yang menentukan rasa puas atau tidak puas tersebut adalah hubungan antara harapan konsumen dan prestasi yang diterima dari produk.
Kepuasan atau ketidakpuasan ini akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Pembeli yang tidak puas akan menyampaikan keluhan
mereka pada perusahaan. Sebaliknya jika konsumen merasa puas akan memberikan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli
produk tersebut.
2.2.4.6. Jenis Perilaku Pembelian
Perilaku konsumen melibatkan berbagai peran yang berada dalam suatu pengambilan keputusan pembelian Kotler, 2004:202
antara lain : Initiator atau pencetus yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu; Influencer
atau pemberi pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan pembelian; Decider atau pengambil keputusan
yaitu seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian, apakah membeli, tidak membeli, bagaimana
membeli, dan dimana akan membeli; Buyer atau pembeli yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya; dan User atau pemakai
yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan.
Menurut Kotler 2004:202-204 ada 4 empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat
perbedaan antara berbagai merek yaitu sebagai berikut : a.
Perilaku Pembelian Yang Rumit Para konsumen mempunyai perilaku pembelian yang rumit
ketika mereka terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang nyata diantara berbagai merek.
Konsumen tersebut sangat terlibat dalam suatu pembelian apabila produk itu mahal, jarang dibeli, beresiko, dan mempunyai ekspresi
diri yang tinggi. Biasanya konsumen tidak mengetahui banyak mengenai kategori produk dan harus banyak belajar. Pembeli ini
akan melalui suatu proses belajar yang pertama ditandai dengan menumbuhkan kepercayaan mengenai produk, kemudian
mengembangkan pendirian, dan selanjutnya membuat suatu pilihan pembelian yang bijaksana. Contohnya pada pembelian komputer
pribadi, mobil, rumah. b.
Perilaku Pembelian Mengurangi Ketidaknyamanan Kadangkala konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian
tetapi melihat hanya sedikit perbedaan dalam merek-merek produk. Keterlibatan yang tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa
pembelian tersebut bersifat mahal, jarang, dan beresiko. Dalam hal ini pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia
tetapi akan membeli dengan cukup cepat, karena pembeli mungkin
menanggapi hanya menurut harga yang baik atau kemudahan dalam membeli. Dalam kasus seperti ini konsumen terserbut dalam
melakukan pembelian adalah bertindak dulu, kemudian memperoleh kepercayaan baru, dan berakhir dengan serangkaian pendirian.
Contohnya pada pembelian karpet. c.
Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen
yang rendah dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara satu merek dengan yang lainnya. Konsumen memiliki kerterlibatan yang
rendah terhadap barang-barang yang murah dan sering dibeli. Perilaku konsumen dalam hal ini tidak melalui urutan pendirian atau
perilaku yang normal. Konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi tentang merek,mengevaluasi karakteristiknya, dan
membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai apa yang dibeli. Contohnya pada pembelian garam.
d. Perilaku Pembelian Yang Mencari Variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keterlibatan yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Disini konsumen
banyak melakukan peralihan merek. Konsumen memiliki sedikit kepercayaan, memilih suatu produk tanpa terlalu banyak evaluasi
dan mengevaluasi sewaktu mengkonsumsi produk tersebut. Kadangkala konsumen mengambil atau memilih merek lain karena
bosan atau menginginkan merek yang lain. Peralihan merek ini
terjadi karena alasan untuk mencari variasi. Contohnya pada pembelian biskuit atau kue.
2.2.5. Periklanan