47
3 Interprestasi peraturan perilaku tidak merupakan suatu keharusan,
tetapi para praktisi harus memahaminya. 4
Ketetapan etika, seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan
proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
2.2.7.2. Syarat dan Ciri Profesional
Kinerja jasa profesional yang dihasilkan profesi sangat tergantung kecermatan dan keseksamaan anggota profesi dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang auditor harus menggunakan seluruh kemampuan, kompetensi dan keahliannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu, auditor memerlukan pengalaman yang luas, dan telah memperoleh pendidikan yang memadai termasuk pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan. Menurut Carey 1970: Loeb, 1978 dalam Deddy 1993:8 syarat
dan ciri tertentu dari profesi adalah : 1.
Pengetahuan yang diperlukan diperoleh dengan cara mengikuti pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan tanda atau ijazah
keahlian dan memiliki kewenangan dalam keahliannya. 2.
Jasa yang diberikan dibutuhkan oleh masyarakat dan memiliki monopoli dalam memberikan pelayanan.
3. Memiliki organisasi yang mendapat pengakuan masyarakat atau
pemerintah dengan perangkat kode etik untuk mengatur anggotanya serta memiliki budaya profesi.
48
4. Suatu ciri yang membedakannya dengan perusahaan yakni tidak
mengejar keuntungan yang sebesar- besarnya, tetapi lebih mengutamakan pelayanan dengan memberikan jasa yang bermutu
dengan balas jasa yang setimpal. Selain dari persyaratan umum yang dijelaskan diatas untuk menjadi
akuntan harus lebih dulu mendapatkan izin kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan. Dan Izin kerja hanya dapat diberikan bila
dianggap yang bersangkutan telah cakap untuk melakukan fungsi akuntan publik dengan meneliti pengalaman yang bersangkutan.
Pengetahuan teori yang diperoleh selama proses pendidikan dianggap tidak cukup untuk melakukan fungsi sebagai akuntan publik.
Pengalaman yang relevan merupakan modal yang sangat penting untuk melakukan fungsi sebagai akuntan publik auditor.
2.2.7.3. Faktor- Faktor Pendukung Profesionalisme
Mike W. Martin dan Roland Schinzinger dalam Deddy 2009:45 mengemukakan kriteria atau faktor- faktor pendukung profesionalisme,
antara lain: 1.
Mencapai standard prestasi dalam pendidikan, kemampuan atau kreativitas kerja. Seseorang disebut profesional karena memiliki
keahlian dibidang tertentu. Keahliah tersebut bisa didapatkan dengan mengikuti pendidikan formal seperti mengikuti pendidikan
berkelanjutan diperguruan tinggi maupun pendidikan informal seperti kursus- kursus, pelatihan, seminar, lokakarya bahkan bisa
49
juga didapatkan dari pengalaman kerja. Pada kenyataannya kata profesional telah memperoleh konotasi positif, paling tidak berasal
dari pengakuan masyarakat atas pentingnya serta sulitnya untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan. Disamping dari
pendidikan, untuk menjadi seorang profesional seseorang harus selalu mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya.
2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat,
konsumen pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan, sebagai bagian dari kewajiban profesionalnya meski dalam bentuk yang
paling mendasar sekalipun. Dengan kata lain, seorang yang profesional harus berusaha keras menjaga kepercayaan masyarakat
secara umum terhadap profesional profesi pada umumnya dan profesional pribadi pada khususnya. Seorang profesional harus
pandai- pandai dalam mempertimbangkan kewajibannya terhadap masyarakat, konsumen, rekan sejawat, atasan dan bawahan, serta
sesamanya jika terjadi konflik kepentingan diantara kewajiban- kewajiban itu. Yang paling penting dalam hal ini adalah memegang
dan menumbuhkan rasa percaya dikalangan masyarakat dengan tingkat keprofesionalannya.
2.3. Kerangka Pikir
2.3.1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Profesionalisme Auditor