Dimensi Tiga LANDASAN TEORI

22 performa matematika dari tujuh juta siswa kelas 2 hingga kelas 11 di Amerika Serikat, rata-rata performa matematika laki-laki dan perempuan tidak berbeda Feldman, 2012:57. Di tahun-tahun awal sekolah, anak perempuan belajar matematika dengan baik seperti anak laki-laki Wood, 2008:192. Didasarkan pada kemampuan, laki-laki memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan matematika lebih kuat daripada perempuan Wood, 2008:193. Rata-rata untuk semua laki-laki lebih tinggi daripada rata-rata perempuan karena berasal dari sedikit laki laki yang mendapat nilai yang sangat tinggi Wood, 2008:193. Berdasarkan paparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika laki-laki lebih tinggi dan kuat daripada perempuan tetapi kemampuan matematika perempuan sama dengan laki-laki saat awal tahun sekolah. Kemampuan matematika antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari kemampuan visual, dan laki-laki mempunyai kemampuan pada dimensi tiga atau tata ruang, sedangkan perempuan memiliki kemampuan pada aritmatika.

E. Dimensi Tiga

6. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang pada Bangun Ruang Titik hanya dapat ditentukan oleh letaknya tetapi tidak mempunyai ukuran atau tidak berdimensi Wirodikromo, 2007: 268. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai besaran Marwanta dkk., 2009: 292. Titik dilukiskan dengan noktah dan biasanya 23 dinotasikan dengan huruf kapital seperti A, B, C, dan seterusnya Marwanta dkk., 2009: 292. Suatu garis merupakan himpunan titik-titik tidak terbatas banyaknya Marwanta dkk., 2009: 292. Jarak terpendek antara dua titik berupa garis lurus Slavin dan Crisonino, 2005: 6. Menurut Slavin dan Crisonino 2005: 8, segmen garis adalah bagian dari garis antara dua titik bahkan jika titik-titik kebetulan berada di dua ekstrem dari garis, dengan titik lainnya di antara, dan bahkan jika bagian dari garis adalah seluruh baris, misalkan ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅. Ruas garis dinotasikan dengan menyebut titik pangkal dan titik ujung garis seperti ruas garis AB, PQ Marwanta dkk., 2009: 292. Bidang merupakan himpunan titik-titik yang memiliki panjang dan luas, dan dikatakan berdimensi dua Marwanta dkk., 2009: 292. Bidang hanya dilukiskan sebagian saja yang disebut wakil bidang Wirodikromo, 2007: 268. Wakil suatu bidang mempunyai dua ukuran yaitu panjang dan lebar Wirodikromo, 2007: 268. Nama dari wakil bidang biasanya dituliskan di daerah pojok bidang dengan memakai huruf H, U, atau V Wirodikromo, 2007: 268. Titik B Garis g Bidang Gambar 2.1 Titik, Garis, dan Bidang Aksioma atau postulat tentang kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang dipaparkan sebagai berikut. 24 a Kedudukan Titik dan Garis dalam Ruang 1 Jika suatu titik dilalui oleh sebuah garis, maka titik tersebut dikatakan terletak pada garis Marwanta dkk., 2009: 294; Wirodikromo, 2007: 271. Gambar 2.2 Titik Terletak pada Garis 2 Jika suatu titik tidak dilalui oleh sebuah garis, maka titik tersebut dikatakan berada di luar garis Marwanta dkk., 2009: 294; Wirodikromo, 2007: 271. Gambar 2.3 Titik di Luar Garis b Kedudukan Titik dan Bidang dalam Ruang 1 Sebuah titik terletak pada bidang, jika titik dapat dilalui bidang Marwanta dkk., 2009: 294; Wirodikromo, 2007: 271. Gambar 2.4 Titik Terletak pada Bidang 2 Sebuah titik berada di luar bidang, jika titik tidak dapat dilalui bidang Marwanta dkk., 2009: 296; Wirodikromo, 2007: 271. Gambar 2.5 Titik di Luar Bidang 25 c Kedudukan Dua Garis dalam Ruang 1 Dua buah garis dikatakan bersilangan, jika kedua garis tidak terletak pada sebuah bidang yang sama atau dua buah garis dikatakan bersilangan jika tidak dapat dibuat sebuah bidang yang melalui kedua garis tersebut Marwanta dkk., 2009: 296; Wirodikromo, 2007: 273. Gambar 2.6 Dua Garis saling Bersilangan 2 Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis terletak pada sebuah bidang dan tidak memiliki titik persekutuan Marwanta dkk., 2009: 296; Wirodikromo, 2007: 273. Gambar 2.7 Dua Garis saling Sejajar 3 Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis terletak pada sebuah bidang memiliki sebuah titik persekutuan atau titik potong Marwanta dkk., 2009: 296; Wirodikromo, 2007: 273. Gambar 2.8 Dua Garis saling Berpotongan a b 26 d Kedudukan Garis dan Bidang dalam Ruang 1 Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika garis dan bidang itu sedikitnya mempunyai dua titik persekutuan Marwanta dkk., 2009: 298; Wirodikromo, 2007: 275. Gambar 2.9 Garis Terletak pada Bidang 2 Sebuah garis dikatakan memotong atau menembus bidang jika garis dan bidang hanya mempunyai sebuah titik persekutuan Marwanta dkk., 2009: 298; Wirodikromo, 2007: 275. Gambar 2.10 Garis Memotong atau Menembus Bidang 3 Sebuah garis dikatakan sejajar bidang jika garis dan bidang tidak mempunyai satu pun titik persekutuan Marwanta dkk., 2009: 298; Wirodikromo, 2007: 275. Gambar 2.11 Garis Sejajar dengan Bidang 27 e Kedudukan Dua Bidang dalam Ruang 1 Dua bidang dikatakan berpotongan, jika kedua bidang itu memiliki tepat satu garis persekutuan yang disebut juga garis potong Marwanta dkk., 2009: 300; Wirodikromo, 2007: 279. Gambar 2.12 Dua Bidang saling Berpotongan 2 Dua bidang dikatakan sejajar, jika kedua bidang tersebut tidak memiliki titik persekutuan Marwanta dkk., 2009: 298; Wirodikromo, 2007: 279. Gambar 2.13 Dua Bidang saling Sejajar 3 Dua bidang dikatakan berimpit, jika setiap titik yang terletak pada satu bidang juga terletak pada bidang lainnya atau sebaliknya Marwanta dkk., 2009: 300; Wirodikromo, 2007: 279. Gambar 2.14 Dua Bidang Berimpit 28 7. Bangun Ruang Pertemuan dua sisi suatu bangun ruang berupa ruas garis disebut rusuk bangun ruang Sukino dkk., 1988:1. Pertemuan tiga rusuk suatu bangun ruang yang juga pertemuan tiga bidang sisi disebut titik sudut bangun ruang Sukino dkk., 1988:1. Diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut, masing-masing titik sudut bidang atas dan titik sudut bidang alas yang tidak terletak dalam suatu bidang sisi tegak Sukino dkk., 1988:7. Diagonal sisi adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan yang tidak segaris dalam suatu sisi bangun ruang sedangkan garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan yang tidak sebidang dalam bangun ruang disebut diagonal ruang Sukino dkk., 1988:2. Bidang yang melalui sebuah diagonal bidang alas dan rusuk tegak yang memotongnya disebut bidang diagonal Sukino dkk., 1988:7. Cara mencari luas permukaan dan volume bangun ruang seperti balok, kubus, prisma, limas, dan tabung di bawah ini diperuntukkan bagi anak sekolah. a. Balok Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar yang berbentuk persegi panjang Ismunamto dkk., 2011:52. Menurut Slavin dan Crisonino 2005:168, a rectangular solid is a uniform solid whose base is rectangle and whose height is perpendicular to its base balok adalah suatu bangun dengan alas 29 persegi panjang dan tingginya tegak lurus terhadap alas. Balok memiliki panjang p, lebar l, dan tinggi t yang memiliki ukuran yang berbeda Suprijanto dkk., 2007:118. 1 Luas Permukaan Balok Gambar 2.15 Balok dan Jaring-jaring Balok Mencari luas permukaan balok dapat dicari menggunakan jaring-jaring balok gambar 2.15. Luas permukaan balok = luas 1 + luas 2 + luas 3 + luas 4 + luas 5 + luas 6 = p l + p t + l t + p l + l t + p t = p l + p l + p t + p t + l t + l t = 2 p l + 2 p t + 2 l t = 2 p l + 2 p t + 2 l t Jadi, luas permukaan balok Suprijanto dkk., 2007:118. = 2 p.l + 2 p.t + 2 l.t = 2 p.l + p.t + l.t 2 Rumus Volume Balok Tabel 2.1 Volume Balok berbagai Ukuran N Gambar Balok Banyak Lapis Volu me V Ukuran Panjang p Lebar l Tinggi t 1 1 8 4 2 1 8 30 N Gambar Balok Banyak Lapis Volu me V Ukuran Panjang p Lebar l Tinggi t 2 2 16 4 2 2 16 3 3 24 4 2 3 24 4 4 32 4 2 4 32 Tabel 2.1 mengilustrasikan tentang mencari volume balok berbagai ukuran balok dan menggunakan bantuan kubus dengan panjang rusuk kubus satu satuan Adinawan dan Sugijono, 2013:133. Balok mempunyai ukuran panjang p, lebar l, dan tinggi t Adinawan dan Sugijono, 2013:133. Volume balok Adinawan dan Sugijono, 2013:133 Jadi, volume balok Adinawan dan Sugijono, 2013:133 = b. Kubus Kubus adalah suatu bangun yang dibatasi oleh enam bidang datar yang masing-masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun Ismunamto dkk., 2011:46. Menurut Slavin dan Crisonino 2005:164, a cube is a rectangular solid with equal 31 length, width, and height kubus adalah balok dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Kubus juga disebut dengan prisma segiempat beraturan. 1 Rumus Luas Permukaan Kubus Gambar 2.16 Kubus dan Jaring-jaring Kubus Mencari luas permukaan kubus dapat menggunakan jaring-jaring kubus gambar 2.16. Misalkan panjang rusuk kubus adalah a. Luas permukaan kubus ABCD.EFGH = luas ABCD + luas EFGH + luas ABFE + luas DCGH + luas ADHE + luas BCGF = luas persegi + luas persegi + luas persegi + luas persegi + luas persegi + luas persegi = a a + a a + a a + a a + a a + a a = + + + + + = 6 Jadi, luas permukaan kubus Suprijanto dkk., 2007:117 = 2 Rumus Volume Kubus Mencari volume kubus dapat menggunakan bantuan volume balok. Misalkan, panjang rusuk kubus adalah a. Volume balok = p l t = a a a = 32 Jadi, volume kubus Suprijanto dkk., 2007:117 = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk = c. Prisma Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang sama dan sebangun kongruen, dan saling sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk- rusuk yang sejajar Adinawan dan Sugijono, 2014: 122. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar bidang alas dan bidang bawah dan beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis-garis yang sejajar Suprijanto dkk., 2007:119. Gambar 2.17 Prisma Segiempat 1 Unsur-unsur prisma ABCD.EFGH Ismunamto dkk., 2011:62 a ABCD dan EFGH adalah bidang alas dan keduanya sejajar. ABFE, BCGF, CDHG, dan DAEH disebut bidang tegak atau sisi tegak dan merupakan selubung atau selimut prisma. 33 b AE, BF, CG, dan DH adalah rusuk tegak sedangkan AB, BC, CD, dan DA adalah rusuk alas dan rusuk atas meliputi EF, FG, GH, dan HE. c A, B, C, D, E, F, G, dan H merupakan titik sudut. d AG, BH, CE, dan DF merupakan diagonal ruang. e ACGE dan BDHF merupakan bidang diagonal. 2 Rumus Luas Permukaan Prisma Gambar 2.18 Prisma Tegak Segitiga dan Jaring-jaring Prisma Tegak Segitiga Mencari luas permukaan prisma tegak segitiga dapat menggunakan jaring-jaring prisma tegak segitiga gambar 2.18. Luas permukaan prisma KLM.PON Adinawan dan Sugijono, 2014: 127 = luas KLM + luas PON + luas KMNP + luas KLOP + luas MLON = luas segitiga + luas segitiga + c t + a t + b t = 2 x luas segitiga + a + b + c t = 2 luas alas + keliling alas tinggi Jadi, luas permukaan prisma Adinawan dan Sugijono, 2014:127 = 2 luas alas + keliling alas tinggi a b t a a c a t t t t a b b b b c c 34 3 Rumus Volume Prisma a b c d Gambar 2.19 Balok dan Prisma Tegak Segitiga Mencari volume prisma tegak segitiga dapat menggunakan bantuan bangun ruang balok gambar 2.19. Volume prisma segitiga ABD.EFH Adinawan dan Sugijono, 2014: 138 = volume balok = p l t = p l t = t = luas segitiga t = luas alas tinggi Jadi, luas prisma Adinawan dan Sugijono, 2014: 138 = luas alas tinggi 35 d. Limas Menurut Slavin dan Crisonino 2005:173, a pyramid is geometric solid having any polygon as one face, where all the other faces are triangles meeting at a common vertex limas adalah bangun ruang yang mempunyai segibanyak sebagai salah satu sisinya alas limas, di mana semua sisi lain berupa segitiga bertemu di satu titik yaitu titik puncak. Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi-n dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang banyaknya bergantung pada segi-n alasnya Suprijanto dkk., 2007:121. Gambar 2.20 Limas Segitiga 1 Unsur-unsur Limas T.ABC Ismunamto dkk., 2011:71 a ABC adalah bidang alas. b TAB, TBC, dan TAC adalah bidang tegak. c T, A, B, dan C disebut titik sudut. d TA, TB dan TC merupakan rusuk tegak sedangkan AB, BC, dan AC merupakan rusuk alas. 36 2 Rumus Luas Permukaan Limas Gambar 2.21 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat Mencari luas permukaan limas segiempat E.ABCD menggunakan jaring-jaring limas segiempat gambar 2.21. Luas permukaan limas segiempat E.ABCD Suprijanto dkk., 2007:123 = luas ABCD +luas DEA + luas AEB + luas BEC + luas CED = luas ABCD + luas DEA + luas AEB + luas BEC + luas CED = luas alas + jumlah luas sisi tegak Jadi, luas permukaan limas Suprijanto dkk., 2007:123 = luas alas + jumlah luas sisi tegak 3 Rumus Volume Limas a b Gambar 2.22 Kubus dan Limas Segiempat Mencari volume limas dapat menggunakan bantuan kubus yaitu dari perpotongan diagonal-diagonal ruang kubus dan alas kubus gambar 2.22. Kubus ABCD.EFGH mempunyai panjang rusuk yaitu s dengan keempat diagonal 37 ruang kubus berpotongan di titik O dan terdapat enam buah limas segiempat yang sama. Limas segiempat beralaskan bidang alas kubus yaitu bidang ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, BCGF, dan ADHE sedangkan tinggi limas adalah setengah panjang rusuk kubus. Contohnya, limas yang berlaskan bidang ABCD dengan tinggi limas adalah OT. Ada enam buah limas dalam kubus sehingga jumlah volume enam buah limas merupakan volume kubus itu sendiri. Misalkan, t = Volume limas segiempat O. ABCD Suprijanto dkk., 2007:124 = volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk = s s s = = = t luas persegi = luas alas tinggi Jadi, volume limas Suprijanto dkk., 2007:124 = luas alas tinggi 38 e. Tabung Menurut Slavin dan Crisonino 2005:181, a cylinder is a uniform solid whose base is a circle tabung adalah bangun ruang yang alas bawah dan alas atasnya berbentuk lingkaran. Tabung adalah sebuah prisma dengan sisi alas alas bawah dan alas atas berbentuk lingkaran Kusumawardani, 2011: 48 Gambar 2.23 Tabung 1 Rumus Luas Permukaan Tabung Gambar 2.24 Jaring-jaring Tabung Luas permukaan tabung Kusumawardani, 2011: 47 = luas alas bawah + luas alas atas + luas selimut tabung = 2 luas alas + luas selimut 2 Rumus Volume Tabung Mencari volume tabung bisa menggunakan volume prisma. Volume tabung sama dengan volume prisma. Volume prisma Kusumawardani, 2011: 48 = volume tabung =luas alas tinggi 39 = luas lingkaran tinggi = 8. Proyeksi Proyeksi merupakan cara untuk melukis suatu bangun datar dua dimensi atau bangun ruang tiga dimensi pada bidang datar dengan cara menjatuhkan setiap titik pada bangun atau bentuk ke bidang proyeksi Sukino, 2014: 177. Tiga macam proyeksi sebagai berikut Sukino, 2014: 177-179. a. Proyeksi Ortogonal Proyeksi Tegak Lurus 1 Proyeksi Ortogonal Garis pada Garis a Titik-titik ujung ruas garis AB garis miring diproyeksikan pada garis l. A’ adalah hasil proyeksi A pada l dan B’ adalah hasil proyeksi B pada l sehingga garis A’B’ merupakan hasil proyeksi ruas garis AB pada garis l. Gambar 2.25 Proyeksi Ortogonal Garis Miring b Titik-titik ujung ruas garis CD garis miring yang memotong garis proyeksi l diproyeksikan pada garis l. C’ adalah hasil proyeksi C pada l dan C’adalah hasil proyeksi 40 C pada l sehingga garis C’D’ merupakan hasil proyeksi ruas garis CD pada l. Gambar 2.26 Proyeksi Ortogonal Garis Memotong Garis c Titik-titik ujung ruas garis EF garis tegakvertikal diproyeksikan pada garis l. E’ adalah hasil proyeksi E pada l dan F’ adalah hasil proyeksi F pada l sehingga E’F’ berupa titik merupakan hasil proyeksi EF pada l dan E’F’ berupa titik karena E’berimpit dengan F’. Gambar 2.27 Proyeksi Ortogonal Garis Tegak 2 Proyeksi Ortogonal Bidang dengan Bidang Segitiga ABC diproyeksikan pada bidang datar dengan melakukan proyeksi masing-masing titik sudut segitiga ABC pada bidang datar . A’ adalah hasil proyeksi A pada bidang , B’ adalah hasil proyeksi B pada bidang dan C’ adalah hasil proyeksi C pada bidang sehingga segitiga A’B’C’ adalah hasil proyeksi segitiga ABC pada bidang . 41 Gambar 2.28 Proyeksi Ortogonal Bidang b. Proyeksi Sentral Proyeksi dengan Titik Pusat T 1 Proyeksi Sentral Ruas Garis pada Garis Ruas garis AB diproyeksikan pada garis l dengan titik pusat T. A’ adalah hasil proyeksi A pada garis l, B’ adalah hasil proyeksi B pada garis l sehingga ruas garis A’B’ adalah hasil proyeksi ruas garis AB pada garis l dengan titik pusat T. Gambar 2.29 Proyeksi Sentral Garis 2 Proyeksi Sentral Bidang pada Bidang Segitiga ABC diproyeksikan pada bidang datar dengan titik pusat T. A’ adalah hasil proyeksi A pada bidang , B’ adalah hasil proyeksi B pada bidang dan C’ adalah hasil proyeksi C pada bidang sehingga segitiga A’B’C’ adalah hasil proyeksi segitiga ABC pada bidang dengan titik pusat T. 42 Gambar 2.30 Proyeksi Sentral Bidang c. Proyeksi Miring 1 Proyeksi Miring Ruas Garis pada Garis Ruas garis AB diproyeksikan miring pada garis l. A’ adalah hasil proyeksi A pada garis l, B’ adalah hasil proyeksi B pada garis l sehingga ruas garis A’B’ adalah hasil proyeksi ruas garis AB pada garis l. Gambar 2.31 Proyeksi Miring Garis 2 Proyeksi Miring Bidang pada Bidang Segitiga ABC diproyeksikan miring pada bidang . A’ adalah hasil proyeksi A pada bidang , B’ adalah hasil proyeksi B pada bidang dan C’ adalah hasil proyeksi C pada bidang sehingga segitiga A’B’C’ adalah hasil proyeksi segitiga ABC pada bidang . 43 Gambar 2.32 Proyeksi Miring Bidang 9. Jarak pada Bangun Ruang Jarak pada bangun ruang sebagai berikut. a. Jarak antara Titik dengan Titik Jarak antara dua titik adalah panjang ruas garis yang menghubungkan kedua titik tersebut Marwanta dkk., 2009: 306. Gambar 2.33 Jarak antara Dua Titik b. Jarak antara Titik dengan Garis Jarak antara titik dengan garis adalah panjang ruas garis yang ditarik dari titik tersebut tegak lurus terhadap garis itu Marwanta dkk., 2009: 308. Gambar 2.34 Jarak antara Titik dengan Garis d d 44 c. Jarak antara Titik dengan Bidang Jarak antara titik dengan bidang adalah panjang ruas garis yang tegak lurus dan menghubungkan titik tersebut dengan bidang Marwanta dkk., 2009: 308. Gambar 2.35 Jarak antara Titik dengan Bidang d. Jarak antara Garis dengan Garis Jarak antara dua garis sejajar atau bersilangan adalah panjang ruas garis yang tegak lurus terhadap kedua garis tersebut Marwanta dkk., 2009: 308. Gambar 2.36 Jarak antara Dua Garis e. Jarak antara Garis dengan Bidang Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah panjang ruas garis yang tegak lurus dengan garis dan bidang tersebut Marwanta dkk., 2009: 308. Gambar 2.37 Jarak antara Garis dengan Bidang d d 45 f. Jarak antara Bidang dengan Bidang Jarak antara dua bidang adalah panjang ruas garis yang tegak lurus terhadap dua bidang tersebut Marwanta dkk., 2009: 308. Gambar 2.38 Jarak antara Dua Bidang 10. Sudut-sudut dalam Ruang Sudut adalah gabungan dua segmen garis dengan titik ujung yang sama atau gabungan dua sinar garis dengan titik ujung yang sama Marini, 2013:6. Sudut terbentuk jika dua garis lurus memenuhi atau saling silang pada suatu titik Slavin dan Crisonino, 2005:10. Titik di mana garis bertemu disebut titik sudut dan sisi disebut sinar sudut Slavin dan Crisonino, 2005:10. Titik ujung disebut titik sudut sedangkan segmen-segmen garis atau sinar-sinar garis yang membentuk sudut disebut sisi sudut Marini, 2013:6. Simbol untuk menyatakan sudut ABC. Gambar 2.39 Sudut ABC Besar sudut pada bangun ruang sebagai berikut. d 46 a. Sudut antara Dua Garis Berpotongan Jika garis g dan h berpotongan, maka sudut antara garis g dan h adalah sudut lancipnya, Marwanta dkk., 2009: 312. Notasi: ∠ Gambar 2.40 Sudut antara Dua Garis Berpotongan b. Sudut antara Dua Garis Bersilangan Jika garis g dan h bersilangan, maka sudut antara keduanya dapat ditentukan sebagai berikut Marwanta dkk., 2009: 312,314. 1 Buat garis h yang sejajar garis h. 2 Buat garis h berpotongan dengan garis g dan sejajar garis h. 3 Besar sudut yang dibentuk oleh garis g dan garis h adalah besar sudut antara garis g dan h yang bersilangan dan dinotasikan ∠ ∠ . Gambar 2.41 Sudut antara Dua Garis Bersilangan c. Sudut antara Garis dan Bidang Misalkan diberikan garis l dan bidang V, garis l diperpanjang sedemikian sehingga memotong atau menembus bidang V di titik P Marwanta dkk., 2009: 314. Proyeksikan garis l pada bidang V sedemikian sehingga diperoleh garis , sudut h 47 antara garis l dan bidang V adalah sudut yang terbentuk antara garis l dan garis yaitu Marwanta dkk., 2009: 314. Gambar 2.42 Sudut antara Garis dengan Bidang d. Sudut antara Dua Bidang yang Berimpit atau Sejajar Jika dua buah bidang berimpit atau sejajar, maka sudut antara kedua bidang tersebut adalah 0 Marwanta dkk., 2009: 316. e. Sudut antara Dua Bidang Yang Berpotongan atau Bersilangan Jika dua bidang V dan W berpotongan di garis V,W, maka sudut antara bidang V dan W dapat ditentukan sebagai berikut Marwanta dkk., 2009: 316. 1 Tentukan titik P pada garis V,W. 2 Buat garis g pada bidang V dan garis h pada bidang W melalui P dan tegak lurus garis V,W. 3 Terbentuk sudut antara bidang V dan W yaitu . Gambar 2.43 Sudut antara Dua Bidang l P l 48

F. Deskripsi SMA N 1 Prambanan Klaten