Feminisme Gelombang Kedua Genealogi Feminisme

64 penolakan dari laki-laki. Kemungkinan kedua akan melanggengkan dom inasi laki- laki at as perem puan. M eskipun demikian, M illet berkeyakinan bahw a sist em gender seks yang m erupakan akar penindasan t erhadap perempuan ini dapat dihancurkan dengan m encipt akan masyarakat baru di m ana perem puan dan laki- laki berada dalam posisi set ara dalam set iap eksist ensinya. Caranya adalah dengan adanya pem aham an androgini di dalam nya.

2.6.2 Feminisme Gelombang Kedua

Terjadi perkem bangan pemikiran dan akt ivit as para feminis dalam mempersoalkan perem puan. Jika pada gelombang pert am a t ahap aw al, kaum fem inis m elihat persoalan perempuan lebih pada hak-hak m ereka sebagai w arga sipil yang t idak set ara dengan laki-laki di ruang publik sebagai akibat dari indust rialisasi di m ana perem puan menjadi “ dirumahkan” , pada feminism e gelombang kedua, persoalan yang diangkat lebih bersifat reflekt if dan konsept ual. Pada gelom bang kedua, pem ikiran fem inism e mulai m engajukan pert anyaan-pert anyaan yang lebih m endalam t erhadap identit as perem puan itu sendiri. Di sini t eori ident itas mulai dijadikan pembahasan. Hal ini m enjadi pent ing untuk m enunjukkan m engapa posisi perem puan selalu tert indas di dalam m asyarakat . Gelombang kedua t eori fem inisme memberikan penjelasan umum t ent ang konsep fundament al penindasan t erhadap perem puan. pada t ahap t eori 65 ini, pem bahasan difokuskan pada “ perbedaan” yang dicipt akan ant ara perem puan dan laki-laki yang t erjadi secara m engakar dan dianggap sebagai sesuat u yang bersifat kodrat i. Perspekt if pada gelombang kedua kemudian melahirkan “ perempuan dan laki-laki sam a” atau set ara. Perspekt if ini ingin mendorong m asyarakat unt uk menerim a perem puan dalam posisi yang sam a dengan laki-laki. Namun di sisi lain, muncul pula konsep perbedaan, di mana pada t eori ini dinyat akan bahwa perem puan mem iliki karakt erist ik yang unik yang berbeda dengan laki-laki. Akan t et api, dengan karakt erist ik yang unik t ersebut , t idak berart i perempuan lebih inferior daripada laki-laki Arivia, 2003:148. Dari sini pula lahir penolakan t erhadap konsep oposisi biner yang menjadi pandangan dunia pat riarki, sepert i yang dinyat akan oleh Sim one Beauvoir. Dalam The Second Sex, Beauvoir m engkrit ik kecenderungan cara pandang laki-laki untuk menjadikan dirinya sebagai subjek pada akhirnya membuat laki-laki m enem pat kan perempuan sebagai objek at au “ yang lain” t he ot her . Untuk m em berikan pandangan bahwa perem puan berbeda dengan laki- laki, beberapa pem ikir fem inis m enggunakan cara pandang psikoanalisis dan gender. M ereka t erm asuk yang percaya bahw a perlu dibuat penjelasan fundament al at as cara bert indak perem puan berakar dari psike perempuan, t erut am a dalam cara pikir perem puan. Dalam kelompok pem ikiran ini dapat disebut kan fem inis sepert i Dorothy Dinnerst ein, Nancy Chodorov, Juliet M it chel, Carol Gilligan, dan Nel Noddings. 66 Berdasarkan konsep Freud, sepert i t ahapan Oedipal dan kompleks Oedipus, mereka m engklaim bahwa ket idakset araan gender berakar dari rangkaian pengalaman pada masa kanak-kanak aw al m ereka, yang mengakibat kan bukan saja cara laki-laki m em andang dirinya sebagai m askulin dan perempuan m em andang dirinya sebagai feminin, m elainkan juga cara masyarakat memandang bahwa m askulinitas adalah lebih baik dari fem ininit as. Berhipot esis bahw a dalam m asyarakat nonpat riarkal, m askulinitas dan fem ininit as akan dikonst ruksi secara berbeda dan dihargai secara set ara, fem inis psikoanalisis m erekom endasikan bahw a kit a harus bergerak m aju menuju masyarakat androgini, yang di dalam m asyarakat ini manusia yang seutuhnya merupakan campuran sifat -sifat posit if feminis dan maskulin Tong, 2004:190. Jika sebagian fem inis lebih m e nekankan pada perkem bangan psikoseksual pada anak laki-laki dan perempuan, sebagian feminis yang lain lebih menekankan pada aspek t ert ent u dalam perkem bangan anak. Feminis gender Tong, 2004:224 berpendapat bahw a anak laki-laki dan perem puan t umbuh menjadi laki-laki dan perempuan dew asa dengan nilai-nilai sert a kebaikan gender yang khas yang m erefleksikan pentingnya ket erpisahan pada kehidupan laki-laki dan pent ingnya ket erikat an pada kehidupan perem puan dan berfungsi unt uk memberdayakan laki-laki dan melemahkan perem puan dalam masyarakat pat riarkal. Pert anyaannya kem udian, apakah pembebasan yang paling baik dilakukan t erhadap perempuan adalah dengan m engadopsi nilai-nilai sert a kebaikan pada laki-laki dan laki-laki mengadopsi nilai-nila dan kebaikan pada 67 perem puan atau dengan set iap orang m engadopsi suatu gabungan nilai-nilai sert a kebaikan laki-laki dan perempuan. Jelaslah di sini dapat dikat akan bahw a apa yang m enjadi t it ik persoalan fem inisme gelombang pertam a lebih pada persoalan-persoalan sosial yang berhubungan dengan perempuan dan disert ai dengan tindakan-tindakan prakt is unt uk m endapat kan hak-hak sosial, sedangkan pada gelombang kedua, pemikiran fem inisme m ulai m em fokuskan diri pada pert anyaan-pert anyaan konsept ual seput ar pembent ukan identit as perem puan.

2.6.3 Feminisme Gelombang Ketiga