38
2.2.6. Audit Fee
2.2.6.1 Pengertian Audit Fee Audit fee atau biaya audit merupakan honorarium yang diberikan
klien kepada auditor atas jasa yang diberikan. Hononarium yang pantas dan memadai adalah hononarium yang bisa memberikan taraf hidup
sebanding dengan taraf hidup profesional lain di dalam masyarakat Holmes dan Burns, 1993 : 206
Menurut aturan etika dalam SPAP besarnya audit fee dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas jasa
yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainnya.
2.2.6.2 Ketentuan Audit Fee
Fee atau Jasa Profesional menurut Mulyadi 1988; 51 memiliki beberapa ketentuan, diantaranya sebagai berikut:
1. Fee jasa profesional tidak boleh tergantung pada hasil atau temuan
pelaksanaan jasa tersebut. 2.
Akuntan publik tidak boleh mendapatkan klien yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik lain dengan cara menawarkan atau
menjanjikan audit fee yang jauh lebih rendah daripada audit fee yang diterima oleh kantor akuntan publik sebelumnya.
39
3. Seorang akuntan publik tidak boleh memberikan jasa profesionalnya
tanpa menerima audit fee, kecuali untuk yayasan non-profit organization.
4. Jika klien belum membayar audit fee seorang akuntan publik sejak
beberapa tahun yang lalu lebih dari 1 tahun, maka dapat dianggap bahwa akuntan publik tersebut memberikan pinjaman kepada
kliennya. Hal tersebut melanggar independensi. 5.
Jika akuntan publik bertindak sebagai financial consultant dalam suatu perusahaan yang akan go publik, maka akuntan publik tersebut
tidak boleh menentukan fee jasa profesionalnya berdasarkan presentase tertentu dari hasil emisi saham.
6. Akuntan publik tidak boleh menerima komisi dari penjualan produk
langganan atau jasa barang yang dijual oleh kliennya pada saat dia melakukan pekerjaan audit.
Seorang anggota tidak diperkenankan membayar suatu komisi untuk mendapatkan seorang klien atau menerima komisi untuk memperkenalkan
seorang klien pada jasa pelayanan dan produk dari para koleganya. Peraturan ini tidak melarang pembayaran bagi pembelian suatu pelayanan
akuntansi atau pembayaran terhadap para individu yang mengundurkan diri setelah sebelumnya mengingatkan dari dalam praktek akuntan publik
atau pembayaran terhadap para ahli warisnya. Arens dan Loebbecke, 1988: 75
40
Tanggal 2 Juli 2008 Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. KEP 024IAPIVII2008 mengenai
audit fee. Beberapa ketetapan yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: 1.
Imbalan jasa audit harus mencerminkan secara wajar pekerjaan yang dilakukan untuk klien dan seluruh faktor yang dikemukakan di
atas. Anggota tidak diperkenankan menetapkan imbalan jasa berbasis kontijen baik langsung atau tidak langsung.
2. Sebelum perikatan disepakati, Auditor sudah harus menjelaskan
kepada klien, basis pengenalan imbalan jasa, cara dan termin asuransi pembayaran, dan total imbalan jasa yang akan dikenakan.
3. Imbalan jasa atas pekerjaan pertama yang diberikan kepada klien
tidak boleh didiskon sebagai imbalan jasa perkenalan, dengan maksud untuk mengenakan imbalan lebih tinggi atau pemberian
jasa lainnya dimasa datang. Auditor harus dapat menunjukan bahwa pekerjaan tersebut dilakukan secara profesional dan memenuhi
persyaratan kualitas yang ditetapkan, dan memenuhi kebutuhan klien.
4. Pada perusahaan atau organisasi nirlaba dimungkinkan untuk
mengenakan imbalan jasa dengan harga khusus sepanjang imbalan jasa tersebut menutupi biaya pokok jasa.
5. Untuk mempertahankan independensi, auditor diwajibkan telah
menerima imbalan jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan untuk periode berikutnya. Dan untuk
41
auditor yang belum menerima pembayaran atas imbalan jasa diperbolehkan menahan dokumen tertentu milik klien yang digun
akan dalam pelaksanaan pekerjaannya, dan boleh menolak meneruskan informasi yang dimiliki kepada klien atau
auditorakuntan penerus sebelum imbalan audit fee dibayar. Sedangkan untuk auditor penerus dilarang menerima perikatan
apabila klien belum melunasi kewajibannya kepada auditor terdahulu.
6. Tarif imbalan jasa charge-out rate harus menggambarkan
remunerasi yang pantas bagi anggota dan stafnya, dengan memperhatikan kualifikasi dan pengalaman masing-masing. Tarif
tersebut ditetapkan dengan memperhitungkan beberapa faktor berikut ini:
a. Gaji yang pantas untuk menarik dan mempertahankan staf
yang kompeten dan berkeahlian; b.
Imbalan lain di luar gaji; c.
Beban overhead, termasuk yang berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan staf, serta riset dan pengembangan;
d. Jumlah jam tersedia untuk suatu periode tertentu projected
charge-out time untuk staf profesional dan staf pendukung; dan
e. Margin laba yang pantas.
42
Tarif imbalan jasa per-jam hourly charge-out rates yang ditetapkan berdasarkan informasi diatas dapat ditetapkan untuk setiap staf
atau untuk kelompok staf Junior, Senior, Supervisor, Manager dan Partner. Setiap Kantor Akuntan Publik dapat menetapkan tarif sesuai
dengan kondisi masing-masing. Estimasi waktu yang dibutuhkan dalam suatu perikatan audit berdasarkan skala perusahaan:
f. Perusahaan berskala kecil sekali memerlukan total
keseluruhan waktu maksimum 50 jam. g.
Perusahaan berskala kecil memerlukan total keseluruhan waktu maksimum 150 jam.
h. Perusahaan berskala menengah sedang memerlukan total
keseluruhan waktu maksimum 500 jam. i.
Perusahaan berskala menengah memerlukan total keseluruhan waktu maksimum 1500 jam.
j. Perusahaan berskala menegah besar memerlukan total
keseluruhan waktu maksimum 3000 jam k.
Perusahaan berskala besar memerlukan total keseluruhan waktu lebih dari 3000 jam
l.
2.2.7. Profesionalisme