Tahap rising action tahap peningkatan konflik

32 mulai menjadi kenyataan setelah munculnya sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan Baru yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Murhardo. Dalam novel Putri Cina, tahap pemunculan konfilik menceritakan awal dari kisah kesengsaraan Putri Cina. Dalam perjalanannya di pulau Jawa Putri Cina bertemu dengan Loro Cemplon, salah seorang danyangnya. Dari pertemuannya dengan Loro Cemplon inilah kemuadian Putri Cina bertemu dengan Sabdopalon- Nayagenggong. Sabdopalon-Nayagenggong bercerita tentang apa yang terjadi di kerajaan Majapahit setelah kepemimpinan Prabu Brawijaya V yang diawali dengan cerita mengenai perang Baratayudha antara Pandawa dan Kurawa. Setelah bercerita mengenani perang BarataYudha, Sabdopalon-Nayagenggong lalu menjelaskan kepada Putri Cina bahwa kelak dia dan kaumnya kaum Tionghoa juga akan menerima kutukan yang sama seperti dalam perang Baratayudha. Setelah mendengar cerita dari Sabdopalon-Nayagenggong Putri Cina kemudian diam sejenak kemudian berpikir bahwa kaum Tionghoa akan menjadi pihak yang dipersalahkan atas konflik yang terjadi diantara sesama kaum Jawa.

2.1.3 Tahap rising action tahap peningkatan konflik

Pada tahap peningkatan konflik dalam novel Putri Cina diawali dengan keadaan pasca murcanya Prabu Brawijaya v. Setelah Prabu Brawijaya murca, diangkatlah Prabu Muhardo sebagai raja di Majapahit dan kemudian mengubah nama menjadi kerajaan Medang Kamulan. Prabu Murhardo awalnya sangat dicintai oleh rakyatnya. Di bawah kepemimpinannya rakyat Medang Kamulan 33 Baru hidup damai dan sejahtera. Ia memerintah dengan penuh welas asih. Akan tetapi, setelah beberapa tahun kemudian keadaan berubah. Keadaan menjadi kacau balau. Rakyat lalu mengubah namanya menjadi Prabu Amurco Sabdo. Prabu Amurco Sabdo berarti raja yang mengkhianati kata-katanya sendiri. Rakyat Pedang Kamulan menduga bahwa rajanya telah dibutakan oleh kekuasaan. Kekuasaan itu diperoleh dengan cara yang tidak lazim. “Wahyu dan segala perangkat gaib lainnya membuat ia ora eling lan waspada. Ia akan menjadi lupa akan ajaran leluhur,bahwa manusai itu harus selalu ingat akan pesan aja dumeh. Maksudnya,kalau sudah sakti dan berkuasa, janganlah lupa, bahwa wong sekti ana kalane apes,pangkat bisa minggat,wong pinter bisa lai,rejeki bisa mati,donya bisa lunga: orang sakti bisa celaka,pangkat bisa minggat,orang pintar bisa lupa, rezeki bisa mati,dunia bisa pergi.” Sindhunata 2006: 101. Pedang Kamulan telah menjadi negeri yang kacau. Dan Putri Cina berpikir tinggal menunggu waktunya bagi kaum Cina untuk menjadi korban dari kekacauan di negeri Pedang Kamulan. Putri Cina melihat sebuah petanda melalui kupu-kupu kunung yang terbang. Menurut tradisi Cina, kupu-kupu kuning terbang merupakan simbol dari kematian. Keadaan negeri Pedang Kamulan semakin tidak terkendali. Rakyat melakukan aksi kerusuhan dan penjarahan. Rakyat merubah nama kerajaan Medang Kamulan menjadi Pedang Kamulan. Untuk mengatasi keadaan tersebut Prabu Amurco Sabdo akhirnya mengangkat seorang senopati bernama Gurdo Paksi. Senopati Gurdo Paksi merupakan panglima terbaik di negeri Medang Kamulan. Dia mempunyai seorang isteri keturunan cina. 34

2.1.4. Tahap climacx tahap klimak