Aristoteles Pandangan Para Pemikir yang Patriarkis

40 M eskipun pada beberapa hal, Plato m em iliki cat at an positif pada perempuan, t erut am a dalam usahanya m em pert ahankan kualit as perem puan agar sam a dengan laki-laki, namun ada sisi am biguit as pada diri Plato. Sepert i diungkapkan Susan B. Levin, pada awalnya Plato m em bedakan manusia bukan berdasarkan karakt erist ik biologis t et api berdasarkan kualit as pemikiran orang yang dapat ia hubungkan dengan pem ikiran at au jiw a dengan t ubuh. Sem ua ini adalah dalam upayanya untuk m enent ukan siapa yang dapat ia sebut sebagai t echne, yakni yang dapat m em akai kognit ifnya untuk mengident ifikasi mana yang riil m em punyai ciri-ciri at au eudaimon. Kemampuan techne ini t idak pernah ia bedakan berdasarkan ciri-ciri fisik biologis dan ment al. Ia pun t idak pernah m engat akan bahw a perempuan tidak dapat menjadi t echne. At as argum ent asi ini, t idak m engherankan jika oleh beberapa kalangan, Plat o dianggap sebagai fem inis. Namun persoalannya jadi berbeda ket ika ia m asuk pada pem bahasan Republic V. Di sini Plato menyat akan bahw a pada tingkat t echne, kualit as seseorang dit entukan psuche karakt er alam iah. Sebagaim ana dikut ip Susan AB. Levins, t ernyat a menurut Plat o, phusis seorang perem puan mengandung unsur-unsur negat if. Oleh sebab itu, t entunya seorang perem puan t idak layak m enjalankan tugas-t ugas pent ing Arivia, 2003:29.

2.3.2 Aristoteles

Arist ot eles berasal dari St ageira di daerah Thrae, di Yunani Ut ara. Ia belajar dalam akadem ia Plato di At hena dan t inggal di sana sampai Plat o 41 meninggal. Dua t ahun lam anya ia bert ugas sebagai guru pribadi untuk Pangeran Alexander Agung. Tidak lam a set elah Alexander Agung dilant ik m enjadi raja, Arist ot eles kem bali ke At hena dan membuka suatu sekolah yang dinamakan Lykeion dilatinkan: Lyceum Bert ens, 1995:14. Arist ot eles m em iliki pandangan yang cenderung negat if t erhadap perem puan. Seluruh asum si filsafat polit ik Arist oteles adalah bahwa di dunia ini hanya t erdapat sat u m acam kelas m anusia, yait u laki-laki bebas free m ales yang harus hidup secara penuh dan melihat yang lain-lainnya sebagai alat untuk mencapai t ujuannya. Lebih jauh, Aristot eles secara konsist en melihat perem puan sebagai manusia yang cacat dan juga inferior. Ia percaya bahw a dalam konsepsi manusia, perem puan m ensuplai “ m at eri” , yait u cairan m enst ruasi dan laki-laki mensuplai “ bent uk” dan “ jiwa” m elalui sperm a. Dengan dem ikian, ia yakin bahw a laki-laki lebih superior karena m emiliki “ vit al panas” vit al heat karena sperm anya yang m ensuplai “ bentuk” at au “ jiwa” sehingga ia lebih unggul daripada perempuan yang hanya mensuplai “ m at eri” Arivia, 2003: 30. Dalam bukunya “ De Generat ione Anim alium” , Arist ot eles menjabarkan t ent ang politik dan negara sert a penem pat an perempuan di dalam nya. Arist ot elses m eyakini bahw a ada beberapa kelas dari manusia yang berada di luar akt ivit as manusia. M ereka, misalnya, adalah budak dan perem puan. Budak baginya adalah sem acam propert i yang dapat dipakai dan kehidupan budak hanya dilihat sebagai alat untuk m encapai tujuan. Sam a halnya sepert i budak, kehidupan perem puan bersifat fungsional, yakni hanya digunakan unt uk 42 mempunyai anak, dan sepert i layaknya budak, ia berfungis untuk menyediakan segala keperluan hidup. Arist ot eles m engat akan bahw a halini harus dipert ahankan unt uk negara polis agar laki-laki bebas sert a dapat berkonsent rasi unt uk kehidupan int elekt ual dan polit iknya Arivia, 2003:30-31.

2.3.3 Thomas Aquinas