60
Bandung timur ±20
Bogor ±20
Beji ±20
Ngijorejo ±20
Panggang ±20
Jumlah 120 anak
9. Jumlah
pendamping Bandung barat
2 Bandung timur
2 Bogor
2 Beji
2 Ngijorejo
2 Panggang
2 Jumlah
12 peserta
2. Kegiatan PIA dalam Paroki
Paroki Kuasi Santo Yusup Bandung, merupakan suatu paroki yang
memiliki jumlah umat berdasarkan data berjumlah 3.180 jiwa dengan 1011 KK.
Sebagian besar umat hidup sebagai petani kecil yang penghasilannya tidak terlalu besar. Hasil olah pertanian tergolong seimbang jika dibandingkan antara biaya
produksi dan hasil panenannya. Hasil pertanian tersebut hanya dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga sehari-hari, tidak dijual. Namun selain sebagai petani
ada juga umat yang bermata pencaharian sebagai pedagang, guru, PNS, pegawai swasta dan wirausaha.
61
Dalam kegaiatan pastoralpun paroki memiliki banyak sekali kegiatan pastoral yang dijalankan baik dari bidang Liturgia, Koinonia, Diakonia, dan
Kerygma. Dari bidang bidang tersebut ada satu bidang yaitu bidang kerigma atau pewartaan. Bidang ini memiliki tim kerja salah satunya yaitu sebagai pendamping
iman anak. Kegiatan PIA yang ada di paroki Kuasi Santo Yusup Bandung ini,
diadakan tidaklah berpusat di paroki, namun kegiatan PIA ini dilaksanakan di masing-masing wilayah di paroki di mana tersebar dalam enam wilayah yaitu
wilayah Ngijorejo, wilayah Beji, wilayah Bogor, wilayah Pangang, wilayah Bandung barat, dan wilayah Bandung timur. Dari ke enam kegiatan PIA yang
dilaksanakan di wilayah ini, biasanya dilaksanakan setiap hari Minggu sore pukul tiga sore namun ada juga yang melaksanakan hari kamis sore. Jumlah peserta
dalam PIA dari setiap wilayahpun cukup berfariatif kurang lebih dari setiap wilayah peserta yang aktif mengikuti PIA setiap Minggunya ada ± 20 anak,
sehingga jumlah keseluruhan satu paroki ada 120 anak yang aktif dalam PIA. Dari setiap kegiatan ini biasanya bertempat di aula gereja wilayah masing-masing di
mana memiliki area yang cukup luas bagi anak serta pemandangan yang menarik. Selain itu juga didukung dengan fasilitas ruang yang memadai seperti meja, kursi,
ataupun tikar untuk anak-anak, selain itu juga ada papan tulis yang dapat digunakan pula. Biasanya kegiatan PIA ini didampingi oleh dua pendamping yang
ada di wilayah. Dari kegiatan pendampingan ini para pendamping memanfaatkan buku
buku sumber untuk PIA sebagai bahan pengajaran ataupun saran seperti buku
62
bergambar, boneka, buku cerita, majalah rohani, dan Kitab Suci untuk melaksanakan kegiatan pendampingan PIA. Secara keseluruhan kegiatan PIA
yang ada di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung ini dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik dengan tinggal bagaimana dapat mempertahankan serta
mengembangkan kegiatan ini dengan lebih baik dan kreatif lagi.
3. Hasil Penelitian Wawancara dari Pendamping dan Peserta PIA
Penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode wawancara pada 05 Maret-15 Maret 2015. Dalam penelitian ini, penulis telah mewawancarai
25 responden peserta PIA dan 5 responden pendamping PIA. Tempat penelitian dilaksanakan di kapel masing-masing pendamping PIA dan peserta PIA. Waktu
yang digunakan ketika kegiatan wawancara adalah sore hari setelah kegiatan PIA yang diadakan oleh masing-masing wilayah. Berikut ini adalah hasil penelitaian
yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara. Penulis menggunakan tabel tabulasi data untuk menganalisis hasil penelitian seperti yang tertulis di bawah ini:
Tabel 4. Hasil penelitian manfaat metode bercerita dalam PIA Dari para peserta PIA
No Item
Pernyataan Alternatif jawaban
Jumlah Persen
1 2
3 4
5
1 Metode apa sajakah
yang digunakan
pendamping dalam
Bernyanyi Cerita
Bermain 17
23 13
22 29
17
63
kegiatan PIA? Tanya jawab
Wisata rohani Bacaa kitab suci
Ketrampilan 8
5 9
3 10
6 12
4 2
Cerita apa sajakah yang
digunakan pendamping
ketika PIA?
Cerita rakyat Cerita kehidupan
Cerita kanonis 4
8 25
11 22
67
3 Apa
yang kamu
rasakan ketika
mendengarkan cerita dari pendamping?
Senang Bosan
23 2
92 8
4 Apa
yang kamu
pelajari dari cerita tersebut?
Kebaikan Tolong menolong
Saling mencintai Saling berbagi
Tidak bohong Rajin
11 12
4 1
3 1
34 38
13 3
9 3
5 Apa
makna cerita
yang kamu dapatkan bagi kehidupanmu?
Selalu berbuat baik Rajin
Menolong Saling menghargai
15 5
4 2
58 19
15 8
6 Ketika
pendamping bercerita
apakah sudah
bercerita dengan baik?
Sudah Belum
24 1
96 4
7 Faktor
pendukung serta
penghambat apakah yang dijumpai
Pendamping bercerita dengan
jelas dan
menyenangkan 7
19
64
dalam mengikuti
cerita? Cerita yang digunakan
berfariasi
Ceritanya menarik
Banyak teman yang ramai sendiri
Cerita kurang menarik 5
9
6
9 14
25
17
25
Tabel 5. Hasil penelitian manfaat metode bercerita dalam PIA Dari para pendamping PIA
No Item
Pernyataan Alternatif jawaban
Jumlah Persen
1 2
3 4
5 1
Metode apa sajakah yang digunakan
pendamping dalam kegiatan PIA?
Bernyanyi Cerita
Bermain Wisata rohani
Dinamika kelompok
Baca kitab suci 5
5 2
2 1
3 29
29 12
12 12
6
2 Selama
melaksanakan kegiatan PIA cerita-
cerita apa yang sudah diberikan
kepada anak-anak? Cerita rakyat
Cerita kehidupan Cerita kanonis
4 5
46 54
3 Apa alasan anda
menggunakan Mudah dimengerti
oleh anak 5
50
65
metode bercerita dalam kegiatan PIA?
Anak merasa
senang Anak
termotifasi untuk aktif
Pendamping terbantu
dalam mengajar
1
1
3 10
10
30
4 Bagaimana
tanggapan anak-anak terhadap cerita yang
anda berikan ketika itu?
Senang Bosan
5 1
83 17
5 Selama anda pernah
memberikan cerita kepada anak faktor
pendukung serta penghambat apa
yang ada jumpai? Banyaknya sarana
yang digunakan Melihat
antusias anak
sehingga termotifasi
Kurangnya sarana pendukung
Kurang memiliki
ketrampilan Anak-anak sering
ramai 2
3
1
3
1 20
30
10
30
10
6 Kemampuan apa
yang anda miliki sehingga anda dapat
memberikan metode bercerita kepada
anak? Kemamupuan
untuk selalu
melayani Selalu belajar
Memperdalam ketrampilan
yang dimiliki
1
4 3
13
50 37
66
4. Pembahasan Hasil Penelitian Wawancara dari Peserta PIA
1 Penggunaan Metode dalam PIA
Dari hasil penelitian yang didapatkan sebagian besar respnden 29 memilih bahwa metode bercerita merupakan metode yang paling sering
digunakan. Sedangkan 22 responden memilih metode bernyanyi, 17 responden memilih metode bermain, 12 responden memilih metode baca
Kitab Suci, 10 responden memilih menggunakan tanya jawab, 6 responden menggunkan metode wisata rohani, dan 4 responden memilih menggunakan
metode ketrampilan. Dalam kegiatan PIA, ada banyak sekali metode yang dapat digunkan
dalam PIA. Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan, metode bercerita merupakan salah satu metode yang sangat baik digunakan. Ini dapat dibuktikan
dari 29 responden yang memilih metode bercerita paling sering diguakan dalam PIA. Cerita adalah alat yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan
anak dan antar anak Gorreti,1999:107. Selain sebagai alat komunikasi yang baik bagi anak, melalui cerita anak mudah mengingat hal-hal penting dari cerita.
Selain itu melalui cerita, anak akan merasa senang dan terhibur dari cerita-cerita yang dibawakan secara menarik. Dengan itu maka anak-anak akan lebih mudah
untuk memahami suatu materi yang diberikan kepada mereka. Ketika cerita menjadi alat efektif maka dapat diartikan cerita dapat dijadikan sebagai sebuah
sarana untuk bagaimana menyalurkan suatu pengetahun bagi anak-anak. Sehingga dengan demikian anak-anak lebih mudah untuk memahami suatu pengetahuan
baru ataupun pengalaman baru melalui cerita yang mereka dengarkan.
67
2 Berbagai Macam Cerita yang Didapat Anak
Cerita digolongkan dalam tiga bagian yaitu cerita kanonis, cerita rakyat, dan cerita kehidupan. Dari ketiga jenis cerita tersebut 67 responden lebih
sering mendapatkan cerita kanonis. Sedangkan 22 responden memilih cerita kehidupan, dan 11 responden memilih cerita rakyat.
Dalam penggunaan bentuk bentuk cerita, cerita kanonis merupakan cerita yang palin sering didengar oleh anak-anak ini dapat dilihat dari sebanyak 67
responden yang mengungkapkan hal tersebut. Para responden banyak mengungkapkan anak-anak juga mendapatkan cerita melalui kisah bacaan dalam
Kitab Suci, buku-buku cerita rohani, dan juga kisah santo santa. Sedangkan jika kisah cerita kehidupan dan cerita rakyat anak jarang mendapatkannya. Anak-anak
hanya sesekali saja dapat mendengarkan cerita kehidupan ataupun cerita rakyat ini dapat diketahui dari 22 responden yang mengungkapkan mendapat cerita
kehidupan dan 11 responden yang mengungkapkan mendapat cerita rakyat.
3 Tanggapan Terhadap Cerita
Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan PIA haruslah memiliki ciri gembira bagi anak-anak Gorreti, 1999:19.
Begitu juga halnya dengan ketika anak- anak mendapatkan materi cerita dari para pendamping. Dari hasil penelitain
yang diperoleh dapat dilihat yaitu 92 responden memilih merasa senang dan hanya 8 yang merasa bosan.
Melalui hasil wawancara yang penulis dapatkan 92 responden mengungkapkan bahwa mereka merasa senang ketika mereka mendapatkan cerita
68
dari kakak pendamping. Mereka antusias dalam mendengarkan cerita yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak dapat terpenuhi
dalam rasa gembira ketika mengiuti PIA. Para pendamping mampu untuk menciptakan suasana yang menggembirakan bagi anak. Sedangkan ada 8
resonden yang mengungkapkan bahwa mereka merasa bosan ketika mendengarkan cerita. Adapun alasan yang diberikan adalah cerita membuat
mengantuk dan malas bagi mereka. Sesuai dengan data di atas dapat dilihat bahwa anak-anak merasa senang
ketika mendapatkan cerita. Kehidupan anak memang erat kaitannya dengan suatu kegembiraan. Dengan suasana yang menyenangkan dan menggembirakan maka
anak akan lebih mudah untuk menyerap suatu pelajaran yang ia terima. Begitu juga halnya dalam kegiatan PIA, bahwa dalam kegiatan PIA perlu tercipta
suasana yang menyenangkan, menggembirakan, menarik sehingga anak-anak merasa kerasan dan selalu ingin berkumpul lagi Gorreti, 1999:19
4 Manfaat Cerita
Berdasarkan hasil wawancara penulis mendapatkan, pada dasarnya dari keseluruhan responden mengungkapkan bahwa melalui cerita memiliki manfaat
yang positif bagi diri anak-anak. Adapun 38 resonden mengungkapkan bahwa cerita memberi manfaaat untuk belajar tolong menolong. Sedangkan 34
responden mengungkapkan cerita memberi manfaat untuk berbuat baik, 13 mengungkapkan cerita itu mengajarkan untuk selalu mencintai, 9 mengatakan
69
cerita memberikan nilai untuk belajar tidak berbohong, dan 3 mengungkapkan cerita memiliki nilai untuk bertindak rajin.
Cerita memang memiliki banyak sekali manfaat bagi anak-anak melalui hasil penelitian yang telah diungkapkan di atas secara tidak langsung anak sudah
belajar akan banyak hal. Diantaranya ialah anak belajar untuk melatih kepekaan emosi dan kepekaan emosional seperti contohnya anak belajar untuk mencintai
dan tidak berbohong. Di sisi lain anak juga belajar melatih perkembangan moral. mereka juga belajar untuk saling tolong menolong sesama. Dampak ini dirasa
paling menonjol dari anak- anak di mana ada 38 responden yang mengungkap hal tersebut. Dapat diketahui bahwa dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa
para responden mendapatkan banyak sekali manfaat melalui cerita, namun dalam hal ini ada hal yang cukup disayangkan di mana ternyata para responden hanya
mengalami perkembangan akan emosi dan moral saja. Dalam hal ini para responden ternyata kurang mampu memaknai setiap cerita sebagai sarana ataupun
penghantar bagi mereka untuk mengembangkan iman. Sehingga dengan demikian melalui cerita yang diberikan belum dapat
membawa anak pada perkembangan iman mereka secara nyata, yang dapat mereka rasakan dampaknya sebagai anak yang beriman. Pendidikan iman
merupakan usaha seseorang untuk menumbuhkan dan dan memperkembangkan iman orang lain agar menjadi dewasa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mendidik anak dalam iman adalah menggunakan cerita. Anak yang menerima cerita akan menghayati cerita tersebut dan menangkap cerita tersebut dengan
caranya sendiri.
70
5 Makna Cerita
Selain memiliki manfaat bagi anak-anak cerita juga memilik makna yang bermacam-macam. Di mana dari setiap cerita memiliki makna yang berbeda-beda
bagi diri anak. Dari hasil penelitian yang didapatkan sebagian besar anak 58 responden mengungkapkan bahwa cerita memiliki makna untuk selalu berbuat
baik. Sedangkan 19 responden mengungkapkan cerita memiliki makna untuk berbuat rajin, 15 responden mengungkapkan cerita mengandung makna untuk
tolong menolong, dan 8 responden mengungkapkan cerita mengandung makna bagaimana untuk saling menghargai.
Cerita memiliki daya tarik tersendiri bagi para responden. Di mana melalui cerita dapat membawa anak-anak untuk dapat meneladan nilai-nilai baik yang ada
dalam cerita tersebut. Dari mafaat yang sangat banyak dari cerita akan berdampak pada manfaat yang akan dirasa pada respnden. Seperti yang diungkapkan bahwa
58 dari responden merasa cerita memiliki makna untuk belajar menjadi anak yang baik. Selain itu juga rajin dan saling menghargai. Sehingga dengan demikian
nampak jelas bahwa manfaat dari cerita yaitu mengembangkan moral anak- anak itu sangat benar dan mendukung.
6 Kemampuan Pendamping
Hasil penelitian yang telah didapatkan dapat diketahui bahwa menurut anak-anak 96 dari mereka mengungkapkan para pendamping sudah
mendampingi dengan baik dalam kegiatan PIA. Sedangkan hanya ada 4 dari
71
mereka yang mengungkapkan bahwa para pendamping belumlah cukup baik dalam memberikan pendampingan khususnya metode bercerita.
Sebagai seorang pendamping PIA sudah selayaknya untuk memiliki suatu kemampuan dalam mendampingi PIA. Dalam hal kualifikasi pendamping,
penguasaan metode serta keterampilan dperlukan bagi seorang pendamping Gorreti, 1999: 21. Melalui hasil penelitian yang peneliti lakukan 96
responden menyebutkan bahwa saat melaksanakan pendampingan menggunakan metode bercerita pendamping sudah bercerita serta mendampingi anak-anak
dengan baik. Adapun alasan kuat yang diberikan oleh anak-anak yaitu ada dua yang pertama ialah bahwa ketika melaksanakan pendampingan dengan metode
bercerita pendamping menggunakan sarana alat peraga seperti misalnya buku bergambar, boneka, dan kertas kerajinan. Penggunaan sarana ketrampilan
sangatlah mendukung bagi anak-anak. Maka dari itu para pendamping diharapkan untuk memiliki daya kreatifitas serta inovasi. Gorreti, 1999: 21. Dengan alat
bantu peraga tersebut sanagat membantu anak untuk lebih mudah mamahami suatu cerita dan membuat anak untuk tidak mudah merasa bosan. Sedangkan
alasan yang kedua yaitu para pendamping ketika bercerita kepada anak-anak selalu menunjukkan sikap semangat dan wajah yang menarik. Adapun 4
responden mengungkapkan bahwa ia merasa pendamping belum dapat bercerita dengan baik dengan alasan bahwa responden masih sering merasakan kebosanan
dalam mengikuti cerita yang diberikan.
72
7 Faktor Pendukung dan Penghambat
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dapat diketahui faktor pendukung serta penghambat yang dijumpai anak-anak ketika mengikuti cerita
ialah 33 responden menyebutkan pendamping bercerita dengan jelas dan menyenangkan, sedangkan 24 responden memilih Cerita yang digunakan
berfariasi, dan 43 responden memilih bahwa cerita yang digunakan menarik. Adapun faktor penghambatnya ialah 40 responden mengatakan bahwa banyak
teman yang ramai sendiri cukup menghambat para responden dalam mengikuti cerita yang di berikan, sedangkan 60 responden mengatakan bahwa cerita
yang mereka dapatkan terkadang kurang menarik sehingga mengakibatkan mereka kurang dapat mengikuti cerita.
Bagi anak-anak mengikuti kegiatan dengan suasana yang menyenangkan, menggembirakan merupakan suatu kegiatan yang akan mereka rindukan. Begitu
juga halnya dengan PIA. Saat responden mendapatkan suatu materi dalam bentuk cerita yang dikemas secara unik dan menarik serta berfariasi maka ini akan
membawa pada rasa senang bagi responden. Sesuai dengan salah satu ciri PIA yaitu gembira dan mendalam, maka dalam hal inipun para responden juga
dimampukan untuk dapat mengerti materi cerita yang diberikan. Namun pada kenyataannya tidak semua responden dapat menangkap hal tersebut. Responden
sering menjumpai kesulitan dan tidak mengerti 60, sehingga 40 responden mengungkapkan pada pemahaman yang kurang serta mereka lebih senang dengan
keiatan mereka masing-masing.
73
5. Pembahasan Hasil Penelitian Wawancara dari Pendamping PIA
1 Metode PIA
Melalui hasil penelitian yang telah didapatkan dapat diketahui bahwa sebanyak 29 responden menggunakan metode bercerita dalam PIA. Begitu
juga halnya dengan metode bernyanyi juga sering digunakan dalam PIA dimana ada 29 responden pula yang menggunakan metode tersebut. Sedangkan 12
responden mengungkapkan juga menggunakan metode wisata rohani dan membaca Kitab Suci. Selain itu 6 responden menguungkapkan pernah
menggunakan dinamika kelompok. Pada dasarnya dalam PIA memiliki banyak sekali metode yang dapat
digunakan ketika pendampingan. Dari banyaknya metode yang ada ini memiliki manfaat dimana dari setiap pendampingan para pendamping dapat menggunakan
metode yang berfariatif. Dari sekian banyak metode yang digunakan ternyata para pendamping sudah menggunakan metode secara variatif, walaupun belum semua
digunakan. Dapat dilihat bahwa 29 responden menggunakan metode bercerita dan bernyanyi yang paling sering digunakan. Kedua metode ini merupakan
metode yang disenangi oleh anak-anak. Melalui cerita dan bernyanyi anak merasa senang dan dari rasa senang tersebut anak akan merasa dapat ikut ambil bagian
dalam PIA, serta dapat mengingat materi dengan mudah. Selain kedua metode tersebut pendamping juga telah menggunakan metode wisata rohani 12, serta
6 dari mereka juga mengungkap penggunaan metode dinamika kelompok. Walaupun hanya sedikit metode yang digunakan, namun setidaknya para
74
responden namun setidaknya para responden telah dapat menggunakan variasi dalam penggunaan metode dalam PIA.
2 Macam -Macam Cerita
Dari tiga bentuk cerita yang ada yaitu cerita kanonis, cerita kehdupan dan cerita rakyat dapat diketahui bahwa 56 responden memilih sering
menggunakan cerita kanonis, sedangkan 44 responden menggunakan certa kehidupan.
Cerita kanonis merupakan suatu cerita yang tentunya berasal dari Kitab Suci. Baik itu Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru bacaan-bacaan dari Kitab
Suci terkadang sulit untuk dimengerti bagi anak-anak. Adapun cara agar anak mudah untuk memahami isi dari Kitab Suci tersebut adalah melalui cerita. T.
Priyo Widianto mengungkapkan cerita-cerita alkitabiah yang disampaikan secara menarik, hidup, dan penuh imajinasi bisa membantu membangkitkan rasa ingin
tahu anak. Melalui hasil penelitian cerita kanonis mendapat tempat tersendiri bagi para responden, mereka lebih sering menggunakan cerita kanonis, sebanyak 56
responden mengungkapkan hal tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan pula dimana para responden juga telah menggunakan cerita kehidupan, sebanyak
44 responden mengungkapkan hal tersebut. Hanya ada satu cerita dimana dari para responden yang di wawancara belum sama sekali menggunakan bentuk cerita
rakyat.
75
3 Alasan Penggunaan Cerita
Melalui hasil penelitian yang didapatkan dari para responden, dapat diketahui bahwa 50 responden memberikan alasan menggunakan cerita karena
cerita mudah dimengerti oleh anak, sedangkan 30 responden memberikan alasan yaitu cerita membatu para responden dalam pendampingan, 10
responden juga mengungkapkan bahwa anak merasa senang ketika pendamping menggunakan cerita dan 10 responden juga mengungkapkan alasan bahwa
melalui penggunaan metode bercerita akan memotifasi anak untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan.
Dari sekian banyaknya alasan yang diberikan oleh para responden tersebut, tidaklah lepas dari betapa bermanfaatnya metode bercerita dalam PIA.
Metode bercerita memiliki banyak sekali manfaat diantaranya cerita dapat mengembangkan daya imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan berfikir abstrak
anak, serta dapat menambah pengetahuan .
Maka, dari hal tersebut para responden sudah tepat dalam memilih cerita sebagai metode yang sering digunakan di mana
melalui cerita dapat mempermudah anak untuk memahami cerita melalui daya imajinasi serta kemampuan berfikir mereka. 50 responden mengungkapkan
hal tersebut. Selain itu juga didukung dengan cerita dapat membantu para responden dalam melaksanakan kegiatan. Serta cerita akan memberi dampak pada
rasa bahagia pada anak.
76
4 Tanggapan Anak Terhadap Cerita
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 83 responden mengungkapkan anak-anak merasa senang ketika mendapatkan cerita dalam
pendampingan. Sedangkan ada 17 responden juga mengungkapkan bahwa anak terkadang merasa bosan dengan metode bercerita yang diberikan.
Melihat hasil tersebut dapat dilihat bahwa melalui metode bercerita anak merasa senang. Ciri suatu pendampingan PIA memanglah harus memnculkan ciri
gembira, selain itu juga melalui cerita dapat memberikan manfaat kegembiraan pada anak.
Maka dari itu dalam kegiatan PIA diharapkan untuk dapat menciptakan suasana yang menarik sehingga anak-anak merasa gembira di
dalamnya. Dari dalam diri pendampingpun ketika melaksanakan suatu kegiatan juga haruslah memiliki kegembiraan. Dari hasil penelitianpun menunjukkan
83 bahwa responden melihat anak-anak merasa senang mendapatkan cerita yang diberikan, sehingga dapat dikatakan para responden dalam hal ini sudah
mampu memawakan cerita dengan gembira pada anak- anak, walaupu masih perlu meningkatan kualitas dalam bercerita sehingga akan tidak ada lagi anak yang
merasa bosan dengan cerita-cerita yang diberikan oleh para responden.
5 Faktor Pendukung dan Penghambat Cerita
Dari hasil yang didapatkan dari para responden mengungkapkan faktor pendukung memberikan cerita kepada anak-anak yaitu 60 responden
mengungkapkan bahwa setiap kali responden memberikan cerita pada anak mereka melihat antusias serta keterlibatan anak dalam mendengarkan cerita. Anak
77
merasa sangat antusias dan aktif dalam mengikuti cerita, dan 40 responden menyebutkan faktor pendukung lainnya ialah terdapat sarana pendukung serta alat
peraga yang dapat digunakan ketika bercerita. Dengan media tersebut para pendamping lebih terbantu dalam memberikan cerita kepada anak. Sedangkan
adapun faktor penghambat dalam memberikan cerita yaitu 60 responden mengungkapkan bahwa para pendamping kurang memiliki keterampilan dalam
bercerita yang baik, sedangkan 20 responden mengungkapkan anak terkadang ramai dengan temannya sendiri, dan 20 responden juga mengeluhkan
kurangnya sarana pendukung yang dapat digunakan dalam materi cerita kepada anak.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan pastilah ada faktor pendukung serta penghambat. Begitu juga halnya bagi para pendamping PIA. Melalui hasil
penelitian tersebut banyak dari responden yang mengungkapkan ada banyak macam-macam faktor pendukung serta penghambat khususnya dalam
memberikan metode bercerita pada anak. Dari faktor-faktor yang diungkapkan responden dapat menunjukkan bahwa para responden telah mampu menunjukkan
kualifikasi sebagai pendamping yaitu bahwa mereka telah mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak serta dapat mengolah kreatifitas dalam
cerita. Sedangkan dari faktor penghambat dapat diketahui bahwa para responden sebagai pendamping merasa kurang memiliki pengetahuan serta kemampuan
untuk dapat mengolah suatu kegiatan PIA dengan baik dan menarik. sehingga responden terkadang kurang mampu membuat ketrampilan serta kreatifitas yang
baik serta menarik dalam pendampingan.
78
6 Kemampuan yang Dimiliki
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 50 mengungkapkan bahwa sebenarnya tidaklah
memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan cerita pada anak, mereka hanya selalu mau belajar setiap saat dan selalu mempersiapkan materi sebelum
mendampingi. Sedangkan ada 30 responden mengungkapkan bahwa mereka memang menyukai cerita dan sedikit demi sedikit memiliki ketrampilan yang baik
dalam bercerita, dan 13 responden juga menyebutkan kemampuan untuk mau melayani juga harus dimiliki dari setiap pendamping.
Cerita dapat menjadi mudah, bila pendamping mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh serta berlatih sendiri bercerita sebelum ia bercerita di hadapan
anak-anak. Tetapi bisa menjadi sulit bila bercerita itu dianggap entheng saja, karena orang tidak lagi mempersiapkannya secara sungguh-sungguh. Bila hanya
mengandalkan improvisasi biasanya cerita menjadi kurang memuaskan hasilnya.
D. Kesimpulan Hasil Penelitian Penggunaan Metode bercerita Dalam PIA
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas penulis dapat menyimpulkan yaitu:
1. Dalam kegiatan PIA yang dilaksanakan di Kuasi Paroki Santo Yusup
Bandung telah menggunakan berbagai macam metode yang ada dalam PIA. Dari sekian metode yang digunakan ini metode bercerita merupakan metode
yang sering digunakan dalam kegiatan pendampngan iman anak. Ini dilihat
79
dar hasil wawancara baik dengan para peserta PIA maupun dengan para pendamping sendiri. Adapun cerita cerita yang sering digunakan dari tiga
jenis bentuk cerita adalah cerita kanonis dan cerita kehidupan. Dari cerita kanonis ini biasanya diambilkan dari kisah-kisah yang ada dalam kitab suci
baik dari perjanjian lama mapun perjanjian baru. Selain itu juga diambil dari kisah nabi-nabi serta kisah santo-santa. Sedangkan cerita kehidupan
kebanyakan dari para pendamping mengambil cerita dari buku-uku atau mengambil kisah nyata yang ada disekitar mereka. cerita rakyat jarang sekali
digunakan dalam pendampingan PIA. 2.
Melalu cerita anak-anak lebih mudah untuk mengerti dan paham serta mudah untuk mengingat kembali cerita tersebut. Selain itu juga dengan
menggunakan metode bercerita akan membantu para pendamping dalam mendampingi anak-anak. Dengan cerita mempermudah pendamping untuk
menyiapkan materi serta mengolah bahan yang ada. Diimbangi dengan tanggapan anak anak yang sangat baik juga dimana para peserta PIA sebagian
besar mengungkapkan bahwa mereka sangat merasa senang ketika mendapatkan cerita. Melalui cerita, anak-anak mendapat manfaat yang baik
bagi anak-anak dimana cerita mengajarkan mereka untuk lebih melatih kepekaan sosial serta emosional. Disamping itu juga secara tidak langsung
melalui cerita akan membawa dampak pada perkembangan iman anak yang semaki baik.namun ternyata dalam hal ini cerita yang didapatkan oleh para
anak-anak belumlah mampu membawa anak untuk dapat memaknai nilai cerita tersebut sebagai perkembangan iman. Anak belum mampu menangkap
80
dengan detail bahwa nilai nilai yang mereka dapatkan dapat mengembangkan serta menguatkan iman. Melihat berbagai macam alasan yang diungkapkan
baik dari para pendamping maupun para peserta pendampingan maka dapat diartikan bahwa melalui metode bercerita memberikan manfaat yang sangat
baik entah itu bagi para pendamping yaitu untuk mendukung dalam pengelolaan kegiatan PIA, maupun bagi para anak- anak dimana mealui
metode bercerita ini membntu mereka dalam belajar akan hal-hal positif. 3.
Cerita akan lebih melekat pada diri anak ketika para pendamping memberikan dengan kreatifitas yang menarik, penggunaan sarana serta alat peraga yang
mendukung. Adapun faktor pendukung yang dirasakan dari para pendamping adalah dimana pendamping selalu melihat antusias anak-anak sendiri
sehingga ini menumbuhkan motifasi bagi para pendamping. Sedangkan faktor penghambat yang sering dijumpai para pendamping adalah dimana para
pendamping kurang memiliki ketrampilan yang memadai dalam memberikan cerita. Selain dari para pendamping para peserta PIA juga mengalami adanya
faktor pendukung dan penghambat ketika mereka mengikuti cerita. Adapun faktor pedukung dimana mereka selalu antusias dalam mengikuti cerita
adalah anak-anak merasa bahwa para pendamping dapat memberikan cerita dengan baik, selain tu juga cerita yang mereka dapatkan juga menarik
sehingga mereka merasa senang. Namun disamping hal tersebut sebagai peserta ada kalanya anak-anak juga merasakan hal- hal yang menghambat
yaitu adalah ketika ada teman-teman mereka yang asyik ramai sendiri tidak