61
untuk tidak
mengidealkan orang tuanya.
parents as
people, yakni kemampuan
remaja dalam memandang
orang
tua sebagaimana
orang lain pada umumnya.
5, 10 39, 40
4 9,52
nondependency, yakni
suatu derajat di mana
remaja tergantung kepada
dirinya sendiri dari pada
kepada orang
tuanya untuk
suatu bantuan. 1, 15, 6
9, 17, 7 614,28
mereka memiliki derajat
individuasi dalam hubungan
dengan orang tua
individuated. 11
13 2 4,76
2. Kemandiri
an Perilaku memiliki
kemampuan mengambil
keputusan yang ditandai
4, 14, 12 19, 20, 18
614,28
memiliki kekuatan
terhadap pengaruh pihak
lain 41, 23, 25 24, 22, 26
614,28
mereka memiliki rasa percaya diri
self reliance 27,
42, 37, 35
28, 32, 30, 34
819,04 3.
Kemandiri an nilai
keyakinan akan
nilai-nilai semakin abstrak
abstract belief. Perilaku
yang dapat dilihat ialah
remaja mampu
menimbang 33
36 2 4,76
62
berbagai kemungkinan
dalam bidang nilai.
keyakinan akan nilai-nilai
semakin mengarah kepada
yang
bersifat prinsip
principled belief.
3 38
2 4,76
keyakinan akan nilai-nilai
semakin terbentuk dalam
diri
remaja sendiri dan bukan
hanya dalam
sistem nilai yang diberikan
oleh orang tuanya atau
orang dewasa
lainnya independent
belief. 29, 21
31, 16 4 9,52
Jumlah 21 50
21 50 42 100
b Skala Pola Asuh
1 Pola asuh otoriter
Dari 30 variabel aitem yang sudah dibuat, terdapat 14 variabel aitem yang memenuhi kriteria analisis butir dan 16 variabel aitem
yang tidak memenuhi kriteria analisis butir.
2 Pola asuh otoritatif
Dari 30 variabel aitem yang sudah dibuat, terdapat 27 variabel aitem yang memenuhi kriteria analisis butir dan 3 variabel aitem
yang tidak memenuhi kriteria analisis butir.
63
3 Pola asuh permissive-indulgent
Dari 30 variabel aitem yang sudah dibuat, terdapat 7 variabel aitem yang memenuhi kriteria analisis butir dan 23 variabel aitem
yang tidak memenuhi kriteria analisis butir.
4 Pola asuh permissive-indifferent
Dari 30 variabel aitem yang sudah dibuat, terdapat 18 variabel aitem yang memenuhi kriteria analisis butir dan 12 variabel aitem
yang tidak memenuhi kriteria analisis butir. Tabel 7: Blueprint Skala Pola Asuh Setelah Uji Coba
No. Pola Asuh
Unsur Aitem
No. Item Jumlah
Total 1.
Otoriter Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 19, 20, 22, 25, 26,
27. 8
61,53 13
100
Peraturan 3, 5, 6, 7,
8. 11, 16, 17, 18, 21, 23,
24, 28, 29, 30.
5 38,46
2. Otoritatif
Penerimaan 1, 2, 4, 9, 10,
12, 13, 14, 15, 19, 20, 22, 25,
26, 27. 13
48,14 27
100
Peraturan 3, 5, 6, 7, 8,
11, 16, 17, 18, 21, 23, 24, 28,
29, 30. 14
51,85
3. Permissive-
Indulgent Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13,
14, 15, 19, 20, 22, 25,
26, 27. 360
5 100
Peraturan 3, 5, 6, 7,
8, 11, 16, 17, 18, 21,
23, 24, 28, 29, 30.
240
4. Permissive-
Indifferent Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14,
850
64
15, 19, 20, 22, 25, 26,
27. 16
100 Peraturan
3, 5, 6, 7, 8 11, 16, 17,
18, 21, 23, 24, 28, 29,
30. 850
aitem yang gugur
Jumlah aitem yang lolos tidak sama pada masing-masing pola asuh sehingga ada pernyataan yang dapat digunakan untuk
mengungkap keempat jenis pola asuh, ada yang hanya dapat digunakan untuk mengungkap tiga jenis, dua jenis, bahkan ada pula
yang untuk mengungkap satu jenis pola asuh saja. Pernyataan-pernyataan yang lolos untuk empat jenis pola asuh
tidak ada. Peneliti kemudian merevisi aitem yang gugur sehingga diperoleh keempat jenis pola asuh pada 30 item yang tersedia di
awal.
Tabel 8: Blueprint Skala Pola Asuh Untuk Penelitian No. Pola Asuh
Unsur Aitem
No. Item Jumlah
Total 1.
Otoriter Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 19, 20, 22, 25, 26,
27. 15 50
30 100
Peraturan 3, 5, 6, 7, 8.
11, 16, 17, 18, 21, 23,
24, 28, 29, 30.
15 50
2. Otoritatif
Penerimaan 1, 2, 4, 9, 10,
12, 13, 14, 15, 19, 20,
22, 25, 26, 27.
15 50 30
100
Peraturan 3, 5, 6, 7, 8, 15 50
65
11, 16, 17, 18, 21, 23,
24, 28, 29, 30.
3. Permissive-
Indulgent Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 19, 20, 22, 25, 26,
27. 15 50
30 100
Peraturan 3, 5, 6, 7, 8,
11, 16, 17, 18, 21, 23,
24, 28, 29, 30.
15 50
4. Permissive-
Indifferent Penerimaan
1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 19, 20, 22, 25, 26,
27. 15 50
30 100
Peraturan 3, 5, 6, 7, 8
11, 16, 17, 18, 21, 23,
24, 28, 29, 30.
15 50
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran Azwar, 2004. Dengan
demikian, uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat taraf kepercayaan atau keajegan hasil pengukuran. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Pengertian relatif menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-
66
perbedaan kecil di antara hasil pengukuran. Bila perbedaan itu besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak
reliabel Azwar, 2005. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien alpha α dari Cronbach dengan menggunakan
program SPSS for Windows versi 16.0. Hasil penghitungan Cronbach’s
Alpha tersebut adalah sebagai berikut :
a Skala Kemandirian Dengan seluruh aitem, baik maupun kurang baik: 0, 841
Reliabilitas dengan aitem yang baik: 0, 791 b Skala Pola Asuh
Dengan seluruh aitem, baik maupun kurang baik. Pola asuh otoriter
: 0,777 Pola asuh otoritatif
: 0,920 Pola asuh permissive-indulgent
: 0,465 Pola asuh permissive-indifferent
: 0,801 Reliabilitas dengan aitem yang baik.
Pola asuh otoriter : 0,821
Pola asuh otoritatif : 0,904
Pola asuh permissive-indulgent : 0,606
Pola asuh permissive-indifferent : 0,797
67
G. Pengkategorian Pola Asuh
Winarsunu 2006 mengatakan bahwa z-score nilai standar adalah suatu bilangan yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai X menyimpang dari mean
rata-rata dalam satuan standard deviation SD. Z-score nilai standar dapat memberikan satuan ukuran baku dan juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk
membandingkan dua gejala lebih. Dalam penelitian ini, terdapat 4 jenis pola pengasuhan yang digunakan, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola
asuh permissive – indulgent, dan pola asuh permissive – indifferent.
Winarsunu 2006 mengatakan bahwa seorang peneliti tidak dapat menyimpulkan bahwa salah satu pola asuh digunakan secara sepenuhnya daripada
pola asuh lainnya dengan hanya melihat harga yang kelihatan saja. Winarsunu 2006 mengatakan bahwa peneliti harus mencari informasi yang lebih
komprehensif pada setiap distribusi yang diteliti dengan menggunakan z-score nilai standar. Biasanya, karena kategori yang dikehendaki itu adalah kategori
nominal maka tidak terletak pada suatu kontinum Azwar, 2008. Artinya, peneliti tidak dapat mengatakan bahwa jika skor pola asuh rendah maka berarti pola
asuhnya tipe permisif dan kalau skornya lebih tinggi menjadi tipe demokratis dan kalau skornya sangat tinggi menjadi pola asuh tipe otoriter Azwar, 2008
Z-score digunakan dengan cara mengubah skor subjek untuk masing-masing pola asuh ke dalam z-score sehingga setiap subjek memiliki empat skor-z untuk
keempat jenis pola asuh yang akan diungkap. Jelasnya, pada skala pola asuh terdapat aitem-aitem yang mengungkap ciri-ciri pola asuh otoriter, demokratis,
permisif, yang masing-masing memiliki skor tersendiri Azwar, 2008. Winarsunu
68
2006 mengatakan bahwa penghitungan mean rata-rata dan standard deviation SD skor subjek pada masing-masing pola asuh diperlukan untuk dimasukkan ke
dalam penghitungan z-score. Rumus umum untuk menghitung skor-z Azwar, 2008 :
z = X - M SD Keterangan :
z = z-score
X = skor subjek
M = Mean kelompok subjek
SD = Standar Deviasi kelompok
Kategori pola asuh yang digunakan menurut norma kategori skor adalah sebagai berikut Azwar, 2008 :
- Pola asuh Otoriter = z Oto. ≥ 0.50 ; z Demo. 0 ; z Indi. 0 ; z Indu. 0
Distribusi skor-z di atas memenuhi kategori pola asuh otoriter, karena pola asuh otoriter memiliki skor-z lebih besar dari 0.50 sedangkan ketiga pola asuh
lainnya memiliki skor-z lebih kecil dari 0. -
Pola asuh Demokratis = z Demo. ≥ 0.50 ; z Indi. 0 ; z Indu. 0 ; z Oto. 0 Distribusi skor-z di atas memenuhi kategori pola asuh demokratis, karena pola
asuh demokratis memiliki skor-z lebih besar dari 0.50 sedangkan ketiga pola asuh lainnya memiliki skor-z lebih kecil dari 0.
- Pola asuh Indulgent
= z Indu. ≥ 0.50 ; z Oto. 0 ; z Demo. 0 ; z Indi. 0
69
Distribusi skor-z di atas memenuhi kategori pola asuh indulgent, karena pola asuh indulgent memiliki skor-z lebih besar dari 0.50 sedangkan ketiga pola
asuh lainnya memiliki skor-z lebih kecil dari 0. -
Pola asuh Indifferent = z Indi. ≥ 0.50 ; z Indu. 0 ; z Oto. 0 ; z Demo. 0
Distribusi skor-z di atas memenuhi kategori pola asuh indifferent, karena pola asuh indifferent memiliki skor-z lebih besar dari 0.50 sedangkan ketiga pola
asuh lainnya memiliki skor-z lebih kecil dari 0.
Selain keempat kategori pola asuh, dapat pula terjadi subjek masuk dalam kategori tidak terdefinisi not classified. Kategori tidak terdefinisi adalah ketika
subjek memiliki dua atau lebih skor-z yang nilainya lebih besar dari 0.00. Dengan adanya lebih dari satu skor-z yang bernilai lebih dari 0.00 pada satu subjek, maka
subjek tersebut tidak bisa dimasukkan pada salah satu kategori pola asuh sehingga peneliti menggolongkannya pada kategori not classified.
Peneliti menggunakan harga z minimal 0,50 sebagai ciri adanya kecenderungan arah kendali yang dianggap berarti Azwar, 2008. Hal ini berarti
peluang untuk memperoleh harga z yang lebih besar daripada 0,50 hanyalah 39 Azwar, 2008. Peneliti dapat lebih yakin bahwa subjek mencapai kriteria yang
sudah ditentukan Azwar, 2008. Peneliti juga dapat menggunakan harga z minimal 1,0. Hal tersebut berarti peluang untuk memperoleh harga z yang lebih
besar daripada 0,50 hanya tersisa 16 Azwar, 2008