Plato Pandangan Para Pemikir yang Patriarkis

37 Dalam prakt iknya, kondisi akt ual perempuan tidak t erikat dengan jenis otorit as yang begini at au begitu. Bisa saja t erjadi dalam sist em mat rilineal ia m emiliki posisi yang sangat t inggi; namun, kit a harus t et ap hati-hat i unt uk memperhat ikan bahwa keberadaan seorang kepala suku perem puan at au rat u dalam sebuah kelom pok m asyarakat sam a sekali t idak m enandakan kaum perempuan sungguh-sungguh berkuasa. hlm. 104 Dari kut ipan di at as dapat disimpulkan bahw a Beauvoir tidak sepenuhnya percaya bahw a dalam sejarah manusia, perempuan pernah menempat i kedudukan yang lebih tinggi daripada laki-laki.

2.3. Pandangan Para Pemikir yang Patriarkis

Tidak t erlalu mudah unt uk m engklasifikasikan para pem ikir yang m em iliki cara pandang pat riarkis. Jika secara langsung m enggunakan cara pandang fem inisme, t ent ulah akan lebih gampang memasukkan hampir semua pem ikir ke dalam kaca m at a pat riarkis, t erut ama jika kit a lihat uraian sebelum nya bagaim ana sist em pat riaki itu lahir dalam kehidupan m asyarakat . Dalam hal ini, penulis t idak mau secara gegabah mem berikan penilaian. Akan lebih mudah untuk m em aparkan pem ikiran-pemikiran yang m em ang cukup t egas m em berikan penilaian yang negat if t erhadap perempuan. Tet api, kaum fem inis memandang bahwa pandangan para pemikir yang t erlihat general pun berpot ensi menyim pan bias-bias pat riarki.

2.3.1 Plato

Plato 427-347M dilahirkan di Athena dalam kalangan bangsaw an. Sejak masa m udanya ia m engagum i Sokrat es dan sangat dipengaruhi olehnya. 38 Sebagaim ana Sokrat es yang selalu mengadakan percakapan dengan w arga At hena, demikian pun Plato m emilih bentuk-bentuk dialog untuk m enuliskan pikiran-pikirannya. Pemikiran yang sangat dikenal dari Plato adalah Dualism e. M enurut Plato, realit as seluruhnya seakan-akan t erbagi at as dua “ dunia” : dunia yang hanya t erbuka bagi rasio kit a dan dunia yang hanya t erbuka bagi pancaindra kita. Dunia pert am a t erdiri dari ide-ide dan dunia kedua adalah dunia jasm ani Bert ens, 1995:13. M enurut Plat o, dunia ideal yang terdiri dari Ide-ide m erupakan objek bagi rasio, sedangkan dunia jasmani hanya m eniru dua ide dengan cara t idak sem purna. Itulah sebabnya Plato mengat akan bahw a filsuf sedapat m ungkin melepaskan diri dari dunia jasm ani agar sanggup m emandang dunia ideal yang sem purna. Begit u pula ket ika m emandang manusia, Plat o m em bagi m anusia ke dalam dua hal, yaitu tubuh dan jiw a, yang masing-m asing m emiliki kodrat yang berlainan. Dalam pandangannya t ent ang jiwa, Plato mengatakan bahw a sebelum dilahirkan dalam tubuh jasm ani, jiw a sudah berada dan memandang Ide-ide. Set elah masuk ke dalam jasm ani, jiw a t erkungkung dalam tubuh dan senant iasa rindu akan pemandangan bahagia yang dinikmat inya sebelum lahir dalam t ubuh. Tet api dalam eksist ensi jasm ani sekarang, m anusia sanggup pula memperoleh sedikit penget ahuan t ent ang Ide-ide. Dalam diri m anusia masih ada 39 ingat an akan Ide-ide yang pernah dipandang dan ingat an itu dapat dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasm ani Bert ens, 1995:14. Dari pandangannya di at as, dapat dilihat bagaimana Plato m enem pat kan Jiw a berada m elampaui Tubuh. Begitu pula pem bagian Plato mengenai dunia Ide dengan dunia Jasmani. Apabila disejajarkan, Jiwa memiliki t empat yang set ara dengan Dunia Ide. Sedangkan Tubuh dan Dunia Jasm ani beradi set ingkat di bawahnya. Penempat an yang t idak sejajar ini memperlihat kan kecenderungan Plat o unt uk mengagungkan rasio at as t ubuh. Kecenderungan inilah yang diperkirakan memiliki t endensi khusus t erhadap keberpihakan pada dunia pat riarki. Pada perkembangan selanjutnya, nalar dibaca sebagai kekuatan laki-laki. Dalam bukunya yang berjudul Emile, Jean-jacques Rousseau menggam barkan perkembangan rasionalit as sebagai tujuan pendidikan yang paling pent ing bagi laki-laki, t api tidak bagi perempuan. Rousseau berkom it m en t erhadap dimosfism e seksual, suatu pandangan yang berpendapat bahw a “ laki- laki yang rasional” adalah pasangan yang tepat bagi “ perem puan yang em osional” , dan sebaliknya Tong, 2004:19. Pandangan Rousseau di at as sem akin menguat kan kedudukan rasio at as tubuh, sepert i konsepsi yang dibentuk oleh Plat o, dim ana rasio dianggap sebagai representasi dari laki-laki sedangkan t ubuh m erupakan perw ujudan dari identit as perempuan. 40 M eskipun pada beberapa hal, Plato m em iliki cat at an positif pada perempuan, t erut am a dalam usahanya m em pert ahankan kualit as perem puan agar sam a dengan laki-laki, namun ada sisi am biguit as pada diri Plato. Sepert i diungkapkan Susan B. Levin, pada awalnya Plato m em bedakan manusia bukan berdasarkan karakt erist ik biologis t et api berdasarkan kualit as pemikiran orang yang dapat ia hubungkan dengan pem ikiran at au jiw a dengan t ubuh. Sem ua ini adalah dalam upayanya untuk m enent ukan siapa yang dapat ia sebut sebagai t echne, yakni yang dapat m em akai kognit ifnya untuk mengident ifikasi mana yang riil m em punyai ciri-ciri at au eudaimon. Kemampuan techne ini t idak pernah ia bedakan berdasarkan ciri-ciri fisik biologis dan ment al. Ia pun t idak pernah m engat akan bahw a perempuan tidak dapat menjadi t echne. At as argum ent asi ini, t idak m engherankan jika oleh beberapa kalangan, Plat o dianggap sebagai fem inis. Namun persoalannya jadi berbeda ket ika ia m asuk pada pem bahasan Republic V. Di sini Plato menyat akan bahw a pada tingkat t echne, kualit as seseorang dit entukan psuche karakt er alam iah. Sebagaim ana dikut ip Susan AB. Levins, t ernyat a menurut Plat o, phusis seorang perem puan mengandung unsur-unsur negat if. Oleh sebab itu, t entunya seorang perem puan t idak layak m enjalankan tugas-t ugas pent ing Arivia, 2003:29.

2.3.2 Aristoteles