untuk mengelola emosi yang dimiliki, terutama saat memiliki emosi
negatif karena orang tua mendampingi dan memberi arahan Ngahu, 2006. Steinberg 1995 mengatakan bahwa remaja yang mandiri secara emosional
adalah remaja yang mampu mengelola emosinya sehingga tidak mudah untuk segera menumpahkan perasaan saat ada masalah.
Anak yang diasuh secara otoritatif akan memiliki rasa percaya diri Baumrind, dalam Santrock, 2002. Nirwana dalam Longkutoy, 2015
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa dengan asumsi semakin tinggi pola asuh orang tua
otoritatif pada anaknya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri. Steinberg
44
1995 mengatakan bahwa remaja yang memiliki kepercayaan diri adalah remaja yang mandiri secara perilaku.
Orang tua dengan pengasuhan otoritatif menerapkan nilai-nilai dan norma- norma yang diterapkan kepada anak remaja Ngahu, 2006. Anak remaja dibiasakan
untuk menaati nilai dan norma yang diajarkan Ngahu, 2006. Hal tersebut akan melatih kemandirian remaja secara nilai. Steinberg 1995 mengatakan bahwa remaja
yang mandiri secara nilai mampu menimbang segala kemungkinan yang terjadi dalam bidang nilai.
Perkembangan kemandirian nilai didukung juga oleh perkembangan kemandirian emosional emotional autonomy dan kemandirian perilaku
behavioral autonomy. Kemandirian emosional membekali remaja dengan kemampuan untuk melihat pandangan orang tua mereka secara lebih objektif
sedangkan kemandirian perilaku dapat menjadi bekal bagi remaja dalam upayanya mencari kejelasan dari nilai-nilai yang telah ditanamkan orangtua selaku figur
otoritas kepadanya. Oleh karena itu perkembangan kemandirian nilai berlangsung belakangan, umumnya pada masa remaja akhir atau dewasa muda.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter, permissive
–indulgent, dan permissive–indifferent akan menghasilkan remaja yang tidak mandiri secara emosional, perilaku, dan nilai. Pola asuh yang lebih baik
diterapkan oleh orang tua kepada remaja clubbers adalah pola asuh otoritatif sehingga anak remaja akan mandiri secara emosional, perilaku, dan nilai.
45