34
2.1.4. Tahap climacx tahap klimak
Pada tahap ini konflik meningkat. Dalam novel Putri Cina tahap ini dimulai dari persekongkolan antara penasihat Raja Amurco Sabdo yaitu Patih
Wrenggono dan Tumenggung Joyo Sumenggah. Mereka berdua sepakat untuk mencari kambing hitam atas keadaan yang terjadi di kerajaan Pedang Kamulan.
“Dan yang lebih menegerikan lagi adalah peristiwa ini: banyak wanita Cina diperkosa. Malahan, di banyak tempat, wanita Cina diperkosa ramai-ramai.
Dan kejinya, perkosaan itu dilakukan di hadapan orang tua atau saudara-
saudara wanita Cina yang malang itu.” Sindhunata, 2006: 150.
Kekacauan semakin brutal tetapi penguasa terlihat membiarkan semuanya terjadi. Beberapa orang beanggapan bahwa Prabu Amurco Sabdo harus turun dari
jabatannya dan menunujukkan kebencian yang sangat mendalam kepada kaum Cina.
Sementara itu di tengah Senopati Gurdo Paksi sedang sibuk mengatasi huru-hara yang terjadi di kota, istri Gurdo Paksi yaitu Giok Tien berada di dalam
rumah bersama dua saudaranya yaitu Giok Liang dan Giok Hwa. Mereka takut untuk keluar dari rumah. Tanpa sebab yang jelas Giok Tien mengingatkan
saudara-saudaranya tentang lakon yang dijalani Giok Tien. Sebelum menjadi istri Gurdo Paksi, Giok Tien adalah seorang penari. Giok Tien pernah memerankan
lakon Sampek Eng Tay. “Sam Pek Eng Tay adalah lakon yang memberi pelajaran, bahwa cinta tak
pernah berakhir dengan kematian. Sam Pek telah dikuburkan, ia akan mati selamanya di sana, jika Eng Tay tidak terjun menyusulnya. Dan karena
cinta, Eng Tay rela terjun menjumpainya di dalam kuburan. Akhirnya
35
mereka berdua hidup dan terbang menjadi sepasang kupu- kupu yang indah.”
Sindhunata 2006: 200.
Tiba-tiba ada segerombolan prajurit dari istana Majapahit datang ke rumah Giok Tien. Mereka dipimpin oleh Joyo Sumenggah. Joyo Sumenggah ingin
menyalamatkan Giok Tien beserta saudara-saudaranya. Saat ingin menyelamatkan Giok Tien beserta saudara-saudaranya, dua kakaknya mati ditusuk oleh orang tak
dikenal. Joyo Sumengah pun datang beserta para prajurit. Giok Tien merasa heran karena suaminya Gurdo Paksi tidak menyelamatkannya. Joyo Sumenggah
berusaha untuk membujuk Giok Tien agar bersedia ikut dengannya. Giok Tien hanya diam, tetap tidak mau. Akhirnya kesabaran Joyo Sumenggah hilang.
Birahinya memuncak dan dia ingin memperkosa Giok Tien. Ketika Joyo Sumenggah ingin memperkosa Giok Tien, tiba-tiba datang Prabu Amurco Sabdo
sehingga Joyo Sumenggah tidak jadi memperkosa Giok Tien. Giok Tien pun dibawa oleh Prabu Amurco Sabdo ke istana. Sementara itu
suaminya, senopati Gurdo Paksi merasa dijebak karena dituduh telah membunuh dua kakak Giok Tien dengan pusaka kerajaan yaitu keris Pesat Nyawa.
“Cik, kau tahu bukan aku yang membunuhmu. Aku minta keadilan karena pusaka laknat ini.” Sindhunata 2006: 238.
Sesampainya Giok Tien di istana Pedang Kamulan, Prabu Amurco Sabdo kagum terhadapnya. Birahinya meningkat karena tidak tahan melihat kemolekan
tubuh Giok Tien. Dan akhirnya Prabu Amurco Sabdo memperkosanya.
36
“Wis manuta, among sira gawe swarga. Sudahlah,Putri Cina, menurutlah kepadaku, hanya kaulah yang dapat menyediakan surga bagiku. Dengan buas
ia melucuti busananya. Nafsunya sudah tinggal melompat keluar, ketika ia mulai melihat badan Giok Tien yang putih dan halus mulus itu. Giok Tien
sudah tidak berdaya lagi ketika Prabu Amurco Sabdo menindihkan badannya ke tubuhnya. Ia hanya bisa menjerit lirih. Jeri
tan itu terdengar pedih merintih.” Sindhunata 2006: 251.
Tanpa disadari perbuatan Amurco Sabdo dilihat oleh Joyo Sumengah. Untuk menutupi perbuatannya dia menawari Joyo Sumenggah untuk memperkosa
Giok Tien juga. Tetapi sebelum Joyo Sumengah melaksanakan niatnya, Gurdo Paksi datang. Dia marah terhadap Prabu Amurco Sabdo dan Joyo Sumengah.
Kedatangan Gurdo Paksi diikuti oleh kedatangan Patih Wrenggono yang mengabarkan jika rakyat menuntut pertanggungjawaban Gurdo Paksi.
Giok Tien lalu mengancam jika nama baik suaminya tidak dipulihkan, dia akan membeberkan perbuatan Prabu Amurco Sabdo kepada rakyat. Amurco
Sabdo lalu mengumumkan pengunduran dirinya kepada rakyat dan otomatis Gurdo Paksi pun harus melepaskan jabatannya sebagai senopati.
Tahap klimak dalam novel Putri Cina dimulai dengan meningkatnya konflik dalam cerita. Persengkongkolan antara penasihat Raja Amurco Sabdo
yaitu Patih Wrenggono dan Tumenggung Jaya Sumenggah. Mereka berdua sepakat untuk mencari kambing hitam atas apa yang terjadi di Pedang Kamulan.
Kaum Tionghoa menjadi pihak yang dipersalahkan atas kekacauan yang terjadi, perempuan-perempuan Tionghoa diperkosa ketika situasi kacau, termasuk pula
Giok Tien yang diperkosa oleh Prabu Amurco Sabdo. Tetapi sebelum memperkosa Giok Tien, Gurdo Paksi suami Giok Tien datang. Gurdo Paksi
37
marah kepada Prabu Amurco Sabdo dan Prabu Joyo Sumenggah. Gurdo Paksi datang ke istana untuk menuntut pertanggung jawaban kepada Prabu Amurco
Sabdo atas kekacauan yang terjadi.
2.1.5. Tahap denouement tahap penyelesaian