Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

67

B. Pembahasan

Hal yang dibahas dalam bagian ini berkaitan dengan masalah penelitian yakni cara anak yatim piatu mengekspresikan emosi positif, cara anak yatim piatu mengekspresikan emosi negatif, pola-pola ekspresi emosi positif anak yatim piatu, dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif anak yatim piatu, pola-pola ekspresi emosi negatif anak yatim piatu, dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi negatif anak yatim piatu. cara mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emosi negatif, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola ekspresi anak yatim piatu. 1. Cara anak yatim piatu mengekspresikan emosi positif Cara mengekspresikan emosi positif anak yatim piatu beragam. Ketika mengalami kejadian yang menyenangkan, responden Tria cenderung tertawa, senyum-senyum, mengajak temannya bermain kemudian mengajak temannya jajan, dan berani mengungkapkan rasa sayang ke kakaknya dengan memeluk sang kakak. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Kalo aku senang tu ntar aku senyum-senyum, ntar aku ngajak teman- teman maen”. “Ya aku kadang pegang tangan mbak, trus aku peluk dia. Aku juga pernah bilang kalo aku sayang dia”. “Kalo bahagia ya aku lebih ke tertawa kalo lagi main sama teman, terus kalo ketemu orang yang dikenal aku senyumin dan aku salim, ya aku berdoa juga mba k”. Ketika responden Wati mengeskpresikan emosi positif dengan menenangkan diri ketika ada masalah tertentu, ketika bahagia responden tertawa, berdoa, bersikap lebih baik kepada temannya 68 bahkan sama orang yang tidak dikenal. Responden mampu mengekspresikan emosi positif. Ketika responden Wati memiliki masalah, terkadang responden mampu untuk menenangkan diri agar tidak meluapkan emosi negatif. Seperti yang dikatakan oleh responden Wati. “Aku gak ngomong sama dia sekitar tiga bulanan. Pokoknya tak diamin terus selama tiga bulan. Tunggu hatinya benar-benar siap buat ngobrol lagi tak tanya ngapa bisa bilang kayak gitu, nanti ya akrab lagi kok ”. WWHP1A01_099-103. Peneliti menemukan hasil wawancara bahwa anak yatim piatu mampu mengekspresikan emosi positif dan beragam cara yang dilakukan saat mengekspresikan emosi positif. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Goleman 2002, bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong berperilaku menangis. Ketika mengalami kejadian tertentu anak yatim piatu mampu mengekspresikan emosi positif seperti tertawa, atau ceria. Terlihat ketika responden bermain bersama teman-teman di panti. 2. Cara anak yatim piatu mengekspresikan emosi negatif Cara mengekspresikan emosi negatif anak yatim piatu beragam. Responden Tria cenderung mengekspresikan emosi negatif dengan 69 menjauhi temannya, ketakutan saat kondisi tertentu, memiliki pikiran irasional seperti marah kepada Tuhan ketika responden kehilangan orang tua, menangis, diam, dan murung. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Yang dipikirkan cuma marah mba”. “kayak gak mau dekat lagi sama dia dan menjauh dari dia”. “Saya takut mba dan saya berpikir gak ada lagi yang sayang sama Saya”. Responden Wati dalam mengekspresikan emosi negatif dengan menyendiri, menangis, menjawab temannya dengan nada yang sinis, dan ada rasa ingin memarahi temannya dan berbicara kasar. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Ya cara aku mbak, nangis, nulis diari, berdiam diri”. “kalo ditanya nggak jawab. Jawab ya sekali-sekali tapi sinis”. Responden Tria cenderung mengekspresikan emosi negatif dengan menjauhi teman yang bermasalah dengan responden, murung, responden Tria juga pernah mendorong temannya ketika temannya mengganggu responden Tria, dan juga adanya ketakutan didalam diri responden saat kehilangan orang tua. Responden Wati cenderung mengekspresikan emosi negatif dengan menangis, menyendiri, dan terkadang menjawab temannya dengan nada yang sedikit tinggi. Peneliti menemukan hasil wawancara bahwa anak yatim piatu mampu mengekspresikan emosi positif dan beragam cara yang dilakukan saat mengekspresikan emosi positif. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Goleman 2002, mendefinisikan bahwa emosi 70 merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong berperilaku menangis. Responden mampu mengeskpresikan emosi negatif dengan berbagai cara seperti menangis, serta raut wajah yang murung. 3. Pola-pola ekspresi emosi positif anak yatim piatu Responden Tria dan responden Wati memiliki pola ekspresi emosi beragam. Ketika mengalami kejadian tertentu responden Tria berpikir bahwa temannya baik karena mau berteman dengannya, ketika responden Tria berpikir bahwa temannya baik, responden Tria merasa senang, kemudian yang responden Tria lakukan saat itu adalah berperilaku baik juga kepada temannya. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Yang saya pikirkan tentang mereka itu, mereka baik sama saya dan mereka mau juga berteman sama saya”. “Ya baik mbak, mau nemenin saya, mau menjadikan saya teman”. “Ya yang saya rasakan tentang mereka itu senang. Saya merasa senang bisa punya teman, senang bisa punya orang lain yang masih peduli dan sayang sama saya. Saya merasa dicintai juga mbak. Apalagi setelah bapak pergi dan ibu meninggal, saya jadi yatim piatu dan hanya punya kakak, simbah”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 Responden Wati berpikir bahwa responden harus mengembangkan bakat dan responden merasa percaya pada kemampuan dirinya, yang responden Wati rasakan saat itu adalah senang, kemudian yang responden Wati lakukan saat itu adalah terus mengembangkan bakatnya. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Yang saya pikirkan saat itu. Kok bisa ya saya sering dan bisa menari padahal dulu saya gak suka nari”. “aku harus semangat dan harus bisa mengembangkan bakat nari aku mbak“. “Ada mbak, saya punya teman yang baik di sekolah yang perhatian sa ma saya. Itu membuat saya senang”. “Ya baik mbak. Mau berteman sama aku hehe. Jadi kalo aku tu ada masalah mereka bantuin. Misalnya aku berantem sama teman panti, mereka yang dengerin curhatan aku”. Responden Tria merasa senang ketika orang sekitarnya memperhatikan dan menyayanginya, responden berpikir bahwa orang sekitarnya baik dan peduli, yang responden Tria lakukan adalah bersikap baik kepada mereka dan menyayangi mereka. Sedangkan responden Wati merasa senang ketika mampu melakukan kegiatan yang disenanginya yaitu menari, responden berpikir bahwa dengan menari responden lebih bahagia, kemudian yang dilakukan responden Wati adalah berusaha mengambangkan bakatnya. Selain itu, Responden Wati sangat senang memiliki banyak teman yang perhatian kepadanya, responden berpikir bahwa temannya baik, kemudian yang responden lakukan adalah bersikap baik juga kepada temannya, menjaga perasaan temannya, dan tidak mau membuat temannya sedih, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 mencoba untuk jujur, saling menjaga rahasia, saling mengerti dan tidak cemburu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan Hurlock 1980 pola emosi pada remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak- kanak. Perbedaaanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan indivdu terhadap ungkapan emosi mereka, misalnya perlakuan “anak kecil” membuat remaja sangat marah, dibandingakan dengan hal-hal lain. Remaja biasanya tidak mengungkapkan rasa amarahnya dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu atau tidak mau berbicara. Ia tidak mengeluh atau menyesali diri seperti yang dilakukan anak-anak, namun terkadang dalam beberapa kasus seorang remaja juga dapat mengalami regresi yaitu bertingkah laku seperti anak kecil, minta perhatian atau marah-marah. Karena dengan tingkah lakunya diharapkan orang lain akan menghiburnya atau lebih memperhatikannya. Pola ekspresi emosi positif anak yatim terlihat ketika responden Tria merasa senang ketika memiliki teman, merasa senang ketika ada yang peduli kepadanya, dan merasa dicintai. Ketika perasaan senang responden Tria berpikir bahwa orang-orang yang peduli kepadanya baik serta mau menerima responden, dan yang responden lakukan adalah bersikap baik kepada orang-orang yang memperhatikannya. Responden Wati sangat senang ketika mampu melakukan hal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 disukai seperti menari dan berpikir untuk terus mengambangkan bakatnya. Selain itu, responden juga merasa disayang dan diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, dan responden berpikir bahwa temannya baik, kemudian yang responden lakukan adalah bersikap baik juga kepada temannya. 4. Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif anak yatim piatu Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif kedua responden beragam. Ketika suasana hati positif, responden Tria lebih bahagia, terkadang responden Tria mengajak temannya jajan, mengucapkan terimakasih kepada orang yang baik kepadanya, mendoakan orang yang berperilaku baik kepada responden. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Ketika senang dapat kiriman uang itu aku ajak teman jajan atau makan mie ayam”. “Ya, saya mendoakan mereka dan mengucapkan makasih karena mau berteman sama saya dan saya selalu menuruti nasihat mbak saya dan nasihat simbah”. Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif pada responden Wati yaitu semakin bisa menerima diri, semakin mampu mengetahui bakat yang dimiliki, lebih semangat dalam menjalankan aktifitas, teman responden Wati juga memberi semangat dan dukungan kepada responden. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Lebih bisa menerima diri, lebih bisa dan mengetahui apa bakatnya dan pengen mengembangkan dan lebih bersemangat jalani hari hari”. “Orang lain bangga dan senang dan mereka lebih menyemangati dan memotivasi”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Dampak internal yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif pada responden Tria adalah lebih bahagia dan bersikap lebih baik kepada temannya, dampak eksternal yang ditimbulkan adalah teman Tria lebih senang ketika berada didekat Tria. Pada responden Wati dampak internal yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif yaitu responden lebih bersemangat terutama dalam mengembangkan bakat yang dimiliki. Sedangkan dampak eksternal yang ditimbulkan dari ekspresi emosi positif yaitu teman responden Wati memberi dukungan dan motivasi kepada responden. Sesuai dengan teori yang diungkapkan Yusuf 2005 Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada suasana yang mobilitas tinggi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain. Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mandapat sambutan oleh yang dicintai. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya. 5. Pola-pola ekspresi emosi negatif anak yatim piatu Pola-pola ekspresi emosi negatif pada dua responden yaitu responden Tria merasa kehilangan, sedih, galau dan merasa takut. Responden Tria berpikir sudah tidak ada lagi yang sayang kepadanya, dan responden Tria berpikir akan kesepian nantinya. Tindakan yang responden Tria lakukan adalah curhat kepada sang kakak. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Yang dipikirkan udah gak ada mama, trus kesepian, terus papa juga kan udah gak ada”. “Saya curhat sama mba, terus nangis”. “Ya marahin mereka, trus bilang jangan terlalu dekat sama mbak aku. Kalo mereka nggak dengar ya aku jauhin”. Sedangkan responden Wati merasa tidak ada gunanya lagi sekolah jika yang dibanggakan sudah tidak ada lagi, responden Wati berpikir bahwa Tuhan tega mengambil orang yang dia sayang, yang responden lakukan hanya diam, menangis dan terkadang merenung. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Buat apa saya sekolah kalo yang dibanggain aja udah gak ada”. “Waktu itu campur aduk, sedih, kecewa, apalagi tu belum sempat minta maaf sama mama”. “Ya cuma diam, nangis, kadang merenung”. Responden Tria cenderung memiliki pola ekspresi emosi negatif seperti merasa tidak suka jika temannya ada yang mendekati sang kakak, tidak mau kasih sayang sang kakak diberikan kepada orang 76 orang lain, menjauhi teman yang tidak disukai, sulit memaafkan teman yang bermasalah dengan responden. Sedangkan responden Wati memiliki pla ekspresi emosi negatif seperti merasa kecewa kepada temannya sehingga yang responden Wati lakukan menjauhinya beberapa waktu, responden Wati terkadang menangis, dan berdiam diri dan tidak mau bergabung dengan temannya yang lain. Sesuai dengan teori Hurlock 1980 pola emosi pada remaja sama dengan pola emosi ada masa kanak-kanak. Perbedaaanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan khususnya pada pengendalian latihan indivdu terhadap ungkapan emosi mereka, misalnya perlakuan “anak kecil” membuat remaja sangat marah, dibandingakan dengan hal-hal lain. Remaja biasanya tidak mengungkapkan rasa amarahnya dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu atau tidak mau berbicara. Ia tidak mengeluh atau menyesali diri seperti yang dilakukan anak-anak, namun terkadang dalam beberapa kasus seorang remaja juga dapat mengalami regresi yaitu bertingkah laku seperti anak kecil, minta perhatian atau marah-marah. Karena dengan tingkah lakunya diharapkan orang lain akan menghiburnya atau lebih memperhatikannya. Pola ekspresi emosi negatif anak yatim piatu berbeda. Responden Tria tidak suka jika orang lain lebih dekat dengan sang kakak sehingga Tria berpikir bahwa temannya ingin merebut sang kakak dan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 responden lakukan adalah menjauhi temannya dan benci kepada temannya. Pada responden Wati, pola ekspresi emosi negatif ketika memiliki masalah dengan temannya, responden merasa kecewa dan berpikir bahwa temannya tega melakukan hal tersebut, kemudian yang responden lakukan adalah menjauhi temannya beberapa waktu. Ketika responden Wati sudah mulai siap untuk menyelesaikan masalahnya maka responden Wati baru mengajak temannya untuk berbicara dan menyelesaikan masalah yang terjadi. 6. Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi negatif anak yatim piatu Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi negatif kedua responden beragam. Responden Tria ketika bermasalah dengan temannya Tria menjauhi temannya tersebut, ketika ibu responden meninggal reesponden Tria menjadi sedih dan tidak bisa menerima kepergian ibunya saat itu, responden Tria juga merasa bersalah setelah memarahi temannya, dampak bagi temannya saat itu hanya diam. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Aku menjauh dari mereka maksudnya mbak”. “Dampaknya ya setelah marah-marah itu kayak, apa ya saya tu kayak orang jahat. Tega banget, tapi sebenarnya aku nggak tega. Aku terpaksa. Aku merasa bersalah sih mbak. “kalo dia masih bersikap baik ke aku ya aku minta maaf sama dia”. “dia cuma diam, takut trus nanti ngadu sama mbak-mbaknya. Trus ntar mbak-mbaknya j uga marahin aku”. Dampak terhadap responden Wati ketika kejadian tertentu yaitu sering menangis, kecewa kepada temannya ketika ada masalah dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 responden, tidak bersemangat melakukan aktifitas ketika kehilangan orang tua, dari kejadian yang membuat responden Wati sedih membuatnya semakin kuat, dampak bagi temannya yaitu terkadang kesal dengan sikap responden Wati yang tiba-tiba berdiam diri. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Dampaknya buat orang lain mereka kadang kesal sama saya kalo saya tiba- tiba diamin, tapi kadang ada juga yang menghibur saya”. “Mereka jadi kebingungan ngeliat saya trus mereka menjauh dulu tapi ada juga yang mendekat, menghibur, ada juga yang sebal sama saya karena perubahan sikap”. “Dampaknya buat orang lain mereka kadang kesal sama saya kalo saya tiba- tiba diamin, tapi kadang ada juga yang menghibur saya”. “Ya masih ada rasa kecewa walaupun sedikit mbak. soalnya kejadian itu buat aku malu dan sakit hati”. “dampaknya kalo aku diam atau nangis buat aku lebih tenang. Abis itu kejadian sedih itu buat aku makin kuat mbak”. Dampak yang ditimbulkan dari ekspresi emosi negatif responden Tria adalah responden lebih menjauhi teman yang tidak disukainya, ada juga teman yang menajuhi responden Tria karena sikapnya, terkadang responden merasa bersalah atas perbuatan yang dilakukannya. Sedangkan responden Wati lebih menyendiri, menangis, terkadang teman responden merasa kesal terhadap sikap responden Wati, responden Wati juga memiliki pikiran yang negatif tentang temannya karena perbuatan temannya tersebut. Sesuai dengan teori yang dikatakan Hurlock 1993 yang berpendapat bahwa remaja dapat menghilangkan unek-unek atau kekuatan-kekuatan yang ditimbulkan oleh emosi yang ada dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan emosi-emosi itu dengan seseorang yang dipercayainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Menghilangkan kekuatan-kekuatan emosi yang terpendam tersebut disebut emotional catharsis. Cara-cara yang ditempuh dalam usaha menemukan atau membongkar kekuatan emosi yang terpendam itu dapat dilakukan dengan cara bermain, bekerja dan lebih baik lagi adalah dengan mengatakannya kepada seseorang yang dapat menunjukkan gambaran masalah-masalah yang dihadapi remaja yang bersangkutan.Rasa sedih merupakan sebagian emosi yang sangat menonjol dalam masa remaja awal. Remaja sangat peka terhadap ejekan-ejakan yang dilontarkan kepada diri mereka. Kesedihan akan muncul jika ejekan-ejekan itu datang dari teman-teman sebaya, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya. Penampakan rasa gembira ini memang berbeda di antara para remaja yang barangkali dipengaruhi oleh tipe kepribadian mereka masing-masing. 7. Cara mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emosi negatif Cara responden mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emosi negatif beragam. Responden Tria mencoba memaafkan temannya, responden Tria juga berusaha menghibur diri ketika sedang sedih, responden juga menceritakan masalahnya kepada sang kakak agar responden mendapat solusi. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Aku coba memaafkan”. “aku diajak kepantai mbak sama temanku waktu aku sedih itu. Ngilangin rasa marah dan sedih”. “Awalnya aku curhat sama mbak M, bilang kalo aku nggak suka si 80 L udah merebut dia dari aku. Trus mbak M suruh diemin trus suruh aku minta maaf aja walaupun yang salah bukan aku tapi aku suruh minta maaf biar akur jadi teman. Tapi udah minta maaf dan jadi teman to, trus dia ntar ngulangin lagi mbak. aku udah mencoba baikan sama dia tapi dianya kayak gitu lagi”. Responden Wati lebih berdoa ketika sedang bersedih, memaafkan temannya. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Iya mbak aku maafkan, karena dia juga udah minta maaf sama aku”. “nari juga mbak hehe. Sama berdoa juga” “Ya yang biar bisa maafin dia itu, aku diam dulu. Ntah berapa lamanya pokoknya diam dulu trus kalo udah siap baru ngobrol lagi. Ngobrol itu kok bisa kayak gini. Kan dia jelasin, yaudah aku bisa maafin. Walaupun belum sepenuhnya”. Cara responden mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emosi negatif berbeda. Responden Tria menghibur diri dengan bermain bersama temannya ketika responden sedang sedih, responden mencoba memaafkan temannya walaupun awalnya sedikit sulit, responden juga selalu menceritakan masalahnya kepada sang kakak agar mendapat solusi. Sedangkan responden Wati mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emsoi negatif dengan berdoa, berdiam diri, mencoba memaafkan temannya yang berbuat salah kepada responden. Sesuai dengan teori yang dikatakan Hurlock yang berpendapat bahwa remaja dapat menghilangkan unek-unek atau kekuatan-kekuatan yang ditimbulkan oleh emosi yang ada dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan emosi-emosi itu dengan seseorang yang dipercayainya. Ketika responden menceritakan masalahnya kepada orang terdekat maka responden akan mendapat solusi dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 permasalahan yang dialami dan responden merasa lega karena tidak menyimpan masalah itu sendiri. Tetapi cara responden Wati mengatasi dampak negatif dari pola ekspresi emosi negatif tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan Hurlock yang berpendapat bahwa remaja dapat menghilangkan unek-unek atau kekuatan-kekuatan yang ditimbulkan oleh emosi yang ada dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan emosi-emosi itu dengan seseorang yang dipercayainya.Responden Wati lebih menyimpan masalahnya sendiri dan mencari jalan keluar permasalahan yang dialaminya sendiri dan setelah merasa siap maka responden akan memaafkan temannya dan menyelesaikan permasalahannya. 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi anak yatim piatu Faktor-faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi anak yatim piatu beragam. Pada responden Tria memiliki banyak teman membuatnya lebih senang, berada dirumah membuat responden lebih senang karena bisa dekat dengan keluarga, tetapi di panti responden juga senang karena bisa dekat dengan sang kakak. Ada salah satu faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi negatif responden Tria yaitu ketika salah satu temannya yang responden anggap selalu berusaha mendekati orang-orang terdekat responden, perasaan tidak suka muncul. Seperti yang diungkapkan oleh responden Tria. “Dirumah mba, hehe. Banyak temen, deket sama orang tua, bisa jalan kemana- mana, kalo di panti agak terbatas”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 “Di panti itu senang karena bisa dekat sama mba aku, bisa dekat sama mba- mba yang baik disini”. “Ada mba, jadi si L itu emang banyak musuhnya dan banyak yang ga suka sama dia. Soalnya dia suka merebut milik orang lain. Misalnya aku dekat sama mba Siska, trus dia ikut-ikutan dekat sama mba Siska”. Responden Wati senang ketika bisa berada di panti karena belajar menghargai orang lain, bisa bergabung dengan berbagai agama, dan bisa ketemu teman-teman berbagai daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola ekspresi positif responden Wati juga ketika bisa menyalurkan bakat yang dimiliki seperti menari, responden senang ketika memiliki banyak teman. Ada salah satu faktor yang mempengaruhi pola ekspresi negatif responden Wati yaitu ketika kehilangan orang yang disayang atau kehilangan orang tua dan responden Wati merasa sedih. Seperti yang diungkapkan oleh responden Wati. “Yang buat aku bahagia itu, bisa lebih memahami keadaan luar, lebih bisa menghargai satu sama lain, bisa bergabung dengan berbagai agama, bisa melanjutkan sekolah, bisa ketemu teman teman dari berbagai daerah”. “Kalo kejadian yang sedih itu waktu sudah di panti itu kelas satu SMP, mama meninggal terus belum sempat minta maaf. Itu yang paling menyedihkan”. “Temennya itu lebih bisa menerima apa adanya itu kayak teman teman di sekolah, lebih pengertian, lebih asik, biasanya kalo di panti kan bosen, kalo ketemu teman-teman di luar kan lebih seru karena jarang ketemu”. Faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi kedua responden beragam. Faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi positif responden Tria ketika memiliki teman dan bisa bermain bersama teman-teman, ketika diperhatikan oleh orang terdekat. Responden Tria 83 senang ketika memilki teman dan diperhatikan orang-orang terdekatnya. Faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi negatif responden Tria ketika orang terdekat lebih dekat dengan temannya atau orang lain, ketika kehilangan orang tua, hal tersebut yang mempengaruhi pola ekspresi emosi responden Tria. Faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi positif responden Wati ketika bisa tinggal di panti dan banyak hal yang responden dapatkan, ketika responden mampu menyalurkan bakat yang dimiliki, ketika responden memiliki banyak teman membuat responden senang. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pola ekspresi emosi negatif responden saat kehilangan orang tua dan ketika ada masalah dengan temannya. hal tersebut yang mempengaruhi pola ekspresi emosi responden. Sesuai dengan teori yang dikatakan Ekman 2008, Ekspresi sangat dipengaruhi oleh keadaan kebudayaan dimana individu hidup dan pendidikan yang didapat individu dari orang tuanya atau lingkungan sekitar 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan penelitian. Bagian keterbatasan penelitian memuat keterbatasan peneliti dalam menggali lebih dalam lagi informasi dari responden. Bagian saran memuat masukan untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang lebih baik dari peneliti ini.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian yang berkaitan dengan pola ekspresi emosi anak Yatim piatu adalah: 1. Cara mengekspresikan emosi positif anak yatim piatu beragam. Ketika mengalami kejadian yang menyenangkan, anak yatim piatu cenderung tertawa, senyum-senyum, mengajak temannya bermain, dan berani mengungkapkan rasa sayang kepada kakaknya dengan memeluk sang kakak. Ada pula anak yatim piatu yang mengeskpresikan emosi positif dengan menenangkan diri ketika ada masalah tertentu, ketika bahagia mengekspresikan dengan tertawa, berdoa, bersikap lebih baik kepada temannya bahkan sama orang yang tidak dikenal. Ketika mengalami kejadian tertentu, anak yatim piatu mampu mengekspresikan emosi positif seperti tertawa, atau ceria seperti bermain bersama teman-teman di Panti.