Natrium Thiosulfat Diazepam PENELAAHAN PUSTAKA

Gambar 5. Dicobalt-EDTA

G. Natrium Thiosulfat

Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol Anonim, 1995. Natrium tiosulfat merupakan donor sulfur yang dapat meningkatkan perubahan sianida menjadi tiosianat, yang kurang toksik oleh enzim sulfur transferase, rodanase. Tidak seperti nitrit, tiosulfat tidak bersifat toksik dan dapat diberikan secara empiris untuk orang yang diduga keracunan sianida Olson, 1994. Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia substansi ini terbatas. Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ka mitokondria secara perlahan. Natrium tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang, sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi, misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12,5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas Meredith, 1993. Na-tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida kit. Antidot ini dibarikan sebanyak 50 ml dalam 25 larutan. Tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan Meredith, 1993.

H. Diazepam

Diazepam merupakan golongan benzodiazepin yang mempunyai efek ansiolitik atau sedativa. Obat ansiokitik akan mengurangi ansietas, menimbulkan ketenangan tanpa mempengauhi fungsi motorik dan mental. Diazepam dapat digunakan untuk pasien depresi kususnya yang berisiko untuk bunuh diri, untuk pasien dengan sejarah ketergantungan obat. Kejang demam dan spasma otot. Efek samping mengantuk, kelemasan otot, depresi pernafasan, gangguan mental. Dan kontraindikasi dengan depresi pernafasan, gangguan hati berat, kondisis fobia dan obsesi Anonim, 2001. Efek samping pada pernafasan adalah apnea, asthma, menurunkan dalam kecepatan bernafas Lacy, 2006. Dosis: oral: ansietas 2 mg 3 kalihari, dinaikkan bila perlu sampai 15-30 mghari dalam dosis terbagi. Untuk usia lanjut dosis setengahnya. Insomia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi i.m. atau i.v. lambat kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mgmenit untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus alkohol akut: 10 mg diulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam. Dengan melalui rektal sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi : 10 mg usia lanjut 5 mg diulangi setelah lima menit bila perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan melalui rektum sebagai supositoria : 10-30 mg dosis lebih tinggi terbagi Anonim, 2001. Menurut Tornberg 2006 dosis diazepam yang digunakan untuk efek sedatif pada mencit sebesar 2 mgkg BB mencit. Benzodiazepin BZD mempunyai efek ansiolitik, hipnotik, relaksan otot, antikonvulsan, dan amnesik yang diduga disebabkan terutama oleh penguatan inhibisi yang diperantai asam ?-aminobutirat GABA pada sistem saraf pusat Neal, 2005. Kerja benzodiazepin terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma–amino-butirat GABA sebagai mediator. Pendapat ini ditunjang oleh hasil elektrofisiologik dan perilaku hewan coba yang menunjukkan adanya penghambatan efek benzodiazepin oleh antagonis GABA, seperti bikukulin atau penghambat sintesis GABA misalnya tiosemikarbisad. GABA dan benzodiazepin yang aktif secara klinik terikat secara selektif dengan reseptor GABAbenzodiazepinchlorida ionofor kompleks. Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal Cl - . Membran sel saraf secara normal tidak permeabel terhadap ion klorida, meningkatkan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi. Kemungkinan terbukanya kanal klorida sangat ditingkatkan oleh terikatnya GABA pada reseptor kompleks tersebut. Benzodiazepin sendiri tidak dapat membuka kanal klorida dan menghambat neuron. Sehingga benzodiazepin merupakan depresan yang relatif aman, sebab depresi neuron yang memerlukan transmitor bersifat self limiting Tanu, 1995. Benzodiazepin tetap ada dalam tubuh untuk jangka waktu yang sangat lama dan akan hilang melalui biotransformasi. Karena produk perantara, sebagia n, mungkin menjadi aktif secara farmakologi dan sebagian dikeluarkan dengan lebih pelan daripada senyawa induk, metabilites akan mengakumulasi dengan pemberian dosis reguler yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi yang siginifikas terhadap efek akhir. Biotransformasi mulai pada substituent di cincin diazepine diazepam: N-dealkylation; midazolam: hydroxylation dari kelompok metil pada cincin imidazole atau pada diazepine dari cincin itu sendiri. Hydroxylation midazolam dengan cepat terhapus diikuti dengan glucuronidation t12 ~ 2 h. N-demethyldiazepam nordazepam ini aktif secara biologis dan menjalani hydroxylation pada cincin diazepine. Produk yang telah di-hydroxylate oxazepam ini aktif secara farmakologi. Berdasarkan pada setengan dari umurnya yang panjang, diazepam t12 ~ 32 h dan metabolit- nya, nordazepam t12 50- 90, dihilangkan perlahan-lahan dan mengakumulasi selama pemasukan yang berulang Lüllmann, 2000.

I. Landasan Teori

Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom oksidase pada bagan sitokrom a 3 dari rantai transport elektron. Ion hidrogen yang secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi tergabung incorporated. Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk. Ion hidrogen incorporated terakumulasi sehingga menyebabkan acidemia. Untuk keracunan sianida dapat diberikan natrium tiosulfat karena natrium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzim sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Diazepam merupakan golongan benzodiazepin yang mempunyai efek ansiolitik atau sedativa. Obat ansiokitik akan mengurangi ansietas, menimbulkan ketenangan tanpa mempengauhi fungs i motorik dan mental. Diharapkan dengan diberi diazepam sebagai terapi suportif akan mengurangi gejala kejang pada keracunan sianida sehingga dapat membantu menigkatkan kemampuan natrium tiosulfat sebagai antidot pada keracunan siainida.

J. Hipotesis