Latar Belakang Manfaat metode bercerita dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.
3
para pendamping mereka dapat belajar untuk bagaimana menjadi pendamping yang kreatif yang dapat membawa anak-anak untuk semakin dapat mencintai
Yesus. Dalam hal ini pendamping berperan sebagai motivator bagi anak-anak yang ingin mengembangkan iman mereka. Maka dari itu pendamping
dimampukan untuk memiliki banyak kreatifitas untuk menghantarkan anak-anak agar dapat mengembangkan iman yang mereka miliki.
Namun terkadang dalam proses pendampingan metode bercerita sering tidak dipakai, dikarenakan kurangnya kreatifitas dan pengetahuan yang dimiliki
oleh para pendamping. Bercerita merupakan suatu kegiatan yang akan menghibur orang maka, dapat dikatakan bahwa bercerita itu tidaklah sulit apalagi bercerita di
depan anak-anak. Namun faktanya, menjadi pencerita yang sejati bukan hal yang mudah, sebab bercerita bukanlah metode yang mudah untuk digunakan.
Figur sang pencerita sejati dapat ditemukan melalui pribadi Yesus. Dia adalah Sang pencerita sejati melalui cerita-cerita dalam perumpamaanNya. Yesus
menggunakan perumpamaan untuk mengajar banyak orang. Ia menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang sederhana yang digunakan sebagai bahan
untuk menceritakan karya pewartaanNya. Misalnya saja dalam kisah perumpamaan tentang anak yang hilang, melalui perumpamaan tersebut Yesus
ingin menyampaikan pesan moral yang dapat diambil sebagai bahan pelajaran dalam menjalani suatu kehidupan. Melalui perumpamaanNya pula Yesus
memberikan gambaran betapa Ia sangat mencintai anak-anak sebabIa meminta anak-anak untuk datang kepadaNya karena merekalah yang empunya Kerajaan
Surga Matius 19:14.
4
Pelaksanaan pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung juga seringkali telah memanfaatkan cerita. Kegiatan pendampingan
iman bagi anak-anak dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 15.00 WIB. Kegiatan ini tidak dilaksanakan secara terpusat di paroki namun dilaksanakan dalam setiap
wilayah yang ada di paroki. Di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung sendiri terdapat 6 wilayah dan dari setiap wilayah ini memiliki kegiatan pendampingan
iman anak yang rata-rata selalu diikuti oleh kurang lebih 20 anak setiap Minggunya.
Walaupun metode bercerita sering digunakan dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup, namun ada kecenderungan bahwa metode
bercerita hanya dilaksanakan secara monoton dan kurang kreatif. Selain itu para pendamping PIA merasa kurang mampu untuk mengemas suatu materi yang ada
ke dalam suatu bentuk cerita yang menarik. Padahal melalui penggunaan metode bercerita baik pendamping ataupun anak-anak akan dimudahkan dalam
melaksanakan atau mengikuti kegiatan pendampingan iman anak tersebut. Paroki sendiripun sebenarnya sudah menyediakan berbagai macam alat
peraga serta buku –buku penunjang yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
mempermudah penggunaan metode cerita dalam proses PIA. Melalui metode bercerita yang didukung penggunaan alat peraga, anak-anakpun merasa senang.
Anak-anak merasa mendapatkan cerita-cerita baru dan mereka akan merasa terhibur. Anak-anakpun melalui cerita lebih mudah memhami suatu materi yang
diajarkan. Namun karena kurangnya kratifitas yang dimiliki para pendamping di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, para pendamping menggunakan metode
5
bercerita untuk proses pendampingan iman bagi anak-anak hanya sebatas kemampuan mereka saja. Seperti halnya terkadang anak-anak dibiarkan untuk
membaca sendiri dan memahami suatu materi dengan sulit. Dari kegiatan yang semacam inilah yang menyebabkan suatu proses pendampingan iman anak kurang
berjalan dengan baik. Anak-anak merasa bosan dan akhirnya malas untuk mengikuti pendampingan iman. Padahal suatu proses pendampingan iman anak
haruslah memiliki ciri-ciri gembira dan mendalam. Namun yang ada anak-anak sering merasa bosan akan proses pendampingan yang disuguhkan oleh para
pendamping karena para pendamping kurang kratif dalam mengemas suatu proses pendampingan iman. Melalui metode cerita yang lebih kreatif para pendamping
dapat menyuguhkan suatu cerita yang menarik bagi anak-anak, pastilah anak-anak akan lebih mudah dalam memahami suatu materi yang diberikan. Selain itu pula,
mereka juga dapat menggunakan daya imajinasi mereka hingga akhirnya cerita yang mereka tangkap dapat diolah pada diri anak-anak dan akan diingat dengan
mudah bagi anak-anak. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih mendalam bagaimana metode bercerita telah dimanfaatkan dalam pendampingan iman anak di Paroki Kuasi Santo Yusup Bandung. Oleh karena itu
penulis mengambil judul skripsi ini
“MANFAAT METODE BERCERITA DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI KUASI PAROKI SANTO
YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL ”. Dengan judul ini, penulis ingin
mengetahui dan pada akhirnya ingin mengembangkan kembali pendampingan iman anak yang ada di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.
6