Pemeriksaan Kadar Kreatinin Darah Tikus

B. Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Persea americana Mill.

Serbuk biji Persea americana Mill. sebelum digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu dilakukan penetapan kadar air yang bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam serbuk biji tersebut memenuhi persyaratan kadar air serbuk simplisia yang baik atau tidak. Berdasarkan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI 1995, syarat kadar air serbuk simplisia yang baik adalah kurang dari 10. Alasan perlu dilakukan penetapan kadar air karena apabila serbuk mengandung air lebih dari 10, maka memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme yang nantinya dapat mencemari serbuk karena air merupakan media yang disukai oleh mikroorganisme. Penetapan kadar air ini dilakukan dengan metode Gravimetri dengan menggunakan alat Moisture Balance. Prinsip dari metode ini adalah penetapan jumlah sampel berdasarkan pengukuran berat zat konstan Sudjadi, 2010. Sebanyak 5 g serbuk biji Persea americana Mill. dipanaskan didalam alat Moisture Balance pada suhu 105 C selama 15 menit. Hasil yang diperoleh, yaitu 5,63 lampiran 6 sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk biji Persea americana Mill. yang digunakan telah memenuhi syarat kadar air simplisia yang baik karena tidak lebih dari 10.

C. Pemeriksaan Kadar Kreatinin Darah Tikus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang ditimbulkan oleh infusa biji Persea americana Mill. terhadap fungsi ginjal dengan melihat perubahan biokimia terhadap kadar kreatinin darah tikus. Pemeriksaan kadar kreatinin darah tikus jantan maupun betina ini dilakukan dua kali, yaitu sebelum pre dan sesudah post tikus diberi infusa biji alpukat selama 28 hari. Pengambilan darah pre dilakukan pada hari ke-0 dan post dilakukan pada hari ke- 29. Pemeriksaan kadar kreatinin pre dilakukan untuk mengetahui kadar kreatinin awal sebelum tikus diberi perlakuan dan untuk mengetahui kemungkinan adanya kondisi patologis terkait dengan fungsi ginjal. Kadar kreatinin yang telah didapat, baik sebelum maupun sesudah perlakuan kemudian dilakukan analisis menggunakan Paired T-test. Menggunakan uji Paired T-test, karena hewan uji yang digunakan sama namun mendapat perlakuan yang berbeda. Selain itu, uji ini dapat melihat apakah terdapat pengaruh yang bermakna pada pemeriksaan kadar sebelum dan sesudah pemberian infusa biji alpukat. 1. Pemeriksaan kadar kreatinin darah tikus jantan sebelum dan sesudah pemberian infusa biji Persea americana Mill. Pemberian infusa biji alpukat pada tikus jantan menggunakan lima kelompok perlakuan, yaitu empat kelompok perlakuan dengan peringkat dosis 202,24; 360; 640,8; 1140,62 mgkgBB dan satu kelompok kontrol aquadest dosis 14285,7mgkgBB. Penggunaan kelompok kontrol bertujuan untuk membandingkan kadar kreatinin darah tikus antara kelompok kontrol normal dengan kelompok perlakuan infusa biji alpukat. Aquadest digunakan dalam kelompok kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan aquadest sebagai pelarut memberikan pengaruh terhadap kadar kreatinin atau tidak. Tabel I. Rerata kadar kreatinin pre dan post pemberian infusa biji alpukat pada tikus jantan selama 28 hari Kelompok Perlakuan mgkgBB N Kadar Kreatinin mgdL Nilai p Pre Mean ± SE Post Mean ± SE I Kontrol aquadest 14285,7 5 0,34 ± 0,02 0,38 ± 0,03 0,178 TB II IBA 202,24 5 0,36 ± 0,02 0,40 ± 0,03 0,374 TB III IBA 360 5 0,38 ± 0,03 0,44 ± 0,02 0,208 TB IV IBA 640,8 5 0,42 ± 0,03 0,44 ± 0,02 0,621 TB V IBA 1140,62 5 0,40 ± 0,03 0,42 ± 0,03 0,374 TB Keterangan = TB : berbeda tidak bermakna p0,05 IBA : infusa biji alpukat Pre : sebelum pemberian infusa biji alpukat Post : sesudah pemberian infusa biji alpukat SE : Standard Error of Mean Gambar 1. Rerata kadar kreatinin darah tikus jantan pre dan post perlakuan infusa biji alpukat selama 28 hari Data yang tersaji dalam tabel I, memperlihatkan adanya peningkatan rerata kadar kreatinin darah tikus jantan sebelum dan sesudah pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari. Dilihat dari nilai p, peningkatan kadar kreatinin pada m g dl kelompok kontrol aquadest dosis 14285,7 mgkgBB menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna p0,05, hal ini membuktikan bahwa aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan kadar kreatinin. Pada kelompok perlakuan infusa biji alpukat dosis 202,24; 360; 640,8 dan 1140,62 mgkgBB juga menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna p0,05 terhadap perubahan kadar kreatinin antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan yang artinya tidak terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat terhadap perubahan kadar kreatinin tikus jantan. Kadar kreatinin pre dan post tersebut masih dalam range normal, menurut Malole dan Pramono 1989, kadar normal kreatinin pada tikus adalah 0,2-0,8 mgdl. Kadar kreatinin tikus jantan yang masih masuk dalam range tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi penurun fungsi ginjal serta laju GFR pun juga normal. Terjadinya peningkatan kadar kreatinin tikus pada kelompok kontrol aquadest maupun kelompok perlakuan infusa biji alpukat yang berbeda tidak bermakna ini dapat dipengaruhi oleh massa otot karena tikus berada pada masa pertumbuhan sehingga massa otot pun akan sedikit meningkat. Semakin besar massa otot, maka kadar kreatinin juga akan sedikit meningkat Marshall, 2012, karena kreatinin merupakan produk dari metabolisme kreatin otot Sacher and Richard, 2004. Oleh karena itu, adanya peningkatan kadar kreatinin tikus yang berbeda tidak bermakna ini bukan disebabkan oleh pengaruh dari senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, alkaloid, tanin dan fenol Arukwe, et.al., 2012 yang terkandung dalam biji alpukat dengan kata lain senyawa aktif dalam biji alpukat tidak menyebabkan kerusakan pada organ ginjal. Kadar kreatinin darah tikus jantan setelah perlakuan ini diuji normalitasnya menggunakan uji statistik Kolmogorov-Sminorv. Hasil yang diperoleh distribusi dari kelima kelompok perlakuan adalah normal, dilihat dari nilai p, yaitu 0,950 p0,05 lampiran 9. Data selanjutnya dianalisis dengan uji One – Way Anova untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok dengan taraf kepercayaan 95. Hasil yang didapatkan, yaitu 0,614 p0,05 lampiran 9 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna terhadap perubahan kadar kreatinin antar kelompok kontrol aquadest dengan kelompok perlakuan infusa biji alpukat. Selanjutnya, hubungan kekerabatan antara dosis infusa biji alpukat dengan peningkatan kadar kreatinin tikus jantan dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. .ji statistika kadar kreatinin darah pada tikus jantan sesudah pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari Dosis Kontrol I II III IV Kontrol - TB TB TB TB I TB - TB TB TB II TB TB - TB TB III TB TB TB - TB IV TB TB TB TB - Keterangan = TB : berbeda tidak bermakna p0,05 Kontrol : aquadest dosis 14285,7 mgkgBB I : infusa biji alpukat dosis 202,24 mgkgBB II : infusa biji alpukat 360 mgkgBB III : infusa biji alpukat 640,8 mgkgBB IV : infusa biji alpukat 1140,62 mgkgBB Pada tabel II yang membandingkan antar kelompok perlakuan infusa biji alpukat dengan empat peringkat dosis dan kontrol negatif yang diberi aquadest terdapat perbedaan yang tidak bermakna sehingga dapat dikatakan tidak terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa biji alpukat dengan peningkatan kadar kreatinin. Hal ini berarti pemberian peningkatan dosis infusa biji alpukat tidak selalu meningkatkan kadar kreatinin tikus jantan gambar 1. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari terhadap peningkatan kadar kreatinin darah tikus jantan. 2. Pemeriksaan kadar kreatinin darah tikus betina sebelum dan sesudah pemberian infusa biji Persea americana Mill. Kadar kreatinin yang telah didapat kemudian dianalisis menggunakan Paired T-test. Hasil yang didapatkan berupa rerata dari kadar kreatinin baik sebelum maupun sesudah pemberian infusa biji alpukat. Rerata kadar kreatinin pre dan post pemberian infusa biji alpukat pada tikus betina dapat dilihat pada tabel III. Tabel III. Rerata kadar kreatinin pre dan post pemberian infusa biji alpukat pada tikus betina selama 28 hari Kelompok Perlakuan mgkgBB N Kadar Kreatinin mgdL Nilai p Pre Mean ± SE Post Mean ± SE I Kontrol aquadest 14285,7 5 0,36 ± 0,04 0,40 ± 0,03 0,178 TB II IBA 202,24 5 0,42 ± 0,03 0,44 ± 0,05 0,621 TB III IBA 360 5 0,36 ± 0,04 0,38 ± 0,03 0,374 TB IV IBA 640,8 5 0,40± 0,03 0,48± 0,03 0,099 TB V IBA 1140,62 5 0,34± 0,02 0,42± 0,05 0,178 TB Keterangan= TB : berbeda tidak bermakna p0,05 IBA : infusa biji alpukat Pre : sebelum pemberian infusa biji alpukat Post : sesudah pemberian infusa biji alpukat SE : Standard Error of Mean Gambar 2. Rerata kadar kreatinin darah tikus betina pre dan post perlakuan infusa biji alpukat selama 28 hari Pada tabel III, menunjukkan rerata kadar kreatinin darah tikus betina mengalami peningkatan dari sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Dilihat dari nilai p, peningkatan kadar kreatinin darah tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis 14285,7 mgkgBB adalah berbeda tidak bermakna p0,05 artinya bahwa aquadest tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan kadar kreatinin tikus betina. Pada kelompok perlakuan infusa biji alpukat dosis 202,24; 360; 640,8 dan 1140,62 mgkgBB terjadi peningkatan kadar kreatinin yang berbeda tidak bermakna p0,05, artinya tidak terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari terhadap perubahan kadar kreatinin tikus betina. Kadar kreatinin pre dan post tersebut masih dalam range normal, menurut Malole dan Pramono 1989, kadar normal kreatinin pada tikus adalah 0,2-0,8 mgdl. Kadar kreatinin tikus betina yang masih masuk dalam range tersebut m g dl menunjukkan bahwa tidak terjadi penurun fungsi ginjal serta laju GFR pun juga normal. Terjadinya peningkatan kadar kreatinin tikus pada kelompok kontrol aquadest maupun kelompok perlakuan infusa biji alpukat yang berbeda tidak bermakna tersebut dapat dipengaruhi oleh massa otot karena tikus berada pada masa pertumbuhan sehingga massa otot pun akan sedikit meningkat. Semakin besar massa otot, maka kadar kreatinin juga akan meningkat Marshall, 2012, karena kreatinin merupakan produk dari metabolisme kreatin otot Sacher and Richard, 2004. Oleh karena itu, peningkatan kadar kreatinin tikus yang berbeda tidak bermakna ini bukan disebabkan karena adanya senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, alkaloid, tanin dan fenol Arukwe, et.al., 2012 yang terkandung dalam biji alpukat dengan kata lain senyawa aktif dalam biji alpukat tidak menyebabkan kerusakan pada organ ginjal. Kadar kreatinin darah tikus betina setelah perlakuan kemudian diuji normalitasnya menggunakan uji statistik Kolmogorov-Sminorv. Hasil yang didapatkan bahwa distribusi kelima kelompok perlakuan adalah normal, dilihat dari nilai p, yaitu 0,933 p0,05 lampiran 11. Analisis statistika untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin antar masing-masing kelompok dengan taraf kepercayaan 95 dengan menggunakan uji One – Way Anova. Hasil yang diperoleh berbeda tidak bermakna, yaitu 0,566 p0,05 lampiran 11. Selanjutnya hubungan kekerabatan antara dosis infusa biji alpukat dengan peningkatan kadar kreatinin dapat dilhat pada tabel IV. Tabel IV. .ji statistika kadar kreatinin darah pada tikus betina sesudah pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari Dosis Kontrol I II III IV Kontrol - TB TB TB TB I TB - TB TB TB II TB TB - TB TB III TB TB TB - TB IV TB TB TB TB - Keterangan = TB : berbeda tidak bermakna p0,05 Kontrol : aquadest dosis 14285,7 mgkgBB I : infusa biji alpukat dosis 202,24 mgkgBB II : infusa biji alpukat 360 mgkgBB III : infusa biji alpukat 640,8 mgkgBB IV : infusa biji alpukat 1140,62 mgkgBB Pada tabel IV yang membandingkan antar kelompok perlakuan infusa biji alpukat dengan empat peringkat dosis dan kontrol negatif yang diberi aquadest terdapat perbedaan yang tidak bermakna sehingga dapat dikatakan tidak terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa biji alpukat dengan perubahan kadar kreatinin. Hal ini berarti pemberian peningkatan dosis infusa biji alpukat tidak selalu meningkatkan kadar kreatinin tikus betina gambar 2. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari terhadap peningkatan kadar kreatinin darah tikus betina.

D. Pemeriksaan Kadar Blood Ureum Nitrogen Darah Tikus

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

Pengujian Toksisitas Subakut Ekstrak Hipokotil Buah Bakau Hitam pada Tikus Galur Sprague Dawley

0 5 52

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis testis dan uterus tikus galur Sprague Dawley.

1 17 110

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis pankreas tikus Sprague Dawley.

0 6 99

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8