interpersonal tatap muka antara pengguna smartphone dengan orang disekitar mereka. Pengguna smartphone cenderung mengalami
perubahan sikap sosial di lingkungannya. Mereka lebih suka berkomunikasi dengan menggunakan smartphone atau jaringan internet
dibandingkan melalui
komunikasi langsung
atau tatap
muka Sulistyaningtyas dkk., 2012; Veronika, 2013. Komunikasi via
smartphone mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi
perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung Rogers dalam Hendrastomo, 2008.
C. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin “communicatio” yang bersumber dari kata kerja “communis”. Arti dari kata “communis” sendiri adalah sama, dalam arti
kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Komunikasi berlangsung ketika saling mengerti apa yang dibicarakan
oleh orang lain Effendy, 1986. Komunikasi secara terminologis merupakan proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang melibatkan manusia di dalamnya atau disebut dengan human
communication Effendy, 1986.
Menurut DeVito 2011, komunikasi mengacu pada tindakan,
oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang dapat terdistorsi oleh gangguan noise, terjadi dalam suatu konteks
tertentu, memiliki pengaruh tertentu, dan terdapat kesempatan untuk melakukan umpan balik feedback.
Komunikasi menurut Dictionary of Behavioral Science dalam Rakhmat, 2008 adalah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak,
penerimaan dan pengolahan informasi dan proses saling mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.
Hurlock 1978 mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan yang dapat dilaksanakan dengan setiap
bentuk bahasa seperti : isyarat, ungkapan, emosional, bicara, atau bahasa tulisan. Tetapi, komunikasi yang paling umum dan paling efektif
digunakan dilakukan dengan menggunakan bahasa. Berdasarkan berbagai pengertian komunikasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan isyarat, ungkapan, emosional,
bicara, atau bahasa dari satu orang ke orang yang lain dimana dapat mempengaruhi, mengubah sikap seseorang, dan terdapat kesempatan
untuk memberi umpan balik.
Effendy 1986 mengemukakan bahwa proses komunikasi terjadi atas beberapa komponen yang berperan di dalamnya meliputi :
komunikator sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan berupa pernyataan yang didukung oleh lambang yang pada umumnya adalah
bahasa, komunikan sebagai orang yang menerima pesan, media sebagai sarana atau saluran yang mendukung pesan apabila komunikan berada
pada jarak yang jauh atau jumlah yang banyak, dan efek yang merupakan dampak atau pengaruh dari pesan.
Menurut Effendy 1986, proses komunikasi terdiri atas proses
komunikasi tidak langsung dan proses komunikasi langsung. Proses komunikasi tidak langsung indirect atau disebut juga dengan proses
komunikasi bermedia merupakan komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan atau menyampaikan pesan kepada
komunikan yang berada pada jarak jauh, atau jumlah komunikan yang banyak.
Proses komunikasi langsung direct atau disebut juga proses komunikasi tatap muka merupakan komunikasi yang terjadi dimana
komunikator dan komunikan saling berhadapan dan saling menatap. Komunikator dapat secara langsung mengamati komunikan dan
mengetahui efek dari komunikasi pada saat itu juga. Pesan, tanggapan, dan juga respon diperoleh secara langsung saat berlangsungnya proses
komunikasi. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka, umpan balik feedback terjadi secara langsung. Berdasarkan
jumlah komunikan yang dihadapi oleh komunikator, komunikasi langsung tatap muka diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi
interpersonal dan komunikasi kelompok.
2. Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut
Beebe 1996,
Komunikasi interpersonal
atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari human
communication dimana dapat terjadi ketika kita berinteraksi secara
bersamaan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi bersamaan berarti bahwa kita dan pasangan bicara kita saling
bertukar informasi di waktu dan tempat yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan saling mempengaruhi adalah ketika kita dengan
pasangan bicara kita mendapatkan pengaruh dari interaksi tersebut. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan, dan cara
pandang orang lain dalam menginterpretasikan apa yang sedang diterimanya dalam interaksi tersebut.
Effendy 1986 mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dialogis dimana terjadi saling menanggapi antara komunikator
dan komunikan. Komunikasi interpersonal dapat terjadi secara langsung tatap muka atau tidak langsung antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi tatap muka terjadi penyampaian umpan balik feedback secara langsung antara keduanya.
Komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi
yang berlangsung secara tatap muka yang terjadi antara dua orang atau lebih,
baik secara terorganisasi maupun pada suatu kerumunan Wiryanto, 2004. Laing, Phillipson, dan Lee dalam Wiryanto, 2004
mengungkapkan adanya komunikasi interpersonal berdasarkan hubungan diadik. Hubungan diadik yang dimaksudkan merupakan suatu hubungan
yang didalamnya menggambarkan interaksi dan pengalaman bersama orang tersebut. Hubungan ini terjadi pada suatu hubungan yang mantap
dan jelas. Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto, 2004 mendefinisikan
komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang terjalin antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Komunikasi diadik bersifat
spontan dan informal dimana peserta komunikasi dapat saling memberi umpan balik feedback secara maksimal dan fleksibel. Trenholm dan
Jensen dalam Wiryanto, 2004 juga mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal secara diadik dapat dilihat pada struktur jaringan keluarga.
Dimana komunikasi yang terjalin didalam keluarga berlangsung secara bebas.
Berdasarkan pada
pengertian-pengertian komunikasi
interpersonal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpesonal adalah salah satu bentuk human communication dimana
terjadi pertukaran informasi dan saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan yang terjadi secara langsung tatap muka
atau tidak langsung dan dapat saling memberikan umpan balik feedback. Komunikasi interpersonal juga dapat berlangsung secara
diadik yang terjalin pada hubungan yang jelas dan mantap seperti pada struktur keluarga.
3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal Supratiknya 1995 mengungkapkan bahwa komunikasi penting
untuk meningkatkan kebahagiaan hidup seseorang. Johnson dalam Supratiknya, 1995 menjabarkan beberapa peranan komunikasi
interpersonal bagi kebahagiaan hidup individu. Diantaranya adalah: a. Membantu Perkembangan Intelektual dan Sosial
Perkembangan dimulai sejak individu berada pada masa bayi. Pada masa itu individu mulai membangun komunikasi yang intens
dengan orang tua khususnya ibu. Sejak saat itu, lingkaran ketergantungan individu mulai meluas seiring dengan bertambahnya
usia. Bersama dengan hal tersebut, perkembangan intelektual dan sosial individu sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi individu
tersebut dengan orang lain. b. Membentuk Identitas dan Jati Diri
Melalui komunikasi dengan orang lain, individu mampu menemukan
identitas dan
jati dirinya.
Ketika individu
berkomunikasi, secara sadar maupun tidak sadar individu dapat mengamati, memperhatikan, dan mencatat segala tanggapan yang
diberikan oleh orang lain. Hal ini membantu individu melihat bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Komunikasi
interpersonal membantu individu untuk mengenal dan mengetahui siapa diri mereka sebenarnya.
c. Memahami Realitas Melalui komunikasi individu dapat memahami bagaimana
realitas dan kesan-kesan serta pengertian terhadap dunia. Komunikasi membantu individu melihat cara pandangnya dan
mampu mebandingkannya dengan cara pandang orang lain. d. Menentukan Kesehatan Mental
Kesehatan mental seseorang dapat ditentukan berdasarkan kualitas komunikasi interpersonal dan hubungan individu tersebut
dengan orang lain. Kualitas komunikasi dan hubungan dengan orang lain yang tidak baik tentu akan berdampak terhadap kesehatan
mental individu.
4. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak berada dalam
ruang lingkup komunikasi dalam keluarga. Menurut Beebe 1996, komunikasi dalam keluarga merupakan suatu proses dalam memberi,
menerima, dan menginterpretasikan pesan dalam ruang lingkup keluarga. Effendy 1986 menyatakan bahwa komunikasi dalam keluarga
biasanya berbentuk komunikasi interpersonal face to face yang pada
intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi baik sebagai komunikator maupun
komunikan Hurlock 1978 mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal
antara orang tua dan anak dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan. Pada umumnya komunikasi yang efektif
dilakukan dengan berbicara tatap muka antara anak dengan orang tua mereka. Mereka saling memahami makna dari apa yang dibicarakan oleh
kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anak-
anak awal tidak terlepas dari perkembangan bahasa pada anak. Bahasa berperan penting sebagai dasar terbentuknya suatu komunikasi Bee,
1997; Vygotsky, 1978. Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anak-
anak awal adalah proses dari komunikasi yang pada umumnya terjadi secara tatap muka antara orang tua dan anak yang memberi, menerima,
dan menginterpretasikan pesan secara langsung atau tatap muka untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung
dengan berbicara menggunakan bahasa.
5. Persepsi Menurut Halonen Santrock 1999, persepsi adalah proses otak
dalam mengorganisasi dan memproses informasi sensorik dan
memberikan arti. Persepsi bekerja ketika reseptor sesori menerima stimulus dari luar dan organ sensori memproses dan mengubahnya
menjadi informasi yang disalurkan ke otak. Informasi tersebut merupakan dasar individu menginterpretasikan atau memandang sesuatu.
Feldman 2011 mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses menyortir, menginterpretasikan, menganalisis, dan mengintegrasikan
rangsangan yang dibawa oleh organ indera dan otak. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan cara
pandang seseorang terhadap sesuatu hal dengan menginterpretasikan dan memproses stimulus yang diterima.
Persepsi komunikasi interpersonal merupakan cara pandang orang tua dengan menginterpretasi dan memproses informasi mengenai
komunikasi yang terjadi antara diri dan anak mereka.
6. Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Baik atau buruknya komunikasi interpersonal tidak dipandang
dari seberapa sering orang tua dan anak saling berbicara satu sama lain. Melainkan dilihat berdasarkan kualitas dari apa yang sedang dibicarakan
oleh kedua belah pihak DeVito, 2011. Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pun juga dilihat berdasarkan kualitas komunikasi
yang terjadi Hopson dalam Pitriawanti, 2010. Hopson dalam
Pitriawanti, 2010 mengungkapkan bahwa komunikasi yang berkualitas baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa diantara kedua belah
pihak memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain. Sebaliknya, komunikasi yang kurang
baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa kurangnya rasa memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang
diantara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat melalui persepsi orang tua terhadap kualitas komunikasi interpersonal dengan anak mereka.
Untuk mencapai kualitas komunikasi yang baik, DeVito 2011 mengemukakan bahwa terdapat lima aspek kualitas umum komunikasi
interpersonal. Lima aspek kualitas umum tersebut meliputi: a. Keterbukaan openness
Kualitas komunikasi berdasarkan keterbukaan mengacu pada tiga aspek dalam komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator harus
bersedia untuk membuka diri dan terbuka dalam mengungkapkan informasi kepada orang yang diajaknya berbicara. Kedua, aspek
keterbukaan mengacu pada kesediaan komunikator untuk bersikap dan bereaksi secara jujur dan spontan terhadap stimulus yang datang.
Aspek ketiga mengacu pada “kepemilikan” atas suatu pikiran dan perasaan Bochner Kelly dalam DeVito, 2011. Dalam pengertian
bahwa seorang komunikator mengakui bahwa apa yang diutarakannya merupakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya yang ia miliki
dan memiliki tanggung jawab atas hal tersebut.
b. Empati emphaty Henry Backrack dalam DeVito, 2011 mendefinisikan empati
sebagai “kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang
lain itu, melalui kacamata orang lain itu”. Dalam arti bahwa berempati adalah merasakan sesuatu seperti apa yang dirasakan oleh orang lain.
c. Sikap mendukung supportive-ness Jack Gibb dalam DeVito, 2011 mengungkapkan bahwa
komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung begitu saja tanpa adanya suasana yang mendukung. Maka dari itu perlu
dikembangkan sikap mendukung dalam suatu komunikasi. Terdapat tiga sikap yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk menunjukkan
sikap mendukung dalam suatu komunikasi interpersonal. Ketiga sikap tersebut
merupakan 1
deskriptif, bukan
evaluatif, yaitu
berkomunikasi tanpa memberi penilaian terhadap apa yang dikemukakan oleh lawan bicara. 2 spontan, bukan strategik, yaitu
berterus terang dalam mengutarakan pikiran tanpa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. dan 3 provisional, bukan sangat yakin,
yaitu mampu bersikap tentatif sementara dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengarkan pandangan lawan bicara dan bersedia
mengubah posisi jika keadaan mengharuskan tanpa memiliki keyakinan yang kuat untuk menciptakan suasana yang mendukung.
d. Sikap positif possitive-ness
DeVito 2011 mengungkapkan bahwa terdapat dua cara untuk mengomunikasikan
sikap positif
dalam suatu
komunikasi interpersonal. Cara tersebut adalah dengan 1 menyatakan sikap
positif dan 2 secara positif mendorong orang lain untuk berinteraksi bersama kita, yaitu mampu mendorong menghargai keberadaan dan
pentingnya lawan bicara. Dorongan positif dapat ditunjukkan secara verbal dan nonverbal.
e. Kesetaraan equality Pengertian
kesetaraan dalam
komunikasi interpersonal
dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi memiliki pengakuan bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga serta memiliki sesuatu hal yang penting untuk disumbangkan dalam komunikasi tersebut. Carl Rogers dalam
DeVito, 2011 memberi istilah kesetaraan merupakan pemberian “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang yang sedang kita
ajak berkomunikasi.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak
Djamaludin dalam Marhaeni, 2012 mengungkapkan bahwa dalam kaitannya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
dipengaruhi oleh dua hal yaitu bagaimana anak mempunyai persepsi
pandangan terhadap orang tua dan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik di mata anak.
a. Persepsi anak terhadap orang tua Kualitas komunikasi interpersonal antara anak dan orang tua
dimulai dari bagaimana persepsi anak terhadap orang tua. Anak cenderung memiliki hubungan yang baik dengan orang tua mereka
saat mereka memiliki persepsi atau pandangan positif kepada orang tuanya. Komunikasi interpersonal yang baik terjalin ketika anak
memiliki pandangan bahwa orang tua mereka memiliki sifat-sifat yang baik, menyayangi mereka, dan bertanggung jawab.
b. Kemampuan menjadi orang tua yang baik Kesan orang tua yang dimiliki oleh anak sangat menentukan
keberhasilan komunikasi diantara keduanya. Orang tua yang baik adalah mereka yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
seperti kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, kemampuan menjadi orang tua yang baik dapat dilihat dari sikap
orang tua terhadap anak saat mereka berkomunikasi. Sikap orang tua yang baik adalah memperlakukan anak sebagai partner dalam
berkomunikasi. Kedua faktor di atas merupakan landasan untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik. Hubungan-hubungan yang telah terbentuk tersebut berlangsung secara baik atau tergantung kepada
interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak.
Djamarah 2004 megungkapkan bahwa hubungan yang baik di dalam keluarga dapat dilihat melalui komunikasi antara orang tua dan
anak. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua
terhadap anak dalam keluarga tersebut. Hurlock 1978 juga mengemukakan bahwa sikap orang tua mempengaruhi cara mereka
memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada
dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak.
Kaitannya dengan komunikasi antara orang tua dan anak, penekanan berada pada sikap orang tua dalam menjalin komunikasi
dengan anak. Bagaimana orang tua mampu menjalin komunikasi yang baik dan akrab serta terdapat pemenuhan-pemenuhan kebutuhan anak.
8. Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pada Masa Kanak- kanak Awal
White dalam Hurlock, 1978 mengemukakan bahwa pada masa prasekolah, dua tahun pertama adalah penting dalam meletakkan pola
untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Memberi kehidupan sosial yang kaya pada anak adalah hal yang dapat dilakukan guna menjamin
pikiran baik pada anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak.
Hubungan antar pribadi yang menyenangkan dalam keluarga sebagai salah satu faktor dalam mempengaruhi dasar hidup anak pada
masa kanak-kanak awal Berk, 2006; Santrock, 2007. Hubungan tersebut dapat diamati berdasarkan komunikasi yang terjalin di dalam
suatu keluarga khususnya pada komunikasi orang tua dan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak pada masa kanak-
kanak awal diharapkan memiliki kualitas yang baik. Kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat turut mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan anak tidak lepas dari keluarga dimana mereka
dibesarkan. Hurlock 1978 mengemukakan sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan
dengan anggota keluarganya. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota
keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut. Hurlock 1978 juga mengemukakan bahwa sikap orang tua
mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan
perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua anak. Sikap orang tua tidak hanya mempengaruhi
hubungan di dalam keluarga melainkan juga mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Hubungan antara orang tua dan anak yang sehat dan
positif akan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya.
Hubungan yang sehat dan positif dengan orang tua akan menghasilkan anak yang bahagia, ramah-tamah, dianggap menarik oleh orang lain,
relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama.
Sebaliknya apabila anak memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya, mereka cenderung memiliki penyesuaian pribadi
dan sosial yang cenderung buruk. Hubungan yang tidak baik dengan orang tua akan menghasilkan anak yang haus akan kasih sayang, takut
dikesampingkan, terlampau ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan
usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun Hurlock, 1978. Hurlock
1978 menjelaskan
bahwa peran
komunikasi interpersonal dengan berbicara antara orang tua dan anak dapat
berpengaruh terhadap penyesuaian sosial dan pribadi anak. Adapun pengaruhnya sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan Melalui komunikasi dengan bicara, anak mampu menjelaskan
tentang kebutuhan dan keinginan mereka kepada orang lain khususnya kepada orang tua mereka.
b. Perhatian dari orang lain Dengan berbicara kepada orang tua mereka, anak-anak dapat
merasa senang apabila mereka mendapatkan perhatian dengan saling berbicara kepada orang tua mereka.
c. Hubungan sosial Bila diantara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik,
maka hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi di lingkungannya. Kemampuan berkomunikasi yang
baik pada anak akan membantu anak dalam menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya serta dapat membantu
menjadi anggota dari kelompok. Menjadi anggota kelompok dapat memberi
kesempatan anak
dalam memainkan
peran kepemimpinannya.
d. Penilaian sosial Penilaian sosial terhadap diri anak juga dapat dinilai berdasarkan
kemampuan komunikasi anak dengan lingkungannya. Komunikasi orang tua dan anak menjadi tolak ukur bagaimana kemampuan anak
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. e. Penilaian diri
Melalui komunikasi, khususnya komunikasi antara orang tua dan anak turut mempengaruhi bagaimana anak menilai diri mereka.
Mereka dapat mengetahui bagaimana tanggapan dan kesan yang diberikan oleh orang tua kepada dirinya dan hal tersebut mampu
membentuk dasar anak bagi penilaian diri mereka.
D. Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal