Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Emosi terkait bagaimana anak bersikap dalam tingkah laku yang dipengaruhi oleh pengalaman anak dalam menyesuaikan kondisi keadaan mental dan fisik, seperti marah, sedih, gembira, bahagia dan sebagainya. Sangat penting bagi orang tua, guru atau pengasuh seorang anak untuk mampu memahami perkembangan emosi anak sejak dini. Banyak kita dapati berbagai persoalan terkait dengan masalah emosi pada anak dan merupakan suatu hal yang mendasar bagi kita semua bahwa emosi akan memberikan pengaruh yang besar bagi tingkah laku, sikapafektif anak dalam kesehariannya. Sarwono 2010 mendefinisikan emosi sebagai reaksi penilaian positif atau negatif yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri. Definisi itu menggambarkan bahwa emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar benda, manusia, situasi, cuaca, maupun dari dalam diri kita tekanan darah, kadar gula, lapar, ngantuk, segar dan lain-lain, pada indra-indra kita. Dalam survei yang dilakukan oleh Goleman 2007, ada kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka menampilkan sikap-sikap, seperti: 1 lebih kesepian 2 dan pemurung, 2 lebih beringasan dan kurang menghargai sopan santun, 3 lebih gugup dan mudah cemas, dan 4 lebih impulsif mengikuti kemauan naluriah atau instinktif tanpa pertimbangan akal sehat dan agresif. Pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran rasional dan langsung bertindak tanpa adanya pertimbangan. Pikiran emosional dapat membaca realitas emosi ia marah padaku, ia berdusta dalam sekejap, membuat penilaian singkat secara naluriah yang bisa menunjukkan apa yang perlu dicurigai, siapa yang harus dipercaya, siapa yang menderita. Pikiran emosional merupakan radar terhadap bahaya apabila menunggu pikiran rasional untuk membuat keputusan-keputusan yang membuat keliru. Penilaian-penilaian naluriah karena dibuat tanpa pikir panjang maka dapat keliru atau salah arah. Paul Ekman dalam Goleman, 2002, berpendapat bahwa emosi menyiapkan kita untuk menanggapi peristiwa- peristiwa mendesak tanpa membuang waktu untuk merenungkan apakah kita harus bereaksi atau bagaimana kita harus merespon. Peneliti melakukan observasi saat melaksanakan KKN pada bulan Agustus selama satu bulan di Panti Asuhan di Yogyakarta, peneliti melihat dua anak yatim piatu yang sering bersama dan mereka adalah kakak adik. Terlihat bahwa responden Tria nama samaran sering menunggu kakaknya pulang sekolah dan selalu ingin bersama kakaknya. Ketika ditanya oleh peneliti, responden Tria mengatakan “iya aku mau deket terus dengan mbak aku”. Ketika responden Tria ada masalah dengan teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 sebayanya, dan responden memarahi temannya kemudian kakak responden langsung menasihati responden Tria. Ketika ada masalah responden Wati nama samaran menjadi lebih diam dan menyendiri. Ketika kejadian yang tertentu yaitu saat responden mengalami masalah dengan temannya, responden Tria cenderung menjauhi dan tidak mau berteman dengan temannya tersebut. Berbeda dengan responden Wati, ketika mengalami masalah dengan temannya, responden cenderung menenangkan diri kemudian ketika responden merasa siap maka responden akan mengajak temannya untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami. Kedua responden yang dipilih oleh peneliti berbeda dengan anak-anak yang berada di Panti Asuhan tersebut. Jumlah anak yang tinggal di Panti sekitar lima puluh orang anak, dan terdapat dua anak yang sudah tidak memiliki orang tua yaitu Tria dan Wati. Perbedaan sikap yang terlihat antara Tria dan Wati dengan anak- anak di Panti tersebut yaitu Tria dan Wati selalu mencari perhatian pada orang-orang sekitarnya, bahkan orang-orang yang baru dikenal. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh, anak yatim piatu memiliki pola ekspresi beragam. Ketika mengalami kejadian menyenangkan, responden mengekspresikan emosi positif. Ketika mengalami kejadian menyedihkan, responden mengekspresikan emosi negatif. Ketika menegekspresikan emosi negatif pada kejadian tertentu, dampak bagi teman-teman responden yaitu menjauhi responden. Berikut hasil petikan wawancara yang peneliti peroleh dari responden. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 “Karena hanya aku yang boleh diperhatiin sama mbak aku. Kan aku cuma punya dia, mereka punya keluarga banyak. Aku nggak ada lagi. Kalo mbak aku dekat sama mereka nanti aku sama siapa?”. “Ya yang saya punya cuma dia, yang ngerti dan sayang sama saya juga ctabeuma dia. Apalagi setelah saya tidak punya orang tua lagi, hanya mbak yang saya punya”. “Ya yang saya rasakan tentang mereka itu senang. Saya merasa senang bisa punya teman, senang bisa punya orang lain yang masih peduli dan sayang sama saya. Saya merasa dicintai juga mbak. Apalagi setelah bapak pergi dan ibu meninggal, saya jadi yatim piatu dan hanya punya kakak, simbah”. Ketika anak yatim piatu mengalami kejadian tertentu, cenderung mengekspresikan emosi positif atau ekspresi negatif. Seperti hasil petikan wawancara berikut. “Yang aku lakuin waktu senang itu ketawa sama teman, terus aku kadang ngajak jajan atau tak jajanin, trus aku bantuin mereka kalo mereka minta bantuan sama aku”. “Cuma diem sih, kalo ditanya nggak jawab. Jawab ya sekali-sekali tapi sinis”. “Iya mba kesal. Jadinya aku menjauh dari dia”. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada anak yatim piatu yang mengekspresikan emosi negatif dengan menyendiri, menjauhi teman yang memiliki masalah dengan responden dan menjawab pertanyaan dengan nada yang sinis. Hal tersebut bisa mengakibatkan responden dijauhi oleh teman-temannya dan hubungan dengan lingkungan menjadi kurang baik. Anak yatim piatu ketika mengekspresikan emosi positif dengan tertawa dan mau membantu temannya. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik menggali pola ekspresi emosi anak yatim piatu pada dua anak yatim piatu di Panti Asuhan Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

B. Identifikasi Masalah