26
c. Pendidikan Keagamaan dan Liturgi
Dalam kegiatan ini anak dimaksudkan untuk sedikit demi sedikit dapat belajar mengenal dari iman katolik. Tujuannya agar anak mulai dapat menghayati
iman dalam pribadi anak-anak, sehingga mereka dapat menghayati iman mereka melalui komunikasi iman dengan orang lain.Gorreti, 1999: 19. Dalam kegiatan
PIA, anak mulai diajarkan dalam penghayatan iman mengenal liturgi gereja melalui gambar maupun simbol. Sehingga agar sejak awal anak sudah mengerti
akan pendidikan liturgi dan tidak memiliki pemahaman yang salah nantinya.
d. Pendidikan Daya Tangkap dan Ketangkasan Berpikir
Pendidikan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tangkap anak dalam pemahaman agama kristiani di mana anak dapat berfikir serta
cepat untuk menjawab ketika anak-anak ditanya. Pendidikan semacam ini dapat diterapkan melalui kegiatan PIA misalnya saja kegiatan cerdas cermat alkitab
anak. Melalui kegiatan semacam itu anak dilatih untuk memiliki daya tangkap yang baik sekaligus ketangkasan dalam berfikir.
e. Pendidikan Jasmani dan Rekresi Terbimbing
Pendidikan ini adalah pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan fisik anak. Kegiatan yang mendukung untuk meningkatkan perkembangan
jasmani pada diri anakpun sangat dianjurkan. Sebagaimana mestinya perkembangan fisik pada anak itu berbeda-beda tergantug pada tingkat usia anak.
27
Adapun kegiatan untuk melatih fisik anak agar sehat dapat dilakukan melalui kegiatan bermain.
Sesuai dengan ciri khas PIA dunia anak-anak sangat menyukai permainan. Melalui bermain dalam rangka peningkatan jasmani anak, mereka dapat
mengembangkan ketrampilan motorik serta memanfaatkan kapasitas visualnya. Kegiatan semacam ini dapat dilaksanakan misalnya saja dengan anak diajak untuk
melaksanakan rekreasi secara terbimbing. Di samping anak merasa sehat dan senang bermain, anak dapat saling memupuk persaudaraan, kerjasama, saling
membantu satu sama lain.
2.
Macam-Macam Metode PIA
Dalam PIA memiliki berbagai macam kegiatan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PIA. Dari berbagai macam metode yang dapat
digunakan ini, merupakan pendekatan yang dikembangkan melalui bentuk pengajaran yang sederhana Dewan Karya Pastoral, 2014: 43. Adapun macam-
macam dari metode tersebut menurut Komisi Kateketik KAS diataranya adalah metode bermain, metode bernyanyi, metode bercerita, metode dinamika
kelompok, metode ekspresi, dan metode wisata rohani Komisi Kateketik KAS, 2008: 45
a. Metode Permainan
Bermain adalah salah satu metode yang dapat memperkembangkan sikap sosial anak dan sikap solider anak-anak. Karena dengan kegiatan permainan anak
28
dapat berpartisipasi dalam kelompok. Dengan permainan anak dilatih mengembangkan kepekaan untuk saling menghormati satu sama lain. Dalam
kegiatan PIA metode ini penting untuk digunakan karena masa anak-anak adalah masa yang dekat dengan permainan. Dalam penggunaan metode ini dapat pula
dikombinasikan dengan metode lain seperti dengan metode bernyanyi, lagu dapat disesuai dengan permainan yang dilaksanakan.
b. Metode Bernyanyi
Dengan menyanyi dapat menimbulkan suasana yang tadinya kurang meriah menjadi meriah, dalam hal inipun anak sangat senang ketika pendamping
mengajak anak untuk bernyanyi. Dengan menyanyi juga menjadikan salah satu metode bagi anak untuk lebih dapat memahami suatu materi. Misalnya saja
nyanyian yang diambil sesuai dengan materi yang sedang digunakan dalam kegiatan PIA. Maka dari itu pentinglah bagi para pendamping untuk mengetahui
lagu-lagu yang sekiranya pas dan cocok dengan tema kegiatan PIA. Dan selain itu anak-anak dilatih agar dapat menyanyikannya dengan baik pula.
c. Metode Bercerita
Metode ini dipakai oleh para pendamping PIA untuk mengajak peserta memahami materi serta proses pendampingan dalam bentuk cerita baik yang
berkatan dengan cerita rakyat, cerita bergambar, ataupun cerita Kitab Suci. Dunia anak adalah dunia cerita, melalui kegiatan ini anak akan lebih mudah menangkap
suatu materi kegiatan. Maka dari itu seorang pendamping dimampukan untuk
29
dapat membawakan suatu cerita dengan baik dan menggunakan kratifitas sesuai dengan harapannya.
d. Metode Dinamika Kelompok
Metode ini digunakan dalam kegiatan PIA agar anak-anak dapat belajar bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Metode dinamika kelompok ini
dapatdilaksanakan misalnya, dalam permainan, kerja kelompok bersama, yang sekiranya dapat menghibur anak-anak. Dari kegiatan inilah anak-anak secara
perlahan-lahan mampu untuk menyerap nilai-nilai yang akan ditekankan misalnya saling membantu, saling menghormati, dan belajar bersosialisasi dengan sesama.
e.
Metode Ekspresi.
Metode ini adalah suatu metode yang membawa anak untuk memiliki suatu kreatifitas tersendiri. Di mana dalam hal ini anak diharapkan dapat
mengekspresikan seluruh ide yang mereka miliki. Adapun ide-de tersebut dapat mereka ekspresikan melalui irama, gambar, gerak dan lagu, puisi, drama. Dari
hal-hal yang sederhana semacam ini anak dimampukan untuk memiliki suatu kreatifitas yang dapat mereka jadikan sebagai pengalaman mereka dalam
mengikuti kegiatan pendampingan PIA melalui kegiatan metode ekspresi.
f. Metode Wisata Rohani
Dengan wisata rohani ini anak dimampukan untuk mengenal tempat- tempat wisata yang memiliki nilai-nilai religiusnya. Sehingga dengan demikian
30
anak memiliki pengetahuan yang laus dan pengalaman yang cukup. Anak dimampukan untuk dapat melihat secara langsung keindahan yang Tuhan berikan
kepada mereka selama ini.
C. Pemanfaatan Metode Cerita Dalam PIA
1. Pengertian Cerita
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita ialah tuturan yang membentangkan bagaimana sesuatu terjadi, peristiwa, hal, atau kejadian, dan
sebagainya KBBI, 2008: 108. Dari definisi di atas dapat diuraikan cerita adalah suatu pola yang menekankan atau bertitik tolak pada suatu kisah dan pengalaman
dan bukan pada rumusan atau ajaran saja. Cerita dapat berupa cerita yang benar benar terjadi dari suatu kisah pengalaman nyata ataupun juga dari hasil karangan
yang tidak nyata. Cerita merupakan hal yang sangat menyenangkan dan dapat menghibur banyak orang Agus, 17: 2013.
Ketika cerita menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan untuk dilaksanakan, maka cerita dapat diterapkan untuk siapa saja tak terkecuali pada
anak-anak. Ketika anak-anak mendengarkan cerita, mereka menggunakan imajinasi mereka. Raines, 2002: 25. Cerita memang memiliki tempat tersendiri
dalam kehidupan anak-anak. Mereka sangat menyukai cerita entah itu cerita secara lisan maupun tertulis dan juga cerita nyata atau fiktif. Anak senang
mendengarkan cerita. Kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan yang biasanya dilakukan orang tua kepada anak-anaknya lebih sering disebut dengan
mendongeng Agus, 2008: 14.
31
Cerita adalah alat yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan anak dan antra anak Gorreti, 1999: 107. Ketika cerita menjadi alat efektif maka dapat
diartikan cerita dapat dijadikan sebagai sebuah sarana untuk bagaimana menyalurkan suatu pengetahun bagi anak-anak. Sehingga dengan demikian, anak-
anak akan lebih mudah untuk memahami suatu pengetahuan baru tersebut melalui cerita yang mereka dengarkan.
Cerita itu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain Van De Hulst, 1999: 20. Melalui bentuk bercerita ini kita dapat memberikan serta membagikan
banyak hal yang di dalamnya terkandung nilai-nilai bijak dalam suatu cerita. Bercerita sama halnya dengan sebuah seni di mana di dalam seni tersebut kita
dapat membayangkan kejadian-kejadian yang disampaikan. Melalui cerita kita dapat melihat suatu kejadian yang diceritakan melalui daya imajinasi yang ada
dalam pikiran, selain itu kita dapat merasakan cerita itu melalui hati dan perasaan. Melalui bercerita tidak hanya memberikan suatu retetan peristiwa saja. Namun
melalui kegiatan bercerita tersebut memperlihatkan nilai-nilai kebaikan melalui daya imajinasi anak, sehingga anak akan lebih peka dalam memahami suatu kisah
cerita yang disampaikan.
2. Macam-Macam Cerita
Cerita dapat dibedakan menjadi tiga macam cerita yang bisanya digunakan dalam pendampingan iman anak. Adapun ketiga macam cerita tersebut
adalah cerita kehidupan, cerita rakyat, dan cerita kanonis.
32
a. Cerita Kehidupan
Cerita kehidupan bisa dikatakan juga merupakan cerita profan. Cerita semacam ini biasanya paling sering digunakan dan mudah untuk ditemukan.
Misalnya saja kisah cerita “kancil mencuri timun” cerita ini sudah sangat populer.
Dari setiap cerita pastilah memiliki nilai tersendiri yang akan diambil maknanya. Cerita kehidupan ini memuat sisi dimana memiliki nilai moral yang dapat
dijadikan sebagai teladan. Cerita kehidupan juga dapat diambil melalui kehidupan sehari-hari yang terjadi kemudian diangkat dalam suatu cerita yang menarik.
b. Cerita Rakyat
Cerita rakat merupakan cerita pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai ciri khas setiap bangsa atau daerah yang beraneka ragam mencakup
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki. Dalam cerita rakyat ini memuat sisi untuk menanamkan nilai sosial pada anak. Cerita rakyat juga dapat disebut
sebagai dongeng di mana tidak benar-benar terjadi. Di mana mereka dapat diajarkan untuk mencintai kebudayaan yang dimilikinya, adapun contoh-contoh
dari cerita rakyat yaitu cerita Rara Jonggrang dan Tangkuban Perahu. Cerita- cerita semacam ini juga dapat disebut sebagai dongeng di mana biasanya tokoh-
tokoh dari cerita tersebut memiliki kesaktian atau sihir yang melampaui manusia biasa Agus, 2008: 37.