Rangkuman ANALISIS ALUR NOVEL PUTRI CINA KARYA SINDHUNATA

40 menguasai kerajaan Majapahit. Seluruh tatanan Majapahit yang berlatar belakang agama Hindhu diganti secara perlahan oleh Raden Patah yang membawa idelogi agama Islam.

2.2. Rangkuman

Pada Bab II analisis struktur dititikberatkan pada analisis alur novel Putri Cina karya Sindhunata. Di dalam novel ini, alur dibagi menjadi lima tahapan yaitu tahap situation penyituasian, tahap circumstances tahap pemunculan konflik, tahap rising action tahap peningkatan konflik, tahap climacx tahap klimak dan nouement tahap penyelesaian. Bagian awal merupakan tahap penyituasian. Bagian ini dimulai dengan kilas balik ini diawali dengan keheranan Putri Cina terhadap kaumnya orang cina yang selalu mencari kekayaan saja tanpa memikirkan nasib mereka di kemudian hari. Dia merasa heran mengapa orang Cina tidak mengingat ajaran leluhur mereka. Putri Cina merasa mengapa kaumnya hanya berusaha untuk mencari kekayaan selama masa hidupnya. Dia menyayangkan falsafah-falsafah nenek moyang kaum Tionghoa sudah dilupakan. Bagian tengah merupakan tahap pemunculan konflik. Bagian ini menceritakan awal dari kisah kesengsaraan Putri Cina. Dalam perjalanannya di Pulau Jawa, dia merasa heran dengan keadaan Majapahit sekarang. Sepeninggal Raja Prabu Barawijaya V, keadaan Majapahit berubah total. Puing-puing berserakan dan keadaan rakyat menjadi tidak terurus. Putri Cina bertanya kepada 41 salah seorang wanita yang dulu menjadi danyangnya yaitu Loro Cemplon. Dari mulut Loro Cemplon inilah akhirnya Putri Cina mengetahui keberadaan Sabdopalon-Nayagenggong. Bagian ketiga adalah tahap rising action tahap peningkatan konflik. Pada tahap ini berkisah tentang Prabu Muhardo yang awalnya sangat dicintai oleh rakyatnya. Di bawah kepemimpinannya, rakyat Medang Kamulan Baru hidup damai dan sejahtera. Ia memerintah dengan penuh welas asih seperti yang diidam- idamkan oleh rakyat. Tetapi setelah beberapa tahun kemudian keadaan berubah. Suasana menjadi kacau balau. Rakyat lalu mengubah namanya menjadi Prabu Amurco Sabdo. Perubahan nama ini merupakan reaksi rakyat terhadap kepemimpinan Prabu Muhardo. Nama Prabu Amurco Sabdo berarti raja yang mengkhianati kata-katanya sendiri. Rakyat Pedang Kamulan menduga bahwa rajanya telah dibutakan oleh kekuasaan. Kekuasaan itu diperoleh dengan cara yang tidak lazim. Bagian keempat adalah tahap climacx tahap klimaks. Dalam novel Putri Cina tahap ini dimulai dari persekongkolan antara penasehat Raja Amuco Sabdo yaitu Patih Wrenggono dan Tumenggung Joyo Sumenggah. Keduanya sepakat untuk mencari kambing hitam atas keadaan yang terjadi di kerajaan Pedang Kamulan. Kambing hitam yang dimaksud adalah pihak yang dipersalahkan atas apa yang terjadi di Medang Kamulan. Pihak kerajaan mencari cara untuk tidak bertanggung jawab atas kekacauan dengan cara menjadikan kaum Cina sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas kedaan di kerajaan yang tidak terkendali. 42 Tahap kelima merupakan tahap penyelesaian konflik di dalam novel Putri Cina. Tahap ini di dalam novel Putri Cina mengulas tentang kehidupan rakyat pasca Prabu Amurco Sabdo.dan akhir kisah cinta antara Giok Tien dengan Gurdo Paksi. Kehidupan rakyat di kerajaan Pedang Kamulan menjadi damai kembali setealah Aryo Sabrang menjadi raja baru. Gurdo Paksi dan Giok Tien kembali bersatu. Setelah empat puluh hari kematian kakak-kakak Giok Tien, Gurdo Paksi dan Giok Tien berziarah ke makam para saudara Giok Tien. Kesedihan Giok Tien tampak kembali ketika mereka tiba di depan pusara. Dia teringat akan kenangan- kenangan indah mereka bertiga. Tiba-tiba sebuah anak panah meluncur dari belakang Gurdo Paksi, Giok Tien mendorong tubuh Gurdo Paksi dan anak panah itu akhirnya tertancap di dada Giok Tien. Giok Tien akhirnya tewas di pangkuan Gurdo Paksi. Ternyata yang membunuh Giok Tien adalah Joyo Sumengah yang kini menjadi senopati di Padang Kamulan. Akhirnya apa yang telah diimpikan oleh Giok Tien terjadi juga. Mereka menjadi Sam Pek Eng Tay.

BAB III DOMINASI DAN HEGEMONI KERAJAAN DEMAK TERHADAP KAUM

TIONGHOA DALAM NOVEL PUTRI CINA KARYA SINDHUNATA Dari analisis Bab II, terlihat adanya permasalahan dominasi dan hegemoni kerajaan Demak terhadap kaum Tionghoa dalam novel Putri Cina karya Sindhunata. Dominasi dan hegemoni tersebut timbul karena adanya peranan kekuasaan dari kerajaan Demak. Dalam Bab III, permasalahan dominasi dan hegemoni kerajaan Demak dan terhadap kaum Tionghoa tersebut akan dianalisis lebih dalam lagi. Analisis dominasi dan hegemoni diurutkan mulai dari yang paling dominan hingga yang memiliki peranan paling kecil. Analisis dominasi dan hegemoni berikut ini meliputi analisis dominasi kerajaan Demak dan hegemoni kerajaan Demak yang terbagi atas hegemoni agama, hegemoni politik, hegemoni ekonomi dan hegemoni budaya. Dalam analisis ini penulis menggunakan teori dominasi dan hegemoni Antonio Gramsci. Arti dominasi dalam prespektif teori kritis adalah suatu kekuasaan yang paling dominan, berasal dari luar diri manusia, sangat mempengaruhi dan turut mengatur seluruh aktivitas dan kegiatan berpikir serta tingkah laku manusia, sementara manusia menerimanya tanpa landasan kesadaran yang utuh Ginting, 2012:42. Secara literal hegemo ni berarti “kepemimpinan”.Lebih sering kata itu digunakan oleh para komentator politik untuk menunjuk kepada pengertian