47
membawa konsekuensi tersendiri yang harus dipikul. Di kedua “anak paroki” ini mulai dibentuk Dewan Paroki tersendiri dengan Romo yang mendampingi serta
menetap di kedua wilayah tersebut. Tata kelola paroki dan keuangan paroki, dilaksanakan secara terpisah dari Wonosari. Bahkan paroki administratif Kelor
kini sudah berkembang menjadi paroki mandiri dan penuh pada tanggal 2 Agustus 2006.
Bandung sendiri saat ini dibagi dalam 6 wilayah, yakni Bandung Timur, Bandung Barat, Bogor, Ngijorejo, Beji dan Panggang. Masing-masing wilayah
mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sama dan tidak berhubungan. Hal ini disebabkan antara lain para katekis yang mewartakan iman
berasal dari tempat yang berbeda-beda. Umumnya, para katekis bekerja sebagai guru di sekolah-sekolah Kanisius yang sudah ada dan di luar tugas mengajar
mereka mengajar agama bagi para katekumenmagang baptis. Di antara para baptisan awal, apa yang terjadi di Ngijorejo pantas disebut
sebagai momen historis yang penting. Pada tahun 1930 di Ngijorejo sudah ada pondok pesantren kejawen yang diasuh oleh Kyai Mochamad Chaeram yang
sekaligus menjadi Dukuh untuk daerah Ngijorejo, Trukan dan Ngasem. Padepokan ini memang dimaksud untuk mendidik kawula muda Ngijorejo dan
sekitarnya agar memiliki akhlak yang baik. Tahun 1933 kehadiran Romo Strater SJ di Wonosari sudah terdengar sampai padepokan ini. Romo Strater dianggap
sebagai guru ngelmu bule. Maka, terjadilah adu kawruh ilmu antara Kyai Moch. Chaeram dengan Romo Strater yang didampingi Romo Hardjasuwanda dan
katekis Bp. Sastrapuspita. Adu kawruh ini diadakan dengan perjanjian: siapa yang
48
kalah harus tunduk dan mengikuti yang menang beserta semua pengikutnya. Drama adu kawruh ngelmu ini dimenangi oleh Romo Strater dan Romo
Hardjasuwanda. Maka, sejak itu seluruh penduduk Ngijorejo dan sekitarnya tunduk dan mengikuti Romo Strater. Katekis Bapak Sastrapuspita mulai rajin
datang ke Ngijorejo dan memberikan pelajaran agama katolik di sana. Pada hari Natal tahun 1934 sekitar 30 orang Ngijorejo akhirnya dibaptis di Gereja
Wonosari. Inilah benih awal umat katolik di Ngijorejo yang sekaligus menjadi cikal bakal umat katolik di paroki Bandung.
Khusus di wilayah Bandung sendiri, iman katolik berawal dari kehadiran Sekolah Dasar Kanisius Beji yang kusus untuk anak kelas 4-6 SD. Anak-anak ini
kemudian membuat kegiatan belajar yang tergabung dalam himpunan siswa Bandung di bawah pimpinan Yusup Sarisman. Pelajaran agama katolik segera
diberikan oleh para katekis yang sekaligus menjadi guru SD waktu itu. Waktu itu ada 15 anak yang segera minta untuk dibaptis. Salah satunya ialah Yohanes
Saeran Setyosudarmo. Bapak Saeran inilah yang meneruskan perkembangan umat katolik di Bandung. Pada tahun 1969 bapak saeran dipanggil Tuhan dan
kepemimpinanya digantikan oleh bapak Yohanes Baptis Sukino. Ketika itu romo paroki juga berganti yaitu romo Zanwh SJ. Beliau berusaha mendirikan gereja
dibantu oleh umat secara bergotong royong. Pada tahun 1979 dibentuklah tata organisasi dewan stasi yang diketuai oleh bapak Sukino. Pelindung stasi yang
dipilih adalah Santo Yusup. Dan hingga sekarang berkembang menjadi Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung kidul Profil Paroki, 2014: 3.
49
2. Situasi Umum Umat Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.
a. Keadaan Umat di Kuasi Paroki Bandung
Dalam reksa pastoral penggembalaan umat, paroki Kuasi Santo Yusup Bandung dibagi dalam 6 wilayah yang terdiri dari 35 lingkungan. Adapun
pembagian wilayah dengan lingkungannya adalah: 1
Wilayah Bandung Barat: Lingkungan Doga, Banaran, Gading, Nogosari utara, Nogosari selatan, dan Jamburejo.
2 Wilayah Bandung Timur: Lingkungan Ngalang, Bandung utara, Bandung
selatan, Pager, dan Kepil. 3
Wilayah Bogor: Lingkungan Siono Xaverius, Siono Xaveria, Bogor I, Bogor II, Bogor III, Bogor IV, Playen, Kernen, Bleberan, Ngasem lor, dan Paliyan.
4 Wilayah Beji: Lingkungan St. Yusup, St. Nikolaus, St. Yohanes, dan St.
Antonius. 5
Wilayah Ngijorejo: Lingkungan St. Markus, St. Matius, St. Petrus, St. Thomas, St. Benediktus, St. Paulus, dan St. Yohanes.
6 Wilayah Panggang: Lingkungan Girisekar dan Panggang.
Kuasi Paroki St. Yusup Bandung juga diperkaya dengan adanya kapel- kapel wilayah dan juga tempat ziarah. Data umat berdasarkan data statistik
tanggal 31 Desember 2013 jumlah umat di paroki ada 3.163 orang. Selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini, jumlah umat yang ada di wilayah teritorial
bertambah sebesar 75 orang. Pertambahan ini tidak banyak, karena kondisi umat kebanyakan sudah tua dan memasuki saat-saat meninggal dunia profil paroki,
2014: 7.
50
b. Kegiatan Pastoral Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.
Paroki Kuasi Santo Yusup Bandung memiliki kegiatan pastoral, di mana dari setiap kegiatan pastoral yang ada memiliki bidang-bidang masing-masing.
Dalam kegiatan pastoral ini Kuasi Paroki Santo Yusup memiliki enam bidang pastoral. Enam bidang tersebut adalah bidang liturgia liturgi dan peribadatan,
bidang kerigma pewartaan dan evangelisasi, bidang diakonian pelayanan dan kemasyarakatan, dan bidang koinonia paguyuban, bidang sarana dan prasarana,
dan bidang penelitian dan pengembangan Litbang. Dari keenam bidang ini masing-masing setiap bidang memiliki tim-tim kerja. Adapun tim-tim kerja dari
setiap bidang tersebut adalah: bidang liturgia liturgi dan peribadatan dengan tim kerja Tim kerja paramenta, Tim kerja lektor, Tim kerja prodiakon , Tim kerja
organis, Tim kerja koor, dan Tim kerja misdinar. Bidang kergyma pewartaan dan evangelisasi dengan tim kerja krisma, Tim kerja komuni pertama, Tim kerja
Baptis, Tim kerja PIR, Tim kerja PIA, dan Tim kerja pendampingan keluarga. Bidang diakonia pelayanan kemasyarakatan dengan tim kerja PSE, Tim Kerja
Pendidikan, Tim Kerja Kesehatan, Tim Kerja Pangruktiloyo, Tim Kerja Seni Budaya , Tim Kerja HAK Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan, dan Tim
Kerja APP. Bidang koinonia paguyuban dengan tim kerja OMK, Tim kerja kelompok kategorial, Tim kerja rumah tangga , dan Tim kerja ibu profil paroki,
2014: 8.
51
c. Gambaran Umum PIA Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung
Gunungkidul.
Secara umum Kegiatan pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung tidaklah dipusatkan di paroki, namun kegiatan pendampingan ini
dibagi dalam 6 wilayah masing-masing yang ada di paroki yaitu wilayah Bandung barat, Bandung timur, Ngijorejo, Beji, Bogor, dan Panggang. Dari ke enam
wilayah ini selalu mengadakan kegiatan pendampingan di wilayah masing- masing. Kegiatan pendampingan biasanya dilaksanakan seminggu sekali pada hari
sabtu sore, minggu sore atau ada juga yang melaksanakan Kamis sore. Biasanya kegiatan itu dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB. Biasanyanya waktu pelaksanaan
kegiatan PIA ini pun juga tidaklah lama. Biasanya berdurasi antara satu sampai dengan satu setengah jam saja. Tempat dari pelaksanaan kegiatan PIA di wilayah
juga berfariasi ada yang melaksanakan di aula kapel gereja, di rumah salah satu pendamping dan ada juga yang dilaksanakan di halaman sekolah. Jumlah peserta
dari setiap wilayah tidaklah sama, dari setiap wilayah ada sekitar kurang lebih 20 anak yang mengikuti pendampingan. Dari sekian anak-anak ini dalam
pendampingan didampingi oleh 2 pendamping dari wilayah masing-masing. Jika ditotalkan dalam paroki ada sekitar kurang lebih 120 anak yang terlibat akitif
dalam kegiatan PIA. Peserta yang ikut dalam kegiatanpun memiliki tingkatan usia yang
berfariasi dari usia PAUD sampai dengan kelas 6 SD. Dari usia yang berfariativ ini biasanya untuk memudahkan pendampingan, para pendamping membaginya
dalam kelompok usia yang sepadan. Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam
52
pendampingan iman anak diantaranya ialah bermain, bernyanyi, bercerita, menggambar, mewarnai, berlatih kreatifitas, membaca dan mendalami sabda
Tuhan yang dikemas dalam cerita yang menarik, terkadang anak juga diajak untuk wisata rohani bersama agar anak tidak merasa bosan.
B. Manfaat Metode Bercerita Dalam PIA di Kuasi Paroki Santo Yusup
Bandung Gunungkidul 1.
Metodologi Penelitian
Untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunungkidul, penulis mengadakan
penelitian terlebih dahulu. Adapun metodologi penelitian yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Penelitian
Dalam Penelitian yang dilakukan penulis tidak hanya sekedar penelitian saja, namun dalam penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai. Adapun
tujuan yang akan dicapai untuk mengetahui: 1
Mengetahui gambaran sejauh mana metode bercerita memiliki manfaat dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung
Gunungkidul. 2
Faktor pendukung dan penghambat metode bercerita. 3
Mengetahui kemampuan yang dimiliki pendamping ketika bercerita.
53
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dalam penelitian ini untuk memperoleh: 1
Mengetahui Gambaran sejauh mana metode bercerita memiliki manfaat dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung
Gunungkidul. 2
Mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dijumapai dalam bercerita.
3 Meningktkan kualitas kemampuan para pendamping dalam menggunakan
metode bercerita pada anak.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan bentuk deskritif. Metode kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa Moleong, 2006: 6. Adapun salah satu manfaat dari penelitian ini adalah peneliti memiliki maksud meneliti sesuatu
secara mendalam Moleong, 2006: 7.
d. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2015 di Gereja Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunungkidul.
54
e. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah peserta pendampingan iman anak yang berada di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, yang tersebar dalam wilayah-
wilayah. Yang dimaksudkan responden dalam hal ini adalah para informan yaitu peserta dan pendamping PIA, yang tentunya mengetahui keadaan yang ada dalam
kegiatan PIA. Adapun pengambilan sampel untuk para peserta PIA dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu Sugiyono,
2014: 54. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Sutrisno Hadi, 2004: 90
. Penentuan sampel dalam penelitian ini
tidaklah ditentukan secara statistik, namun sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum bukan untuk digeneralisasikan
Sugiyono, 2014: 54. Adapun jumlah populasi dari para peserta yang aktif dalam kegiatan PIA
ini adalah sekitar 120 anak. Dari populasi tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 25 responden yang akan digunakan dalam penelitian. Dengan
pertimbangan pengambilan sampel 25 anak dari keseluruhan peserta PIA Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunung kidul, dilihat dari usia yang sejajar yang
kemungkinan mempunyai karakter dan sifat yang sama. Adapun pertimbangan- pertimbangan yang digunakan peneliti hingga mendapatkan 25 sampel adalah