Tahap denouement tahap penyelesaian

37 marah kepada Prabu Amurco Sabdo dan Prabu Joyo Sumenggah. Gurdo Paksi datang ke istana untuk menuntut pertanggung jawaban kepada Prabu Amurco Sabdo atas kekacauan yang terjadi.

2.1.5. Tahap denouement tahap penyelesaian

Tahap ini di dalam novel Putri Cina mengulas tentang kehidupan rakyat pasca raja Prabu Amurco Sabdo dan akhir kisah cinta antara Giok Tien dengan Gurdo Paksi. Kehidupan rakyat di kerajaan Pedang Kamulan menjadi damai kembali setelah Aryo Sabrang menjadi raja baru. “Di mana-mana,sawah-sawah mulai menghijau dan segar. Petani-petani gembira karena panenan mereka berhasil. Pedagang-pedagang pun dapat menjalankan usahanya dengan hati tenang.” Sindhunata 2006: 280. Gurdo Paksi dan Giok Tien kembali bersatu. Mereka hidup bersama. Setelah empat puluh hari kematian kakak-kakak Giok Tien, Gurdo Paksi dan Giok Tien berziarah ke makam para saudara Giok Tien. Kesedihan Giok Tien tampak kembali ketika mereka tiba di depan pusara. Dia teringat akan kenangan-kenangan indah mereka bertiga. Tiba-tiba sebuah anak panah meluncur dari belakang Gurdo Paksi, Giok Tien mendorong tubuh Gurdo Paksi dan anak panah itu akhirnya tertancap di dada Giok Tien. Gurdo Paksi pun ikut lenyap dan menjelma menjadi kupu-kupu pula. Joyo Sumengah terperangah membelalak tak percaya melihat kedua tubuh yang tadinya sudah mati dan menjadi mayat kini menjadi sepasang kupu-kupu yang hidup dan terbang di hadapannya.” Sindhunata 2006:297. 38 Giok Tien akhirnya tewas di pangkuan Gurdo Paksi. Ternyata yang membunuh Giok Tien adalah Joyo Sumengah yang kini menjadi senopati di Padang Kamulan. Akhirnya apa yang telah diimpikan oleh Giok Tien terjadi juga. Mereka menjadi Sam Pek Eng Tay. Untuk lebih memperjelas analisis alur pada novel Putri Cina karya Sindhunata yang berhubungan dengan dominasi dan hegemoni kerajaan Demak terhadap kaum Tionghoa, penulis melampirkan bagan alur sebagai berikut : BAB Halaman Bagian Alur 1 9-14 Perkenalan; timbulnya konflik 1 2-12 15-87 Timbulnya konflik 2 13-17 88-149 Klimaks 19-20 153-165 Penyelesaian Pada bab pertama, tokoh Putri Cina diperkenalkan. Konfliknya sebagai tokoh juga muncul; ternyata dia merasa kehilangan identitas, yang ditandai dengan kehilangan wajahnya. Dalam Peningkatan Konflik 1 Putri Cina teringat pada cerita rakyat. Anak raja Majapahit, Jaka Prabangkara, dihukum karena telah menggambarkan selir kesayangan raja dengan sangat tepat, termasuk noda hitam dekat vaginanya. Sebagai hukuman, Jaka Prabangkara ditugaskan untuk menggambarkan semua yang ada di langit dan tidak turun dari langit sampai dia tiba di negeri Cina. Setiba di sana, dia menjadi terkenal dan akhirnya menikah dengan dua perempuan, yaitu seorang warga miskin dan seorang putri kaisar Cina; 39 keturunannya bertakdir kembali ke tanah Jawa. Oleh karena itu, Putri Cina merasa bahwa dia sebenarnya sudah orang Jawa. Namun, dia Putri Cina teringat lagi bahwa pada kerajaan Majapahit sudah ada seorang selir dari Cina; dengan demikian, Putri Cina merasa bahwa pencariannya tidak selesai. Dia ingat bahwa selir Cina itu telah dienyahkan saat hamil ke Sumatra Sriwijaya karena kehendak permaisuri kesayangan raja; selir itu dinikahkan dengan anak raja itu dan akhirnya melahirkan anak dari kedua bapak-anak itu. Kedua anaknya tumbuh dewasa, lalu pulang ke tanah Jawa dan akhirnya menjatuhkan raja Majapahit dan mendirikan kerajaan baru, kerajaan Demak. Pada konflik 2 Kerajaan Demak di bawah pimpinan Raden Patah berusaha untuk melakukan kudeta terhadap kerajaan Majapahit. Kudeta terhadap kerajaan Majapahit mendapatkan dukungan dari Adipati Terung serta pihak-pihak lain yang sepaham dengan Raden Patah. Kerajaan Majapahit menjadi terjepit. Prabu Brawijaya beserta pasukannya berlindung di dalam lingkungan istana kerajaan Majapahit. Klimaks dari bagian alur ini adalah murcanya Prabu Brawijaya ke langit. Peristiwa ini adalah puncak dari perang antara kerajaan Demak dan Majapahit. Raden Patah beserta para pendukungnya berhasil masuk ke dalam kompleks kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya yang mengetahui bahwa pemimpim penyerangan kerajaan Majapahit adalah Raden Patah, anak kandungnya sendiri akhirnya memeilih murca dari singgasananya. Semenjak itu Kerajaan Demak 40 menguasai kerajaan Majapahit. Seluruh tatanan Majapahit yang berlatar belakang agama Hindhu diganti secara perlahan oleh Raden Patah yang membawa idelogi agama Islam.

2.2. Rangkuman