Hubungan Dosis Kombinasi antara Natrium Tiosulfat dan Diazepam dengan Efek Penawaran Racun

B. Hubungan Dosis Kombinasi antara Natrium Tiosulfat dan Diazepam dengan Efek Penawaran Racun

Penelitian menggunakan 4 peringkat dosis natrium tiosulfat yaitu 0.468 mgkgBB, 3.279 mgkgBB, 22.960 mgkgBB, dan 160.720 mgkgBB dan dosis diazepam 2 mgkgBB mencit. Pada tabel I terlihat bahwa dengan meningkatnya dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan diazepam maka akan meningkatkan persentase kehidupan akan tetapi pada peringkat dosis dari 0.468 mgkgBB ke 3.279 mgkgBB terjadi penurunan oleh karena itu dilakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan tersebut. Berdasarkan analis statitik hasil dari kedua peringkat dosis tersebut berbeda tidak bermakna dan dari hasil statistik pada tabel VII menunjukkan semakin besar peringkat dosis pada natrium tiosulfat akan berbeda tidak bermakna pada kontrol aquades sehingga meningkatnya peringkat dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan diazepam akan menigkatkan keefektifan dalam menawarkan racun sianida. Dari perbandingan denganpenelitian Sudarmono 2008 seperti pada tabel I, maka hasil dari kombinasi natrium tiosulfat dan diazepam dikatakan lebih baik pada dosis 22.960 mgKgBB karena sudah menunjukkan persentase kehidupan sebesar 50 sedangkan penelitian Sudarmono 2008 persentase kehidupan sebesar 33.33. Tabel VII. Hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap kelompok kontrol. Keterangan dari tabel IX : Kelompok I : kontrol negatif pelarutaquades Kelompok II : kontrol positif natrium tiosulfat 22.960 mgKgBB + diazepam 2 mgKgBB Kelompok III : kontrol sianida dosis 26 mgKgBB Kelompok IV : sianida + natrium tiosulfat 0.468 mgKgBB + diazepam 2 mgKgBB Kelompok V : sianida + natrium tiosulfat 3.279 mgKgBB + diazepam 2 mgKgBB Kelompok VI : sianida + natrium tiosulfat 22.960 mgKgBB + diazepam 2 mgKgBB Kelompok VII : sianida + natrium tiosulfat 160.720 mgKgBB + diazepam 2 mgKgBB Jantung berdebar Hilang kesadaran Gagal nafas Kejang Mati Kelom pok I II III I II III I II III I II III I II III I BTB BTB BTB BB BTB BB BTB BB BTB BB II BTB BTB BTB BB BTB BB BTB BB BTB BB III BTB BTB BTB BB BB BB BB BB BB BB IV BB BB BB BB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BB BB BB V BB BB BB BB BTB BTB BB BB BB BB BB BB BB BB BB VI BB BB BB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BTB BB VII BB BB BB BTB BTB BTB BTB BTB BB BTB BTB BB BTB BTB BB Gambar 11. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanase dan tiosulfat Cyanide Toxicity Review, 2003 Mekanisme aktivitas antidotum Rhodanese Na 2 S 2 O 3 + CN - -- SCN - + Na 2 SO 3 . Dari gambar 11 rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat oleh rhodanese, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti beta- merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia endogen substansi ini terbatas. Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ke mitokondria secara perlahan. Sehingga dengan meningkatnya dosis pada natirum tiosulfat akan meningkatkan jumlah sulfan sulfur yang dibutuhkan untuk mengubah sianida menjadi tiosianat dan jumlah sianida dalam tubuh yang dieleminasi akan meningkat. Diazepam memiliki efek antikonvulsan yang disebabkan oleh penguatan inhibisi yang diperantai asam ?-animobutirat GABA pada sistem saraf pusat sehingga gejala kejang yang ditimbulkan oleh efek keracunan sianida dapat ditekan dan akan memperbaiki kondisi dan menyelamatkan jiwa penderita. Diazepam merupakan terapi suportif karena menurut Donatus 1997 salah satu tindakan terapi suportif adalah memberikan antikejang bila penderita mengalami kejang.

C. Sifat Terbalikkan Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Diazepam pada Keracunan Sianida