Fisiologi ginjal Ginjal 1. Anatomi ginjal

Secara anatomi gambar 2, bagian terluar dari ginjal disebut korteks dengan ketebalan sekitar 1,2 sampai 1,6 cm. Bagian lebih dalam lagi disebut dengan medula. Pada bagian medula ini terdapat piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul kemudian bagian paling dalam disebut pelvis Robbins dan Cotran, 2009. Ginjal bagian kiri maupun kanan masing-masing terdiri dari kurang lebih satu juta nefron. Di dalam nefron terdapat glomerulus yang terletak di korteks ginjal dan hasil penyaringannya akan menuju tubulus ginjal. Tubulus ginjal terdiri dari tubulus proksimal, tubulus distal dan lengkung Henle yang merupakan tempat terjadinya proses reabsorpsi air, elektrolit dan zat-zat penting lainnya. .rin yang dihasilkan akan dialirkan ke dalam duktus koligentes, air dalam urin tersebut akan diabsorpsi lebih lanjut sebelum dialirkan ke piramid ginjal. Bagian tebal dari lengkung Henle asendens memiliki sel yang melekat dengan mesangium ekstra glomerular dan arteriol aferen, ketiganya membentuk aparatus jukstaglomerular. Aparatus ini akan mensekresi renin yang berperan dalam pengaturan aliran darah ke glomerulus serta laju filtrasinya Davey, 2006.

2. Fisiologi ginjal

Proses filtrasi akan memindahkan produk sisa dari darah menuju ke dalam lumen tubulus yang selanjutnya dikeluarkan bersama dengan urin. Air yang menembus dinding duktus koligens akan membantu memekatkan urin yang pada umumnya hipertonik terhadap plasma darah Junqueira, Carneiro, dan Kelley, 2007. Ginjal merupakan salah satu organ vital yang memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut. a. Pembentukan urin. Ginjal membentuk urin yang mengalir melalui ureter ke kandung kemih untuk disimpan sebelum diekskresi. b. Filtrasi. Terjadi di dinding semipermeabel glomerulus dan kapsul Bowman. Air dan molekul kecil lainnya dapat melewati dinding semipermeabel ini. Namun sel darah merah, protein plasma dan molekul besar lainnya terlalu besar untuk difiltrasi sehingga tetap berada di kapiler. c. Mengatur keseimbangan asam-basa. Bersama dengan paru-paru dan sistem dapar cairan tubuh, ginjal turut mengatur asam-basa dengan cara mengekskresikan asam, seperti asam sulfur dan asam fosfat yang dihasilkan oleh metabolisme protein. d. Mengatur produksi eritrosit. Eritropoetin disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan merangsang pembentukan sel darah merah. Salah satu rangsangan yang penting untuk sekresi eritropoetin adalah hipoksia. Pada kondisi normal, ginjal akan mensekresikan seluruh eritropoetin kedalam sirkulasi, namun pada orang dengan penyakit ginjal berat atau ginjalnya sudah diangkat, maka akan timbul anemia berat karena menurunnya produksi eritropoetin. e. Sintesis glukosa. Glukosa disintesis oleh ginjal dari asam amino dan prekursor lainnya selama puasa, yang biasa disebut dengan proses glukoneogenesis. Pada kondisi gagal ginjal akut fungsi homeostatik ini akan terganggu sehingga terjadi abnormalitas komposisi dan volume cairan tubuh yang berat dan cepat. Dalam beberapa hari akan terjadi akumulasi kalium, asam, cairan dan zat- zat lainnya dalam tubuh yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian. f. Mengatur keseimbangan keluaran air dan urin. Keluaran urin minimum merupakan volume terkecil yang diperlukan untuk mengekskresikan produk sisa tubuh, yaitu sekitar 500 ml per hari. Volume urin diatur oleh hormon antidiuretik yng dilepaskan didalam darah oleh lobus posterior kelenjar hipofisis. Hipofisis posterior ini berkaitan dengan hipotalamus di otak Guyton dan Hall, 2008. g. Keseimbangan elektrolit. Adanya perubahan konsentrasi elektrolit didalam cairan tubuh dapat menyebabkan perubahan isi cairan tubuh atau kadar elektrolit. Terdapat beberapa mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit diantaranya adalah mengatur keseimbangan natrium dan kalium, keseimbangan kalsium dan keseimbangan pH normal darah Nurachmah, Angriani, 2011. Fungsi ginjal dapat menurun bisa disebabkan karena salah satu faktor, yaitu adanya penyakit pada organ ini. Pada berbagai keadaan yang menghalangi fungsi ginjal dengan serius dapat menimbulkan gagal ginjal akut maupun kronik. Gagal ginjal akut bisa disebabkan oleh oligouria atau berkurangnya urin, disertai azotemia yang baru timbul. Azotemia adalah suatu kelainan biokimia yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar blood urea nitrogen BUN dan kreatinin yang pada umumnya berkaitan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus sedangkan gagal ginjal kronis ditandai dengan gejala dan tanda uremia yang berkepanjangan yang merupakan hasil akhir dari semua penyakit parenkim ginjal kronik Robbins dan Cotran, 2009. Salah satu penyakit mengenai tubulus, yaitu nekrosis. Nekrosis merupakan suatu pembekakan sel yang kemudian mengalami lisis. Sel yang nefrotik terlihat membesar dan lebih merah dibanding dengan sel normal. Nekrosis ini menyebabkan kematian sel dan memperlihatkan respon peradangan Kumar, Abbas dan Fausto, 2010. Homeostatis konsentrasi air dan elektrolit diatur oleh sistem perkemihan. Ginjal menghasilkan urin yang mengandung produk sisa metabolisme nitrogen, yang meliputi urea, asam urat, kelebihan ion serta beberapa obat. .rin terdiri dari air 96, urea 2, dan 2 terdiri atas asam urat, kreatinin, amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat dan oksalat Nurachmah, Angriani, 2011.

C. Blood Urea Nitrogen BUN

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

Pengujian Toksisitas Subakut Ekstrak Hipokotil Buah Bakau Hitam pada Tikus Galur Sprague Dawley

0 5 52

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis testis dan uterus tikus galur Sprague Dawley.

1 17 110

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologis pankreas tikus Sprague Dawley.

0 6 99

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8