orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka
semakin tinggi persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Sehingga dapat dikatakan
bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Berdasarkan koefisien korelasi r yang didapatkan, maka dapat
pula dilihat koefisien determinasinya. Koefisien determinasi dapat melihat sejauh mana suatu variabel berpengaruh terhadap variabel lain. Koefisien
determinasi dapat dihitung dengan mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Koefisien detrminasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah
sebesar 0,342. Hal ini menunjukkan bahwa variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua memiliki pengaruh sebesar
34,2 terhadap variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Sedangkan 65,8
merupakan faktor lain yang mempengaruhi variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-
kanak awal yang tidak diteliti pada penelitian ini.
F. Pembahasan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Analisis korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis uji
korelasi Spearman dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Hal ini dikarenakan sampel data yang didapatkan oleh peneliti merupakan
sampel data yang tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, didapatkan koefisien korelasi r sebesar -0,585 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 p 0,05. Berdasarkan data analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan smartphone pada
orang tua memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak
awal. Dengan demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka semakin rendah persepsi kualitas komunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak. Begitu sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka semakin tinggi
persepsi kualitas komunikasi antara orang tua dan anak. Penelitian ini mengungkap bahwa terdapat 95 91,3 orang tua
menggunakan smartphone dengan intensitas yang rendah, dan 9 orang menggunakan smartphone dengan intensitas yang sedang 8,7. Dapat
dikatakan sebagian besar sampel pada penelitian ini menggunakan smartphone
dengan intensitas yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar waktu yang digunakan oleh orang tua di rumah adalah untuk
beraktifitas bersama
anggota keluarga
mereka McGrath,
2012. Menghabiskan waktu bersama dengan keluarga akan mendorong
terbentuknya kualitas komunikasi yang baik di dalam keluarga tersebut Mesch dalam McGrath, 2012
Djamaludin dalam Marhaeni, 2012 mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh
bagaimana persepsi anak terhadap orang tua mereka dan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik bagi anak. Persepsi anak
terhadap orang tua yang baik adalah anak yang melihat bahwa orang tua mereka memiliki hubungan yang baik, sifat-sifat yang baik, menyayangi
mereka, dan bertanggung jawab atas kebutuhan anak. Menjadi orang tua yang baik dilihat melalui bagaimana sikap orang tua saat berkomunikasi dengan
anak. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memposisikan anak mereka sebagai partner dalam berkomunikasi. Hurlock 1978 juga
mengungkapkan bahwa sikap orang tua saat berkomunikasi dengan anak mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka
terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap
orang tua terhadap anak. DeVito 2011 mengungkapkan bahwa baik atau buruknya
komunikasi interpersonal tidak dipandang dari seberapa sering orang tua dan anak saling berbicara satu sama lain. Melainkan dilihat berdasarkan kualitas
dari apa yang sedang dibicarakan oleh kedua belah pihak. Dalam sebuah keluarga, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak juga dilihat
berdasarkan kualitas komunikasi yang terjadi Hopson dalam Pitriawanti,
2010. Hopson dalam Pitriawanti, 2010 mengungkapkan bahwa komunikasi yang berkualitas baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa diantara
kedua belah pihak memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain. Sebaliknya, komunikasi yang kurang
baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa kurangnya rasa memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang diantara
kedua belah pihak. Smith dalam McGrath, 2012 mengungkapkan bahwa hubungan yang baik dalam keluarga dapat dilihat berdasarkan komunikasi
yang positif dalam keluarga tersebut. Komunikasi yang positif adalah komunikasi yang terjalin dimana terdapat pengiriman dan penerimaan pesan
yang jelas, menunjukkan rasa empati, memberikan saran yang mendukung, dan menunjukkan penyelesaian masalah yang baik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 82 orang memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang tinggi, sebanyak 20 orang
memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang sangat tinggi, dan sebanyak 2 orang memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang
sedang dengan anak mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah orang tua yang
menggunakan smartphone dengan intensitas rendah dan memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang baik dengan anak mereka.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mesch dalam McGrath, 2012 yang menemukan bahwa individu yang
menggunakan teknologi khususnya internet dengan penggunaan yang rendah, memiliki hubungan yang lebih baik dengan keluarga mereka dibandingkan
dengan individu yang penggunaan teknologinya tinggi. Meski memiliki
subjek yang berbeda, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Panji Mahardeka 2014 yang menemukan bahwa terdapat
hubungan negatif antara penggunaan smartphone dengan interaksi anak kepada orang tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
penggunaan smartphone oleh anak, maka semakin rendah interaksi anak dengan orang tua, demikian pula sebaliknya jika penggunaan smartphone
pada anak semakin rendah maka interaksi anak kepada orang tua semakin tinggi.
Orang tua yang menggunakan smartphone dengan intensitas yang rendah memiliki persepsi kualitas komunikasi yang baik dengan anggota
keluarga mereka khususnya adalah anak. Komunikasi yang baik yang terjalin antara orang tua dan anak ialah komunikasi dimana orang tua mampu
memenuhi kebutuhan anak mereka seperti perhatian, dan kasih sayang Djamaludin dalam Piriawanti, 2010. Pemberian kasih sayang, perhatian, dan
kebutuhan lainnya terhadap anak dapat ditinjau melalui bagaimana sikap orang tua kepada anak. Penyaluran kasih sayang dan perhatian disalurkan
melalui komunikasi yang antara orang tua dan anak. Komunikasi ini dapat dilihat melalui lima aspek kualitas komunikasi yaitu keterbukaan, empati,
sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan DeVito, 2011. Mereka juga mampu menunjukkan bahwa diantara kedua belah pihak orang tua dan anak
memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya dan terlepas pada tahap perkembangan anak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas
penggunaan smartphone pada orang tua tergolong rendah, maka dapat dilihat bahwa orang tua memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan keluarga
mereka dan memiliki rasa peduli terhadap anak mereka khususnya anak pada masa anak-anak awal. Orang tua yang memiliki intensitas penggunaan
smartphone yang rendah cenderung memiliki komunikasi yang baik dengan
anggota keluarga mereka. Orang tua memiliki keinginan untuk bersosialisasi, peduli terhadap rasa sosial, mampu memanfaatkan waktu bersama dengan
orang lain, serta lebih suka berhubungan secara langsung. Hal ini memungkinkan orang tua untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak
mereka. Hasil dari analisis kuantitatif ini juga didukung dengan hasil
wawancara yang dilakukan kepada beberapa anak yang berada pada masa kanak-kanak awal. Anak yang salah satu orang tuanya menjadi sampel dalam
subjek penelitian ini Rara, 6 tahun mengatakan bahwa ibunya tidak sering atau jarang menggunakan smartphone. Ia menyatakan bahwa ibunya
menggunakan hanya sesekali dalam sehari. Ibunya lebih banyak melakukan pekerjaan-perkerjaan ibu rumah tangga ketika berada di rumah. Anak tersebut
mengungkapkan bahwa Ibunya selalu mendengarkan saat ia sedang bercerita serta turut bercerita dalam suatu percakapan. Anak tersebut mengungkapkan
bahwa Ibunya tidak pernah memarahi, tidak menghukum, menyayangi, dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Rahma 6 tahun bercerita
bahwa ibunya memiliki smartphone namun tidak sering menggunakannya. Ia bercerita bahwa ibu dan ayahnya menggunakan smartphone hanya untuk
mengirim pesan via sms dan juga telepon. Namun, Rahma mengaku bahwa dirinya jarang bercerita atau mengobrol dengan kedua orang tuanya. Rastra 6
tahun bercerita bahwa ayah dan ibunya memiliki smartphone. Diantara kedua orang tuanya, Rastra mengatakan bahwa ayahnya sering menggunakan
smartphone dan ibunya jarang menggunakan smartphone. Rastra mengaku
bahwa Ibunya lebih banyak melakukan aktifitas rumah tangga. Berdasarkan cerita, Rastra menceritakan bahwa ibunya merupakan ibu yang asyik untuk
diajak bercerita. Mereka sering mengobrol mengenai kejadian-kejadian di sekolah Rastra. Menurut Rastra, ibunya selalu membantunya apabila ia
mengalami kesulitan dalam belajar. Selain itu, hipotesis yang menerangkan bahwa terdapat hubungan
negatif antara intensitas penggunaan smartphone dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Veronika 2013 yang mengungkapkan bahwa smartphone memberikan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. Orang dewasa yang
menggunakan smartphone dengan sering cenderung malas untuk bersosialisasi dengan teman, keluarga, atau lingkungan di sekitar mereka.
Dengan menggunakan smartphone, segala sesuatu dapat dilakukan dengan berada pada satu tempat. Hal ini mengakibatkan orang dewasa cenderung
tidak peduli dengan rasa sosial.
Sependapat dengan Veronika 2013, Ngafifi 2014 mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi memiliki dampak pada berubahnya pola interaksi
antarmanusia. Kehadiran teknologi dirumah mengakibatkan berubahnya pola interaksi dalam keluarga. Teknologi di dalam rumah memberikan peluang
yang besar bagi setiap anggota keluarga untuk berhubungan dengan dunia luar. Hal ini mengakibatkan orang cenderung asyik sendiri menghabiskan
waktunya dengan teknologi. Rogers dalam Hendrastomo, 2008
mengungkapkan bahwa smartphone mengubah tatanan komunikasi tatap muka yang kemudian digantikan dengan teknologi dan secara tidak langsung
terjadi perubahan pola komunikasi intimacy dalam komunikasi antarpribadi. Smartphone
mampu mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung.
Koefisien determinasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,342. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 34,2 variabel persepsi
kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak- kanak awal dipengaruhi oleh variabel intensitas penggunaan smartphone pada
orang tua. Sedangkan sebesar 65,8 variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa
sebagian besar subjek mendapatkan skor yang rendah dalam mengungkapkan intensitas menggunakan smartphone pada diri mereka. Hal ini tidak sesuai
dengan fenomena peningkatan penggunaan smartphone pada orang tua yang
sedang terjadi pada jaman globalisasi ini. Oleh sebab itu, peneliti menduga terdapat faktor yang berpengaruh terhadap perolehan skor yang rendah pada
sampel data. Peneliti menduga bahwa skor yang rendah pada subjek diakibatkan adanya social desirablity yang terkandung dalam item atau
pernyataan-pernyataan pada skala intensitas penggunaan smartphone. Item- item yang disajikan sangat memungkinkan subjek untuk menjawab sesuai
dengan norma sosial yang berlaku pada masyarakat. Sehingga hal tersebut mempengaruhi penilaian mereka terhadap suatu item atau pernyataan. Pada
akhirnya subjek akan memilih jawaban yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Selain itu, pengukuran terhadap intensitas penggunaan smartphone tidak dapat melihat situasi-situasi tertentu yang memungkinkan orang tua
dalam menggunakan smartphone di waktu mereka sedang tidak berkomunikasi dengan anak. Penelitian ini belum mampu melihat situasi
secara spesifik terkait pada waktu kapan saja orang tua menggunakan smartphone
. Kemungkinan orang tua menggunakan smartphone pada saat anak mereka sedang bersekolah, bermain dengan teman-temannya, atau tidur
yang pada saat itu tidak memungkinkan terjadinya komunikasi interpersonal diantara keduanya.
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima yaitu terdapat
hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada
masa kanak-kanak awal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan koefisien korelasi r = -0,585 dengan nilai signifikansi p = 0,000 p 0,05.
Perolehan hasil analisis uji hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara intensitas penggunaan smartphone
pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Semakin tinggi
intensitas penggunaan smartphone pada orang tua, maka semakin rendah persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada
masa kanak-kanak awal. Berlaku sebaliknya apabila semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua, maka semakin tinggi
persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.