90 logika yang t elah lam a bersem ayam di masyarakat . Ayah m erupakan
represent asi dari kekuasaan laki-laki. Kat a menyusu adalah bent uk akt if dari kat a benda. Ayah dalam hal ini menjadi objek. Sem ent ara t okoh Nayla adalah subjek.
Jika selama ini perem puan menjadi objek, maka ada saat nya di m ana perem puan pun dapat menjadi subjek.
M askulinit as pada diri Nayla sikap agresif dan kuat sepert i menemukan t itik t em unya dengan pandangan feminism e radikal-libert arian. Feminism e
radikal-libert arian m enolak asum si bahwa ada hubungan yang pasti antara jenis kelamin seseorang laki-laki dan perempuan dengan gender seseorang m askulin
at au feminin Tong, 2004: 72. Karena it u, bagi kalangan ini, cara bagi perem puan untuk m enghancurkan kekuasaan yang t idak layak at as perem puan
adalah dengan cara m enyadari bahw a gender t erpisah dari jenis kelamin, hal di mana di dalam sist em pat riarki, ini dijadikan sebagai sist em yang saling
berhubungan secara kuat .
3.3 Kekerasan Seksual pada Perempuan
Kekerasan t elah menjadi realitas kehidupan it u sendiri. M aka t ak salah jika kekerasan dalam keluarga m enjadi t ema yang cukup sering t erungkap dalam
karya-karya Djenar.
91 Ada beberapa cerpen yang menjadikan kekerasan seksual sebagai t em a
ut ama, di ant aranya “ Lintah” dan “ M elukis Jendela” . Kedua cerpen ini sam a- sam a menempat kan keluarga yang t ak lengkap sebagai lat ar belakang kehidupan
t okoh ut ama. Cerpen “ Lint ah” m enarik karena penggambaran tokoh ut am a pada
kekasih ibunya itu, menembus makna yang cukup dalam . Sejauh ini, lint ah dikenal sebagai binat ang kecil penghisap darah. Untuk seorang anak rem aja,
perum pamaan ini menandakan bahw a sosok laki-laki kekasih ibunya itu begit u memuakkan sekaligus m enakut kan baginya.
Saya penyayang binat ang. Namun saya sangat benci kepada lint ah. Lint ah t idak pernah puas at as apa yang dimilikinya “ Lint ah:, hlm.11.
Tokoh ut ama digambarkan hanya m em iliki orangt ua tunggal, yaitu ibu. Selain ibu, ada kekasih ibunya yang t inggal serum ah. Yang m em buat tokoh
membenci kekasih ibunya, ia layaknya lint ah, yang hanya hidup dari m enikm at i penghasilan orang lain.
Kebencian t okoh ut am a t erhadap “ lint ah” semakin lama sem akin menjadi. Tidak saja karena “ lint ah” ini tinggal seenaknya, tapi ia m ulai
mengganggu kehidupan pribadi t okoh ut ama.
Dari hari ke hari kebencian saya memuncak. Sudah enam bulan lint ah it u t ingal bersama kami. Dan t abiat nya ber t ambah hari semakin kurang ajar. Pada suat u
hari saya mengadu kepada ibu, bahw a saya sulit berist irahat karena lint ah it u sering m eniduri t empat t idur saya “ Lint ah” , hlm.12.
92 Kekecew aan t okoh aku menjadi semakin besar karena ibu m alah berpihak
kepada “ lint ah” . Di sini ada fakt or kepercayaan yang hilang ant ara ibu dan anak. Ibu
yang diharapkan
tokoh ut ama
dapat menjadi
penengah, mala
h memposisikan diri bersebrangan dengan tokoh utama.
Di luar dugaan, ibu membela lint ah ket imbang saya. Ia mengat akan bahw a saya mel ebih-lebihkan. Ibu tidak percaya semua pengaduan yang saya ut ar akan.
Yah... lint ah ini memang sangat pandai menarik hari ibu “ Lint ah” , hlm.12.
Dengan adanya hubungan yang t idak harmonis, tokoh aku m enjadi t ert ahan untuk berkom unikasi lebih dekat dengan ibunya. Ada sat u dilem a pada
diri tokoh ut am a. Jika ia t erus m engadu t ent ang perbuat an “ lintah” , ibu m akin t idak percaya dan m akin menyalahkannya. Nam un, di sisi lain, pelecehan seksual
“ lint ah” t erhadap dirinya semakin m enajdi-jadi. Sebagai bent uk pelampiasannya, t okoh aku menarik dirinya dengan m embenci kedua-duanya.
Dan kali ini sudah t idak lagi menyelinap dalam kant ung saya. Ia menyelinap ke baw ah baju saya. Yang sat u menyelinap ke pinggang saya. Yang sat unya lagi ke
perut saya. Dan mer eka berput ar-put ar sesuka hat i menjelajahi t ubuh saya sambil mengisapi darah saya. Saya semakin m embenci lint ah. Dan saya
membenci ibu “ Lint ah” , hlm.15-16.
Apa yang diharapkan jika calon ayahnya adalah orang yang mengham ili dirinya? Begit ulah dilem a pada tokoh ut ama, ket ika ibu m enyam paikan
keinginanannya untuk m enikah. Dilem a yang berkepanjangan karena kekerasan seksual itu t idak pernah t erungkap.
“ Siapakah laki-laki berbahagia it u, Ibu? Siapakah laki-laki yang akan menjadi ayah saya?”
Angin membuka t irai jendela. Sekejap cahaya menerangi pengharapan jiw a. “ Lint ah...”
Angin mereda. Tirai kembali t ert ut up. M enghadirkan sunyi. M enghadirkan gelap “ Lint ah” , hlm.16.
93 Dalam pandangan fem inism e radikal, kekerasan seksual at as perem puan
begit u m elekat pada budaya patriarki. Sehingga, seringkali kekerasan seksual ini dianggap sebagai sesuat u yang w ajar.
Bentuk dominasi t erlihat juga bagaim ana suara laki-laki lebih didengarkan daripada suara perempuan. Banyak kasus perkosaan, sepert i yang dikut ip Gadis
Arivia dari Lori Heise, yang kem udian menempat kan perem puan dalam posisi yang salah karena dianggap sebagai “ kegenit an” sem ent ara pemerkosa dianggap
sebagai “ kenakalan biasa” Arivia, 2006:178-1995. Karena posisi yang t idak menguntungkan bagi perempuan, banyak kasus perkosaan yang t idak dilaporkan.
Di Afrika Selat an, m isalnya, hanya sat u dari 20 perkosaan yang dilaporkan. Terlihat di sini bagaimana laki-laki selalu diuntungkan dalam relasinya dengan
perem puan, bahkan m eskipun relasi t ersebut bersifat penindasan t erhadap yang lain.
Pada t okoh ut am a, kasus kekerasan seksual itu t idak pernah terungkap at au diungkapkan.
Angin mereda. Tirai kembali t ertut up. M enghadirkan sunyi. M enghadirkan gelap “ Lint ah” , hlm.18.
Tokoh utam a hanya m em endam nya dalam hati dan t idak berani unt uk mengungkapkan pada ibu. Kekerasan seksual it u hanya m enjadi cerit a m ilik
sendiri, sepert i juga kasus-kasus kekerasan seksu al yang terjadi pada perem puan dan jarang sekali untuk diungkapkan ke w ilayah publik.
94 Dalam cerpen di at as, Pada cerpen “ M elukis Jendela” selanjut nya
disingkat “ M J” , t em a kekerasan seksual juga t erjadi. Tokoh ut am a yang bernam a M ayra hidup dalam dunia yang tidak m em ihak padanya. Keberadaan ibunya
t idak diket ahui M ayra keberadaannya sejak ia lahir. Ayahnya, digam barkan M ayra ant ara ada dan tidak ada. Kesibukan ayahnya yang digambarkan begit u
sibuk m em buat nya jarang bert emu dengan M ayra. Kalaupun ayahnya ada di rum ah, tidak pernah ia m enyediakan w akt u untuk M ayra. Sem entara it u, M ayra
t idak pernah memiliki keberanian untuk menget ahui dunia ayahnya.
Kamar Ayah t idak t er t ut up. Kembali rasa lega m enyelinap di dada, ia mengint ip ke dalam. Ranjang Ayah t erat ur rapi, namun t idak ada Ayah. Tidak ada w anit a
muda it u. Lampu kamar mandi Ayah bersinar t er ang, suara air mengucur t er dengar dari dalam. M ayra m embuka pint u kamar mandi Ayah perlahan dan
hanya menemukan Bi Inah yang sedang membersihkan kamar mandi “ Lint ah” , hlm.37.
Dunia ayahnya adalah dunia yang asing bagi M ayra karena ia t idak pernah mengenal bagaim ana dunia ayahnya, M ayra hanya dapat berkeluh kesah m elalui
lukisan ibu yang dilukisnya sendiri. Hanya lew at dunia ibu itu pula, ia dapat mencerit akan kehidupannya, baik bersama ayah nya, m aupun bersam a t eman-
t em an sekolahnya. Dengan keadaan keluarga yang tidak menyediakan ruang baginya untuk
bercerit a, M ayra harus m enghadapi sendiri kekerasan yang menim panya. Di luar rum ahnya, ia selalu mendapat kan t eror seksual dari t em an-t eman pria di
sekolahnya. Teman-t eman prianya sepert i m em iliki kekuasaan at as dirinya, sem ent ara ia t idak bisa berbuat apa-apa.
95
Ia berkeluh kesah t ent ang t eman-t eman prianya di sekolah yang ker ap m eraba- raba payudara dan kemaluannya sehingga m enyebabkan t eror dalam dirinya
set iap berangkat ke sekolah “ M J” , hlm.32.
Ket idakberdayaan t erhadap lingkungan yang t idak m emberi t em pat padanya it ulah yang selalu dicerit akannya pada Ibu. Dengan cara it ulah M ayra
merasakan ket enangan.
Dan ia mengadu t ent ang Ayah. Ayah yang t idak pernah mau m encerit akan asal usul Ibu. Ayah yang t idak pernah ada di rumah at au di rumah namun
menghabiskan w akt u seharian m enulis di dalam kamar kerja. M ayra dapat merasakan
t angan Ibu
m engelus-elus rambut nya
lalu bersenandung
menenangkan dirinya “ M J” , hlm.33.
Set iap dit eror oleh t eman-t eman prianya, M ayra akan pulang ke rumah dan masuk ke dalam dunianya sendiri. Ia masuk ke dalam dunia ibunya yang
dicipt akannya sendiri. Akan t et api, bahkan ayah dan ibu hasil cipt aan im ajinasinya pun m eninggalkannya.
M ayra ber t eriak dan menangis keras sambil memukul-mukul pint u kamar ayahnya. Tidak ada jaw aban dari dalam. M ayra t erus bert eriak memanggil Ayah
dan Ibu. Tet ap t idak ada jaw aban, semuanya sunyi dan hening sama sepert i ket ika M ayr a t erjaga dari mimpinya “ M J” , hlm.36.
Kepada Ayah dan Ibu ia sudah tidak punya pengharapan apa-apa. Ia sudah menerima bahw a kenyat aan it ulah yang mut lak ia t elan bulat -bulat .
M aka M ayra melukis jendela. Sebuah jendela besar t anpa t irai menghadap ke sebuah dunia yang ia inginkan “ M J” , hlm.36.
Ini adalah bentuk t indakan M ayra t erhadap lingkungan yang sam a sekali t idak m emberi t empat yang am an padanya, t ermasuk lingkungan yang paling
dekat dengannya: keluarga. Ia m em bangun dunianya sendiri, di m ana di dunianya it u ia dapat bersuara. Di mana ia dapat m enjadi subjek, yang it u berart i
96 menjadi Diri. Tidak lagi menjadi objek seksual t em an-t em an prianya yang
melahirkan kekerasan seksual. Lew at jendela yang dilukisnya it u, M ayra masuk ke dalam dunia baru yang
dicipt akannya. Ia bert emu dengan pria impiannya, di m ana m ereka saling menikm at i kehangat an tubuh m asing-masing.
Ia sering masuk ke dalam j endela it u lalu menem ukan dirinya t erbaring di hamparan hangat pasir put ih dan riak ombak menggelit ik pucuk jari kakinya... Ia
menunggu laki-laki it u dat ang. M engecup kening, mat a, lalu bibirnya, dan mer eka berpelukan t anpa busana... Ia ingin mer eka saling menikmat i
kehangat an t ubuh mer eka “ M J” hlm.38.
Lew at jendela it u pula, M ayra juga dapat m embalaskan dendam nya pada t em an-t em an prianya yang sering m elecehkannya. Ia dapat m enunjukkan
kekuatan akan dirinya, di m ana pada dunia nyat a ia t idak pernah berani t erhadap t em an-t em an prianya. M aka, M ayra m engajak lima anak pria yang t erkenal
berandalan it u ke kant in sekolah yang sudah sepi. Di sana, bukan anak-anak pria itu lagi yang m emaksanya, t api just ru M ayra yang menant angnya.
Kini M ayra t ak lagi berbusana. Kelima anak berandalan it u menat ap M ayra dengan pandangan kosong. Lalu M ayra berkat a, “ M engapa kalian diam saja?
Tidakkah kalian ingin melucut i pakaian kalian dan menggarap saya sat u per sat u?”
M er eka semua t erdiam kelu. Selama ini mereka senang m elihat M ayra ket akut an, memberont ak, dan bert eriak “ M J” , hlm.39.
Ket ika pada akhirnya t eman-t eman prianya itu m enyet ujui taw aran M ayra, M ayra m engajukan sat u syarat , yait u mereka harus berhubungan seks
sat u per sat u di kam ar m andi yang berbeda-beda. Di set iap kam ar m andi itu, M ayra m em bunuh sat u per sat u laki-laki yang m elecehkannya.
97
M ayra m engenakan kembali baju seragamnya hingga dar ah di t angannya menempel pada seragam sekolahnya. Sebelum M ayr a per gi, ia melir ik sepint as
ke arah Ant on yang t elent ang di lant ai kamar mandi t anpa penis lagi “ M J” hlm.40-41.
Balas dendam yang dilakukan M ayra t idak dengan membunuh korban begit u saja, t api dengan m em otong alat kelaminnya. Bagi M ayra, t ampaknya
inilah yang m enjadi lambang kekuasaan pria. Yang m em buat pria m erasa lebih berkuasa at as perem puan sehingga dapat m elakukan kekerasan seksual pada
perem puan. dengan cara ini, M ayra sedang berusaha m erunt uhkan kekuasaan laki-laki yang selam a ini dilambangkan dengan phallus.
Pada kedua cerpen ini, kekerasan seksual yang t erjadi pada tokoh ut am a melahirkan sikap m enarik diri dari lingkungannya. Jika pada cerpen “ Lint ah” ,
t okoh ut ama menyim pan rapat-rapat perist iwa itu, pada cerpen “ M elukis Jendela” , t okoh ut am a melangkah lebih jauh, membangun dunianya sendiri
lewat fantasi. kedua cerpen ini pada dasarnya sam a-sam a m enunjukkan bahw a t ragedi kekerasan seksual yang t erjadi pada perem puan dapat m em beri efek
yang sangat dalam pada kehidupan perempuan.
3.4 M oralitas sebagai M odel Pendisiplinan