49
juga didapatkan dari pengalaman kerja. Pada kenyataannya kata profesional telah memperoleh konotasi positif, paling tidak berasal
dari pengakuan masyarakat atas pentingnya serta sulitnya untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan. Disamping dari
pendidikan, untuk menjadi seorang profesional seseorang harus selalu mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya.
2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat,
konsumen pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan, sebagai bagian dari kewajiban profesionalnya meski dalam bentuk yang
paling mendasar sekalipun. Dengan kata lain, seorang yang profesional harus berusaha keras menjaga kepercayaan masyarakat
secara umum terhadap profesional profesi pada umumnya dan profesional pribadi pada khususnya. Seorang profesional harus
pandai- pandai dalam mempertimbangkan kewajibannya terhadap masyarakat, konsumen, rekan sejawat, atasan dan bawahan, serta
sesamanya jika terjadi konflik kepentingan diantara kewajiban- kewajiban itu. Yang paling penting dalam hal ini adalah memegang
dan menumbuhkan rasa percaya dikalangan masyarakat dengan tingkat keprofesionalannya.
2.3. Kerangka Pikir
2.3.1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Profesionalisme Auditor
50
Teori ini bertitik tolak dari psikologi assosiasi yang dipelopori oleh J. Hebbart. Pada dasarnya jiwa manusia terdiri dari kesan- kesan
pengamatan atau tanggapan melalui penginderaan terhadap perangsang di luar dari suatu obyek tertentu. Kesan- kesan itu berassosiasi satu
sama lain yang membentuk mental atau kesadaran manusia. Bertambah kuat assosiasi tersebut semakin kuat pula kesan- kesan itu berada dalam
jiwa. Kesan- kesan itu dapat diungkapkan kembali dengan mudah bila tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Sebaliknya, bila kesan-
kesan itu lemah maka akan lebih mudah dilupakan. Belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang
disampaikan dalam bentuk perangsang dari luar. Cara belajar yang baik yaitu dengan cara memperbanyak hapalan dan menggunakan hukum
assosiasi- reproduksi. Faktor ingatan sangat diutamakan dalam proses belajar, karena dalam ingatan itu tersimpan semua pengetahuan yang
telah dipelajari. Dengan pengetahuan yang dimiliki ini seseorang akan mampu untuk melaksanakan tugasnya dan pengetahuan ini dapat
diperoleh dengan cara mengikuti pendidikan tertentu yang dibuktikan dengan tanda atau ijazah keahlian Regar, 1993:8. Karena tanpa
pendidikan tertentu seseorang tidak akan dapat menguasai, memahami dan menerapkan pengetahuan yang didapatnya yang akan
menentukannya menjadi seseorang yang profesional. Bagi seorang auditor selain harus mengikuti pendidikan tertentu
juga bekal pendidikan yang dimiliki dapat membantu dalam
51
menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga pendidikan memiliki hubungan dengan pengetahuan yang lebih luas dan sistematis. Lulusan
pendidikan profesi akuntansi akan mempunyai daya saing yang lebih tinggi sebagai akuntan dibandingkan dengan para sarjana yang tidak
mempunyai predikat akuntan. Lulusan pendidikan profesi akuntansi akan menjadi akuntan yang berhak mendapatkan register negara dan
boleh mengikuti ujian sertifikasi Akuntan Publik USAP. Apabila seorang auditor mampu untuk menyelesaikan berarti auditor tersebut
memiliki keahlian dan keterampilan. Dengan demikian pendidikan akan mempengaruhi keahlian atau profesionalisme seorang auditor, sehingga
seseorang yang profesional harus mengikuti pendidikan tertentu yang sesuai dengan profesinya.
2.3.2. Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Auditor