Dominasi kerajaan Demak terhadap Kaum Tionghoa

46

3.1.1 Dominasi kerajaan Demak terhadap Kaum Tionghoa

Dominasi kerajaan Demak terhadap kaum Tionghoa mulai nampak sejak Demak dikuasai oleh Raden Patah Jin Bun. Raden Patah merupakan anak dari Prabu Brawijaya. Demak yang sebelumnya merupakan daerah di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit berubah menjadi daerah yang maju di bawah pimpinan Raden Patah. Sebelumnya Demak hanya merupakan sebuah daerah kekuasaan Majapahit seperti daerah-daerah kekuasaan lain yang dimiliki oleh kerajaan Majapahit. Proses dominasi kerajaan Demak terhadap kaum Tionghoa diawali dengan pendirian Demak menjadi kerajaan Demak. Raden Patah yang menjadi abdi kerajaan Majapahit mendirikan kerajaan Demak yang berlatar belakang agama Islam. Hal tersebut terdeskripsikan dalam kutipan berikut ini: Kapal singgah di Sura Pringga. Raden Patah dan Raden Kusen turun, terus berjalan ke Ngampeldenta. Di sana mereka memeluk agama baru, dan berguru kepada Sunan Ngampeldenta Sindhunata, 2007: 28. Berdasarkan kutipan di atas, Raden Patah dan Raden Kusen dalam perjalanan menuju Majapahit singgah terlebih dahulu di daerah Ngampeldenta. Di Nagmpeldenta mereka berdua bertemu dengan Sunan Ampel Bong Swi Hoo, yang pada saat itu menjadi ulama besar Islam keturunan Tionghoa di pulau Jawa. Hal inilah yang menandai mulainya Raden Patah memeluk agama Islam. 47 Berpindahnya agama Raden Patah yang pada awalnya memeluk agama Hindhu menjadi agama Islam. Proses perpindahan agama ini tak lepas dari peran Sunan Ampel yang menjadi guru bagi Raden Patah. Sunan Ampel Bong Swi Hoo adalah cucu dari Bong Tak Keng, pemimpin komunitas Tionghoa Islam di Jawa yang ditugaskan oleh Sam Po Bo Laksamana Ceng Ho Mulyana: 2008: 96. Pada tahun 1445 Sunan Ampel dikirim ke Palembang untuk membantu Arya Damar yang saat iru menjadi raja di Palembang. Arya Damar Swan Liong adalah anak dari Prabu Brawijaya V. Setelah beberapa tahun di Palembang, Arya Damar memerintahkan Sunan Ampel pergi ke pulau Jawa untuk menghadap kapten Cina di Tuban bernama Gan Eng Cu Arya Tedja. Gan Eng Cu Arya Tedja adalah mantan Kapten Cina di Manila yang kemudian ditugaskan ke Jawa oleh Laksamana Ceng Ho Sam Po Bo untuk mengurusi kepentingan orang-orang Islam Tionghoa di Pulau Jawa, terutama wilayah Majapahit oleh Sam Po Bo Laksamana Cheng Ho. Setibanya di Pulau Jawa, Sunan Ampel Bong Swi Hoo bertemu dengan Gan Eng Cu. Karena terikat dengan kecerdasan Sunan Ampel, Gan Eng Cu memungut Sunan Ampel menjadi menantu. Sunan Ampel kemudian menikah dengan cucu Gan Eng Cu yaitu Ni Gede Manila. Dari pernikahan Sunan Ampel dengan Ni Gede Manila lahirlah seorang putra bernama Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim Mulyana, 2009: 97- 98. Setelah dibimbing secara intens oleh Sunan Ampel, Raden Patah mantab untuk memeluk agama Islam. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini: 48 Di sana mereka memeluk agama baru, dan berguru kepada Sunan Ngampeldenta. Setelah beberapa lama, Raden Kusen mengingatkan, mereka masih harus pergi ke Majapahit. Raden Patah menolak. Ia tak mau lagi ke sana, karena tak ingin mengabdi kepada raja yang lain agamanya dari dia Sindhunata, 2007: 28. Berdasarkan kutipan di atas, nampak bahwa Raden Patah telah mantap untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan agama Hindhu. Hal ini tentunya membuat Sunan Ampel menjadi gembira. Sunan Ampel mendapatkan calon penerus untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa yaitu Raden Patah. Raden Patah yang pada awalnya menganut agama Hindhu berubah menganut agama Islam setelah lama menetap di Demak. Hal ini tidak terlepas dari adanya peran Sunan Ampel yang saat itu sedang merintis penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Agama Hindhu yang pada saat itu telah mendominasi pulau Jawa, berusaha diimbangi oleh Sunan Ampel yang membawa agama Islam. Untuk memperkuat pengaruhnya di daerah Demak dan sekitarnya Sunan Ampel terus memperdalam ilmu agama Islam kepada Raden Patah. Ambisi Sunan Ampel untuk mendominasi agama Islam melalui Kerajaan Demak terhadap kaum Tionghoa tidak hanya dengan merekrut Raden Patah sebagai “peminpin” pemberontak Majapahit. Selama dalam masa persinggahan, Raden Patah Jin Bun dan Raden Kusen Kin San kemudian mempelajari agama Islam yang diajarkan oleh Sunan Ampel Bong Swi Hoo. Raden Patah tertarik untuk mempelajari agama Islam dan singgah sementara di Demak sedangkan Raden Kusen tetap melanjutkan perjalanan ke 49 Majapahit untuk menghadap Prabu Brawijaya V sebagai bukti dharma baktinya kepada raja Brawijaya V. hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini: Setelah beberapa lama, Raden Kusen mengingatkan, mereka masih harus pergi ke Majapahit. Raden Patah menolak. Ia tak mau lagi ke sana, karena tak ingin mengabdi kepada raja yang lain agamanya dari dia Sindhunata, 2007: 28. Berdasarkan kutipan di atas, Raden Patah yang telah menganut agama Islam kemudian mendirikan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Raden Patah telah berhasil didoktrin oleh Sunan Ampel untuk memeluk agama baru yaitu Islam. Lain halnya dengan Raden Kusen, dia tetap melanjutkan perjalanan ke Majapahit untuk menghadap Prabu Brawijaya. Berdasarkan kutipan di atas, Raden Patah telah mendirikan padepokan bernama Bintara. Padepokan tersebut menjadi pusat untuk memperdalam ilmu agama Islam yang diajarkan oleh Sunan Ampel kepada Raden Patah. Di bawah pimpinan Raden Patah pedepokan Bintara menjadi jaya dan terkenal sampai ke seluruh pulau Jawa. Raden Patah yang memilih tetap tinggal di Ngampeldenta berusaha untuk terus memperdalam agama Islam. Guna menyebarkan agama Islam sebagai agama baru di pulau Jawa, Raden Patah berencana mendirikan suatu padepokan di Ngampeldenta. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini: Raden Patah berjalan sesuai dengan pesan gurunya. Di sebuah hutan, ia mencium bau yang amat harum. Bau yang berasal dari gelagah. Inilah tempat 50 yang yang dicarinya. Maka di sinilah ia mendirikan padepokannya. Dan dinamainya tempat itu Bintara Sindhunata, 2007: 28. Dengan adanya pendirian padepokan yang akan menjadi cikal bakal munculnya kerajaan Demak, usaha Raden Patah dan Sunan Ampel untuk memusatkan penghayatan agama Islam menjadi terfasilitasi. Padepokan ini diharapkan oleh Raden Patah dan Sunan Ampel mempermudah penyebaran agama Islam di pulau Jawa yang pada saat itu masih didominasi oleh agama Hindhu. Raden Patah memiliki pendapat bahwa selain agama Islam tidak boleh ada agama lain yang ada di pulau Jawa. Kemunculan hal ini tidak terlepas dari perubahan sikap drastis yang ditunjukkan oleh Raden Patah setelah memeluk agama Islam. Kaum Tionghoa pun mulai merasakan agama Islam menjadi kekuatan baru di Majapahit selain agama Hindhu yang telah ada terlebih dahulu. Demak yang berubah menjadi kerajaan, semakin lama mulai memperbesar pengaruh agama Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Demak menjadi daerah yang mendominasi kemajuan di segala bidang dibandingkan daerah-daerah kekuasaan kerajaan Majapahit lainnya. Di tangan Raden Patah, Demak menjelma menjadi daerah yang disegani di pulau Jawa. Kerajaan Demak juga menjadi pusat pengembangan agama Islam di pulau Jawa. 51

3.1.2 Hegemoni kerajaan Demak terhadap Kaum Tionghoa