6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penanganan Keracunan
Pada umumnya para pakar sependapat bahwa penanganan keracunan bahan berbahaya akut, dibagi dalam tiga tahap tindakan, yakni : tindakan terapi
suportif, penyidikan jenis racun penyebab, dan terapi antidot Donatus, 1997.
1. Terapi suportif
Pada dasarnya merupakan tindakan pertolongan pertama, ditujukan untuk memperbaiki kondisi dan menyelamatkan jiwa penderita. Tindakan ini akan
memelihara fungsi vital seperti pernafasan dan peredaran darah, sehingga penderita selamat serta menjadi lebih mudah dan kooperatif untuk menjalani
terapi antidot berikutnya. Memperhatikan tujuan dan fungsi terapinya, jelas bahwa terapi suportif harus dilakukan dengan cepat atau sesegera mungkin
Donatus,1997. Termasuk dalam tindakan suportif meliputi:
a. Jauhkan penderita dari sumber racun. b. Periksa tanda vital dan bersihkan jalan nafas. Bila penderita memakai
gigi palsu, harus dilepas. c. Periksa pulsus dan pupil.
d. Berikan pernafasan buatan danatau oksigen, serta bila perlu pijit luar jantung dan siapkan infus.
e. Bila penderita kejang dapat diberi antikejang, dan bila tekanan
darahnya turun atau dehidrasi dapat diberi infus elektrolik Donatus, 1997
2. Penyidikan jenis racun penyebab
Merupakan tindakan penting yang ditujukan untuk menentukan pilihan tindakan terapi antidot. Tindakan ini dilakukan dengan cara :
a. Wawancara dengan penderita atau penghantar. b. Pemeriksaan gejala-gejala keracunan yang ada secara sistematis.
c. Pemeriksaan wadah dan sisa bahan penyebab yang dicurigai, muntahan, air kencing, atau darah penderita. Pengiriman bahan yang
diperoleh pada butir c ke laboratorium Donatus, 1997.
3. Terapi antidot
Merupakan tata cara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi intensitas kekuatan efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek toksik yang
ditimbulkannya, sehingga bermanfat dalam mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut. Berarti, sasaran terapi antidot adalah pengurangan intensitas efek
toksik.Donatus,1997. Seperti telah diungkapkan, keberacunan intensitas efek toksik suatu
bahan berbahaya di antaranya ditentukan oleh keberadaan bahan berbahaya di tempat kerja yang melebihi harga KTM-nya lebih lanjut, keadaan ini bergantung
pada keefektifan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi bahan berbahaya terkait.
Perlu diperhatikan strategi terapi antidot mana yang akan diambil, sepenuhnya bergantung pada pengetahuan atau informasi tentang rentang waktu
antara saat pemejanan bahan berbahaya, saat timbulnya gejala- gejala toksik, dan saat penderita siap menjalankan terapi. Karena pengetahuan ini diperlukan untuuk
memprakirakan dominasi tahapan nasib bahan berbahaya di dalam tubuh. Misal bahan berbahaya diprakirakan sudah terabsorpsi sempurna, maka tindakan
penghambatan absorpsi sudah tidak diperlukan. Dalam hal ini, mungkin yang diperlukan penghambatan distribusi atau peningkatan eliminasinya. Masalahnya
sekarang, bagaimana tata cara pelaksanaan masing- masing strategi tersebut? Donatus, 1997.
Pada dasarnya, ketiga strategi dasar terapi antidot tersebut dapat dikerjakan dengan metode yang tak khas atau metode yang khas. Dimaksud
dengan metode tak khas ialah metode umum yang dapat diterapkan terhadap sebagian besar zat beracun. Metode khas ialah metode yang hanya digunakan bila
zat beracunnya telah tersidik jati dirinya serta zat antidotnya tersedia Donatus, 1997.
B. Penanganan Umum pada Pasien Keracunan