20
D. Kemampuan Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender
Perempuan masih menghadapi hambatan dan penyimpangan dalam bidang tertentu yaitu matematika dan ilmu pengetahuan Wood, 2008:192.
Larry Summers berpendapat bahwa perempuan mungkin kurang terampil dalam matematika dan ilmu pengetahuan Wood, 2008:192. Keyakinan
lama mengatakan perempuan kurang memiliki bakat dan kemampuan dalam matematika dan ilmu pengetahuan, belum lagi menghalangi karir orang
Wood, 2008:192. Campbell dalam Nkhwalume 2007 menemukan bahwa anak perempuan kurang percaya diri dalam mempelajari matematika,
persepsi mereka tentang matematika adalah sulit, dan pandangan mereka tentang matematika adalah kegiatan laki-laki, semua memiliki dampak pada
sikap, prestasi, dan partisipasi perempuan dalam program lanjutan. Tartre dan Fennema dalam Nkhwalume 2007 menemukan bahwa untuk anak
perempuan, matematika sebagai domain laki-laki yang berhubungan dengan prestasi matematika. Gadis di sekolah homogen tidak melihat matematika
sebagai domain eksklusif laki-laki dan cenderung memiliki prestasi matematika yang lebih tinggi. Studi yang dilakukan oleh Fennema dan
Sherman 1978 dalam Nkhwalume 2007 menemukan perbedaan gender dalam pemilihan program tingkat matematika lanjutan. Fennema dan
Sherman 1978 dalam Nkhwalume 2007 berhipotesis bahwa jika perempuan berpartisipasi dalam kelas matematika lanjutan pada tingkat
yang sama dengan laki-laki, perbedaan gender akan hilang.
21
Maccoby dan Jacklin dalam Nkhwalume 2007 telah melaporkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam keterampilan spasial,
khususnya visualisasi spasial atau kemampuan untuk memvisualisasikan gerakan geometris angka dalam pikiran seseorang. Studi Fennema-Sherman
dan Fennema-Tartre dalam Nkhwalume 2007 tentang studi longitudinal yaitu menyelidiki keterampilan spasial atau visualisasi spasial bahwa
visualisasi spasial berkorelasi positif sementara dengan prestasi matematika yang tidak menunjukkan sebab-akibat, tidak semua gadis memiliki
kekurangan keterampilan spasial, kecuali mereka yang mendapat nilai sangat rendah pada tugas-tugas spasial. Penelitian lain Kerns dan
Berenbaum, 1991; Voyer dan Bryden, 1995 dalam Nkhwalume 2007 melaporkan anak laki-laki lebih unggul dari perempuan pada tes
kemampuan visual spasial, yaitu untuk menarik kesimpulan tentang atau sebaliknya mental memanipulasi informasi bergambar. Casey, Nuttall dan
Pezaris 1997 dalam Nkhwalume 2007 menyimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan spasial visual dan strategi pemecahan
masalah berkontribusi terhadap perbedaan jenis kelamin dalam penalaran aritmatika.
Terkait perbedaan jenis kelamin, otak dan hormon dapat memberi laki-laki sedikit ketidaknyamanan di keterampilan matematika dan ilmu
pengetahuan, misalnya, laki-laki memiliki kemampuan pada dimensi tiga atau tata ruang, sedangkan perempuan memiliki kemampuan pada
aritmatika Wood, 2008:193. Psikolog Janet Hyde dan rekannya meneliti
22
performa matematika dari tujuh juta siswa kelas 2 hingga kelas 11 di Amerika Serikat, rata-rata performa matematika laki-laki dan perempuan
tidak berbeda Feldman, 2012:57. Di tahun-tahun awal sekolah, anak perempuan belajar matematika dengan baik seperti anak laki-laki Wood,
2008:192. Didasarkan pada kemampuan, laki-laki memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan matematika lebih kuat daripada perempuan Wood,
2008:193. Rata-rata untuk semua laki-laki lebih tinggi daripada rata-rata perempuan karena berasal dari sedikit laki laki yang mendapat nilai yang
sangat tinggi Wood, 2008:193. Berdasarkan paparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan matematika laki-laki lebih tinggi dan kuat daripada perempuan tetapi kemampuan matematika perempuan sama dengan laki-laki saat awal
tahun sekolah. Kemampuan matematika antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari kemampuan visual, dan laki-laki mempunyai kemampuan
pada dimensi tiga atau tata ruang, sedangkan perempuan memiliki kemampuan pada aritmatika.
E. Dimensi Tiga