Berdasarkan faktor kelipatan yang maka diperoleh 4 peringkat dosis, yaitu: Dosis I
: 360 mgkgBB : 1,78 =202,24 mgkgBB Dosis II
: 360 mgkgBB Dosis III
: 360 mgkgBB x 1,78 = 640,8 mgkgBB Dosis IV
: 640,8 mgkgBB x 1,78 = 1140,6mgkgBB
6. Penetapan dosis aquadest sebagai kontrol negatif
.ntuk menentukan dosis aquadest digunakan berat badan tertinggi untuk mengetahui jumlah dosis maksimum yang harus diberikan kepada hewan uji.
Berdasarkan rumus didapatkan dosis maksimum, yaitu: D x BB
= C x V D x 350 g
= 1000 mgml x 5ml D
= 1000 mg x 5 350 gBB = 5000 mg 0,35 kgBB =14285,7 mgkgBB
7. Pembuatan infusa biji Persea americana Mill.
Menimbang sebanyak 8 g serbuk kering lalu dimasukkan ke dalam panci enamel, dibasahi dengan aquadest sebanyak dua kali dari bobot yang ditimbang,
yaitu 16 ml. Ditambahkan lagi dengan aquadest 100 ml. Selanjutnya panci enamel dipanaskan diatas penangas air pada suhu 90
C dan dijaga suhunya selama 15 menit. Lima belas menit dihitung ketika suhu mencapai 90
C. Setelah 15 menit larutan diambil dan diperas menggunakan kain flannel hingga mencapai volume
perasan 100 ml infusa biji Persea americana Mill. Pemanasan pada suhu 90 C
selama 15 menit bertujuan untuk mencegah agar senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk biji alpukat tidak rusak. Sementara itu bentuk
sediaan infusa memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, yaitu pembuatan sediaan infusa dapat dilakukan dengan mudah karena sediaan infusa
sama seperti rebusan yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Namun sediaan infusa ini tidak bertahan lama. Apabila sudah lebih dari 24 jam maka sediaan
infusa sebaiknya tidak boleh digunakan karena ditakutkan sediaan tersebut sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme sehingga harus membuat ulang sediaan yang
baru. Hal tersebut merupakan kekurangan dari sediaan infusa.
8. Persiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan sebanyak 50 ekor 25 ekor jantan dan 25 ekor betina yang ditempatkan di dalam metabolic cage. Sebelum dilakukan penelitian,
seluruh tikus diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari di Laboratorium Imono Fakultas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tikus diberi makan seperti biasa, yaitu
pelet AD-2 dan diberi minum Reverse-Osmosis RO. Penelitian dengan hewan coba ini telah mendapat Ethical Clearance dari komisi etik Fakultas Kedokteran
.niversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Lampiran 5.
9. Pengelompokan hewan uji