Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini peneliti membahas dua topik dalam hasil penelitian diantaranya adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan memuat deskripsi maupun kutipan-kutipan hasil observasi, kuesioner, dan wawancara terhadap anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan dan beberapa sumber informan terkait infromasi mengenai partisipan dalam penelitian ini.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa kutipan wawancara menjelaskan jawaban informan mengenai penyebab siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Awal mula peneliti akan memulai penelitian, peneliti melakukan wawancara singkat terhadap Bu Dede Pseudonym mengenai partisipan yang dapat peneliti teliti untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini. Peneliti bertanya kepada Bu Dede kemungkinan adanya siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika di kelas yang Bu Dede ampu. Bu Dede melihat beberapa indikator-indikator kecemasan yang peneliti tunjukkan kepada Bu Dede. Setelah Bu Dede melihat, Bu Dede memberi tahu bahwa di kelas yang Bu Dede ampu terdapat beberapa siswa yang memenuhi salah satu indikator- indikator kecemasan. Namun Bu Dede tidak yakin bahwa salah satu dari siswa tersebut cocok untuk dijadikan partisipan. Peneliti sempat meminta kepada Bu Dede untuk memberi tahu beberapa siswa yang mendapat nilai 67 jelek khususnya dalam mata pelajaran matematika yang peneliti anggap dapat menjadi partisipan. Peneliti akhirnya meminta izin kepada Bu Dede untuk mengobservasi beberapa siswa yang disarankan oleh Bu Dede saat proses belajar mengajar matematika sedang berlangsung. Observasi peneliti lakukan pada tanggal 18 Januari 2017 pada saat jam pembelajaran matematika berlangsung selama dua JP. Saat Bu Dede dan peneliti masuk kelas, siswa-siswi kelas III A memulai dengan doa dan memberikan salam kepada Bu Dede dan peneliti. Sebelum memulai pembelajaran peneliti tidak lupa menyampaikan tujuan kepada siswa-siswi kelas III A bahwa peneliti akan mengikuti pembelajaran bersama dengan mereka dan akan melihat kegiatan belajar mengajar pada jam pelajaran matematika. Setelah selesai peneliti berjalan ke tempat paling belakang di dalam kelas III A agar peneliti dapat mengawasi proses belajar dan mengajar. Sesekali peneliti berjalan-jalan melihat hasil pekerjaan siswa dan bertegur sapa dengan siswa karena peneliti baru pertama kalinya bertemu dengan mereka. Pada kesempatan itu pula peneliti mempergunakan waktu untuk mengobservasi cara mengajar Bu Dede yang bisa saja menjadi salah satu timbulnya faktor kecemasan pada diri siswa. Berdasarkan pengalaman peneliti sendiri pernah merasakan kecemasan saat belajar matematika yang peneliti rasa timbul dari cara mengajar guru matematika peneliti dahulu yang galak. Bu Dede mengajar mata pelajaran matematika dengan metode klasikal yaitu dengan cara guru menerangkan dan siswa mendengarkan. Sesekali saat Bu Dede menjelaskan Bu Dede mencoba memberi penjelasan 68 dengan memberi contoh soal dan bersama-sama dengan siswa menjawab soal tersebut. Selesai menjelaskan Bu Dede meminta siswa untuk mengerjakan soal yang Bu Dede tulis pada papan tulis dan tidak lupa mencatat contoh soal yang telah diberikan Bu Dede sebelumnya. Ketika Bu Dede meminta siswa mengerjakan soal di buku tulis, Bu Dede sesekali menghampiri satu per satu siswa dan bertanya “sampai mana sudah jelas belum? ” tidak lupa juga Bu Dede melihat hasil pekerjaan siswa. Moment tersebut dipergunakan Bu Dede untuk memberi tahu dengan ‘kode-kode’ kepada peneliti beberapa siswa yang disarankan oleh Bu Dede dan dapat dijadikan peneliti sebagai partisipan. Peneliti pun mencatat beberapa siswa yang disarankan oleh Bu Dede dan lebih khusus mengobservasi dengan melihat bagaimana tingkah laku mereka saat belajar matematika, apakah mereka menunjukkan gejala-gejala kecemasan, dan lain-lain. Beberapa menit kemudian Bu Dede meminta salah satu siswa untuk menjawab hasil pekerjaannya di papan tulis lalu bersama-sama dengan guru dan siswa jawaban yang dikerjakan siswa tersebut dikoreksi. Bu Dede juga memberikan sistem reward kepada anak-anak yang mau mengerjakan soal di papan tulis dengan menambahkan skor 1 point jika menjawabnya dengan benar. Hal tersebut Bu Dede lakukan agar siswa kelas III A lebih berani, tertantang, dan semangat dalam belajar. Terbukti saat Bu Dede berbicara kepada siswa kelas III A akan memberikan point jika mau mengerjakan soal di papan tulis, anak-anak berebutan ingin mengerjakannya. Saat peneliti melakukan observasi peneliti mencocokan partisipan dengan ciri-ciri kecemasan yang dikemukakan oleh Nevid dkk 69 2005: 164 agar peneliti mengetahui apakah benar partisipan peneliti mengalami kecemasan belajar matematika. Setelah dua JP matematika selesai, peneliti meminta izin kepada Bu Dede untuk meminta beberapa siswa yang telah disarankan Bu Dede sebagai partisipan untuk diizinkan mengisi kuesioner terkait dengan pernyataan indikator-indikator kecemasan di ruang perpustakaan dan mengambil waktu jam belajar siswa saat pembelajaran berikutnya berlangsung. Bu Dede mengizinkan dan meminta peneliti untuk menunggu saja beberapa siswa tersebut di perpustakaan. Kurang lebih lima menit peneliti menunggu di perpustakaan datanglah beberapa siswa pilihan yang akan menjadi partisipan. Bu Dede mengirimkan lima anak untuk mengisi kuesioner. Kelima anak tersebut peneliti meminta mereka duduk di bangku perpustakaan dan mengisi kuesioner yang sudah peneliti siapkan. Pengisian kuesioner berlangsung kurang lebih lima sampai delapan menit. Setelah pengisian selesai peneliti melihat sekilas hasil kuesioner yang diisi oleh siswa. Ada salah satu siswa yang peneliti observasi saat pembelajaran matematika di kelas sedang berlangsung, peneliti melihat bahwa anak tersebut mendapatkan nilai jelek dalam pelajaran matematika dan tertinggal dengan teman-teman yang lainnya namun saat peneliti mencoba bertanya mengenai beberapa pertanyaan berkaitan dengan kecemasan, hasil dari wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mengalami kecemasan. Ternyata pemikiran peneliti selama ini terbantahkan dengan kenyataan yang ada bahwa seseorang yang mendapatkan nilai jelek dalam pelajaran matematika belum tentu mengalami kecemasan. 70 Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti olah terdapat satu siswa yang tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Siswa yang tidak mengalami kecemasan belajar matematika walaupun dia mendapatkan nilai matematika di bawah KKM adalah Fabian Pseudonym. Peneliti sempat tidak menduga hasil kuesioner menunjukkan Fabian tidak mengalami kecemasan belajar walaupun nilai matematika Fabian tidak memuaskan. Hanya saja indikator kuesioner yang diberi checklist oleh Fabian yaitu sulit mengeluarkan pendapat atau bertanya saat belajar matematika. Pernyataan yang peneliti buat dalam kuesioner berdasarkan teori kecemasan yang dikemukakan oleh para ahli khususnya Nevid dapat dilihat pada BAB II. Hasil pengisian kuesioner itulah yang membuat peneliti memilih Fabian sebagai partisipan karena Fabian dapat menjadi partisipan yang unik dalam penelitian ini. Hasil penelitian peneliti diperkuat dengan adanya data pengisian kuesioner, observasi, dan wawancara. Pada saat peneliti melakukan observasi terhadap Fabian pada tanggal 18 Januari 2017 di kelas III A SD Nila. Peneliti melihat saat guru meminta Fabian mengerjakan soal di papan tulis Fabian kurang berkenan dan mencari-cari alasan agar dia tidak ditunjuk oleh guru tersebut padahal peneliti melihat bahwa Fabian sudah selesai mengerjakan soal dalam buku tulisnya. Namun setelah guru mengkoreksi hasil pekerjaan yang dikerjakan siswa di papan tulis ternyata jawaban yang dikerjakan Fabian tidak sama dengan jawaban yang sudah dikoreksi. Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap Fabian juga 71 menunjukkan hal yang sama dengan kuesioner yang Fabian isi saat peneliti menyebarkan kuesioner kepada beberapa siswa kelas III A. Peneliti mewawancarai Fabian terkait dengan hasil kuesioner dan observasi selama pembelajaran matematika berlangsung. Wawancara dengan Fabian peneliti lakukan sebanyak tiga kali. Wawancara pertama terjadi pada tanggal 18 Januari 2017 dilakukan setelah pengisian kuesioner. Wawancara kedua pada tanggal 9 Mei 2017 dan wawancara terakhir pada tanggal 13 Mei 2017. Peneliti selalu melakukan wawancara dengan Fabian di ruang perpustakaan sekolah dan mengambil waktu jam istirahat. Peneliti menanyakan berbagai macam pertanyaan yang dapat mencapai tujuan penelitian. Peneliti mencoba bertanya dengan Fabian menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh Fabian. Peneliti sendiri merasa Fabian menjawab pertanyaan peneliti dengan ragu-ragu atau terkadang bingung. Fabian juga memberi jawaban dengan singkat dan padat. Hal tersebut membuat peneliti mengharuskan mencari akal dengan mencoba membuat suasana yang santai dan memberi kepercayaan kepada Fabian bahwa peneliti orang yang baik. Sesi pertama wawancara peneliti bertanya kepada Fabian mengenai kegiatan sehari-hari Fabian setelah pulang sekolah. Fabian menceritakan setelah pulang sekolah dia makan, kemudian dilanjutkan dengan membaca buku cerita atau tidur siang, sore harinya terkadang Fabian bermain sepeda atau badminton dengan teman sebayanya di rumah. Malam hari menjelang sekitar pukul 19:00 WIB Fabian memulai belajar. Fabian mengakui terkadang Fabian mempunyai insiatif sendiri untuk belajar dan terkadang 72 masih harus diingatkan keluarganya. Fabian biasanya ditemani belajar oleh kakaknya Alin Pseudonym karena orang tua Fabian sibuk bekerja. Fabian sendiri saat peneliti bertanya mengenai pekerjaan orang tua Fabian, Fabian menjawab tidak mengetahuinya. Fabian hanya mengetahui jam-jam sibuk orang tua Fabian bekerja. Pak Robi Pseudonym biasa bekerja pada malam hari dan Bu Wuri Pseudonym bekerja pada pagi hari hingga malam hari. Terkadang Bu Wuri di hari libur masih sibuk dengan pekerjaannya. Di rumah Fabian bukan hanya didamping oleh kedua orang tua dan kedua kakaknya saja melainkan masih ada nenek Fabian ibu dari Pak Robi. Fabian menceritakan bahwa Fabian tidak menyukai mata pelajaran matematika karena materi matematika yang susah untuk dipahami dan terdapat hitung menghitung. Fabian menjelaskan bahwa saat Bu Dede selaku guru yang mengajar matematika sudah baik dalam mengajar. Fabian menyukai cara mengajar Bu Dede yang menggunakan metode cerita dan Bu Dede guru yang baik tidak pernah marah ketika Fabian bertanya tentang materi yang belum dia pahami. Menurut Fabian persoalan mengenai mendapatkan nilai matematika yang jelek karena Fabian tidak dapat memahami materi dengan baik dan merasa kesulitan dalam belajar matematika. Persoalan mendapatkan nilai jelek peneliti mencoba menindaklanjuti dengan memberikan pertanyaan kepada Fabian tentang cara belajar Fabian di rumah. Fabian menceritakan bahwa dia harus belajar dengan ditemani orang tua ataupun kakaknya. Fabian sangat sering belajar dengan ditemani kakaknya Alin karena orang tuanya yang sibuk bekerja. Sesekali Fabian 73 mempunyai inisiatif untuk belajar sendiri tanpa disuruh tetapi jika Fabian mengalami kesulitan dalam belajar Fabian akan meminta bantuan kepada kakaknya Alin. Fabian sempat diminta orang tuanya mengikuti bimbingan belajar namun saat ini Fabian sudah tidak mengikutinya. Peneliti mencari sumber informan yang lain untuk melihat penyebab Fabian mendapatkan nilai di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Salah satu yang menjadi sumber informan yaitu guru kelas III A yang bernama Bu Dede. Peneliti melakukan wawancara dengan Bu Dede pada tanggal 18 Januari 2017 saat Bu Dede mempunyai waktu luang yang sedang tidak mengajar. Bu Dede menjelaskan tingkah laku Fabian saat belajar matematika. Bu Dede melihat bahwa Fabian anak yang sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun, dan suka menyepelekan tugas yang terkesan tugas tersebut tidak penting. Bu Dede menceritakan Fabian yang sulit berkonsentrasi dan suka melamun di dalam kelas. Saat Bu Dede menjelaskan materi kepada siswa, Fabian seperti mendengarkan dan memperhatikan tetapi ketika Bu Dede menunjuk Fabian dan mencoba memberi pertanyaan berdasarkan materi yang dijelaskan, Fabian kaget dan tidak bisa menjawabnya dengan benar. Suka menyepelekan tugas terlihat dari Fabian hanya mau mengerjakan soal ketika guru memintanya untuk mengerjakan soal. Ketika guru melihat hasil pekerjaannya terkadang jawaban yang dikerjakan salah dan ternyata Fabian hanya ‘ngawur’ saat mengerjakan soal tersebut. Hal tersebut berdampak pada nilai mata pelajaran matematika Fabian. Peneliti sempat meminta Bu Dede menunjukkan hasil belajar Fabian. Setelah Bu Dede menunjukkan 74 rekapan hasil belajar Fabian ternyata benar nilai mata pelajaran matematika yang diperoleh Fabian di bawah KKM. Peneliti juga melihat rekapan nilai keseluruhan mata pelajaran matematika Fabian dari tugas harian, ulangan harian, sampai ujian semester skor akhir Fabian mendapatkan nilai di bawah KKM. Peneliti menindaklanjuti penyataan Bu Dede tentang penyebab tingkah laku Fabian saat belajar yang bisa berdampak pada nilai mata pelajaran yang tidak memuaskan. Bu Dede mengatakan bahwa kepribadiannya Fabian dan keluarga bisa jadi penyebabnya dikarenakan pribadi Fabian yang terkesan malas dan menyepelekan kemudian keluarga yang kurang memperhatikan Fabian karena orang tua Fabian sibuk bekerja. Peneliti mencoba menanyakan kepada Bu Dede tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku Fabian saat belajar di dalam kelas seperti teman-teman yang mengganggu Fabian atau cara mengajar guru tersebut. Bu Dede menjelaskan bahwa selama mengajar beliau menggunakan metode bercerita seperti memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih tertarik untuk belajar dan menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih memahami materi. Ketika Bu Dede menemukan siswa yang kesulitan memahami materi matematika, beliau mengatakan cara mengatasinya dengan mendekati siswa tersebut, lebih ekstra hati-hati, teliti, lebih detail lagi dalam menjelaskan agar siswa lebih memahami, dan sabar dalam proses pendekatan karena Bu Dede menyadari bahwa setiap siswa berbeda-beda dalam kemampuan untuk memahami. Soal teman Fabian apakah mengganggu saat Fabian belajar Bu 75 Dede mengatakan bahwa Fabian tidak pernah diganggu temannya saat belajar, kalaupun diganggu Bu Dede akan menegurnya. Peneliti mencoba menanyakan tentang kondisi Fabian saat di tingkat kelas sebelumnya yaitu kelas II. Bu Dede menjelaskan bahwa beliau sudah bertanya kepada guru kelas sebelumnya bahwa Fabian anaknya memang seperti itu malas dan terkesan menyepelekan tugas, Bu Dede mencoba memberitahu bahwa Fabian mempunyai kakak yang pintar yang saat ini duduk di bangku kelas IV A dan Bu Dede meminta tolong kepada kakak kandung Fabian untuk membantu saat anak tersebut belajar di rumah. Sumber informan yang lain yaitu kakak kandung Fabian yang saat ini masih duduk di bangku kelas IV A di SD Nila. Peneliti mencoba mencari informasi tentang Fabian dengan melakukan wawancara yang mendalam kepada Alin sebagai kakak kandung Fabian. Peneliti melakukan wawancara kepada Alin sebanyak dua kali di ruang perpustakaan dengan mengambil waktu saat jam istirahat pelajaran. Peneliti bertanya mengenai aktivitas yang Fabian lakukan setelah pulang sekolah. Apakah Fabian mengikuti les, mengerjakan PR, atau bermain. Alin menceritakan bahwa aktivitas Fabian setelah pulang sekolah seperti anak pada umumnya yaitu makan, istirahat dengan tidur siang, dilanjutkan sore hari Fabian terbiasa bermain bulu tangkis bersama teman tetangganya. Fabian mulai belajar pukul 6 sore sampai 8 malam. Alin mengatakan bahwa Fabian sering kali harus diingatkan untuk mengerjakan PR pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru ataupun untuk belajar. Jika saatnya belajar Fabian tidak ditemani oleh orang tua ataupun kakaknya Fabian hanya akan belajar dengan sesuka 76 hati dia atau tidak serius. Fabian sering kali bertanya kepada Alin ataupun kakak pertama Fabian yang saat ini duduk di bangku perkuliahan mengenai materi matematika yang menurutnya susah untuk dimengerti seperti cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus apa. Saat peneliti bertanya mengenai orang tua apakah ikut mendampingi Fabian belajar, Alin mengatakan bahwa orang tuanya jarang sekali mendampingi Fabian belajar dikarenakan orang tua Fabian yang sibuk. Bu Wuri sebagai mama Fabian sibuk bekerja intensitas jam kerja sangat padat dari pukul 7 pagi setelah Bu Wuri mengantar ke sekolah beliau berlanjut pergi kerja hingga malam hari pukul 9, bahkan saat hari Minggu ataupun libur nasional beliau masih bekerja. Sedangkan papa Fabian yaitu Pak Robi sudah tua dan menderita sakit pada tangannya jadi jarang sekali menemani Fabian belajar sehingga Fabian lebih sering belajar didampingi oleh kedua kakaknya. Peneliti juga menindaklanjuti pernyataan Fabian mengenai dia berhenti mengikuti bimbingan belajar. Alin menjelaskan bahwa Fabian berhenti mengikuti bimbingan belajar karena Fabian merasa capek karena tugas yang diberikan oleh guru dan di tempat bimbingan belajar. Peneliti menindaklanjuti pernyataan Alin dengan bertanya bagaimana respon orang tua yang melihat Fabian memutuskan untuk berhenti mengikuti bimbingan belajar. Alin mengatakan bahwa orang tua Fabian tidak menerima akan keputusan yang dibuat oleh Fabian dan orang tua Fabian mencoba untuk membujuk Fabian tetapi Fabian tetap ingin berhenti mengikuti bimbingan belajar. 77 Peneliti tidak merasa cukup dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua sumber informan dan satu partisipan. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kembali untuk mencari informasi lebih mendalam. Peneliti melakukan wawancara dengan orang tua Fabian. Pertama kali peneliti menemui Pak Robi di saat jam pulang sekolah Pak Robi berkesempatan menjemput Alin dan Fabian pulang ke rumah menggunakan motor. Peneliti meminta izin kepada Pak Robi bahwa peneliti akan mewawancarai Pak Robi sebagai sumber informan penelitian. Peneliti membuat janji dengan Pak Robi setelah pulang sekolah kira-kira pukul 13:00 WIB karena di waktu tersebut Pak Robi mempunyai waktu senggang. Peneliti merasa bahwa informasi yang didapatkan belum kuat maka peneliti pun segera menghubungi Bu Wuri melalui media aplikasi chatting WhatsApp dan mengutarakan maksud peneliti. Peneliti meminta waktu Bu Wuri untuk berkenan peneliti wawancarai. Wawancara dilakukan saat setelah pulang sekolah. Pada saat itu Bu Wuri tidak memiliki waktu banyak untuk diwawancarai di sekolah karena harus melanjutkan pekerjaannya sehingga peneliti memilih untuk melanjutkan wawancara dengan Bu Wuri via WhatsApp. Peneliti memulai percakapan dengan Bu Wuri pada tanggal 10 Mei 2017. Peneliti memilih waktu jam istirahat sehingga tidak begitu menganggu jam bekerja Bu Wuri. Sesekali peneliti harus menunggu balasan chat dengan jeda waktu yang cukup lama tetapi Bu Wuri sangat ramah dengan tidak lupa membalas chat peneliti. Peneliti melihat profil picture Bu Wuri pada WhatsApp, Bu Wuri terlihat masih muda tampak seperti orang 78 tua gaul karena memasang foto selfie Bu Wuri yang sedang memakai riasan dan baju kebaya orange pada profil picturenya. Beberapa pertanyaan peneliti dijawab oleh Bu Wuri secara singkat, padat dan terkesan tertutup terhadap peneliti. Berdasarkan obrolan peneliti dengan Bu Wuri peneliti mendapatkan informasi mengenai Fabian. Menurut Bu Wuri, Fabian adalah anak yang tegas, aktif, dan suka merenung untuk berpikir. Fabian dalam kehidupan sahari-hari layaknya seperti anak pada umurnya masih suka untuk bermain dan membutuhkan perhatian terutama untuk kegiatan belajar. Bu Wuri mengungkapkan bahwa Fabian anak yang malas jika diminta untuk belajar, Fabian harus diingatkan ataupun disuruh belajar. Kemauan belajar dalam diri Fabian masih kurang. Bu Wuri sendiri mengaku jarang untuk menemani belajar Fabian karena beliau sibuk bekerja. Saat Bu Wuri mempunyai kesempatan untuk menemani Fabian belajar, Bu Wuri selalu menemani Fabian duduk di sampingnya dan membantu Fabian jika Fabian mengalami kesulitan belajar. Menurut pengakuan Bu Wuri, Fabian termasuk anak yang jarang sekali menanyakan materi khususnya mata pelajaran matematika saat Fabian mengalami kesulitan belajar. Saat peneliti mencoba menanyakan penyebab Fabian mengalami kesulitan belajar, Bu Wuri merasa bahwa faktor penyebabnya adalah Fabian kurang memahami materi dengan baik dan harus ditemani belajar jika tidak Fabian akan semaunya sendiri. Hal tersebut dapat terjadi karena Fabian yang malas untuk belajar. Ketika peneliti menanyakan cara mensiasati agar Fabian tidak malas belajar. Bu 79 Wuri menjawab terkadang Bu Wuri harus memberikan sebuah reward jika Fabian mendapatkan nilai yang bagus ataupun sebaliknya memberikan hukuman untuk Fabian saat mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Memberikan reward Bu Wuri mempunyai tujuan agar Fabian semangat dalam belajar. Salah satu bentuk hukuman yang diberikan oleh Bu Wuri yaitu Fabian diminta untuk mengerjakan kembali soal-soal ulangan yang mendapatkan nilai kurang memuaskan. Peneliti menindaklanjuti pernyataan Bu Wuri dengan menanyakan kemampuan akademis yang dimiliki Fabian khususnya dalam mata pelajaran matematika Bu Wuri mengatakan bahwa kemampuan matematika Fabian kurang dan terkadang tidak nyambung. Respon Bu Wuri ketika Fabian mendapatkan nilai yang kurang memuaskan Bu Wuri merasa prihatin, sedih, dan Bu Wuri harus mencari cara agar Fabian mendapatkan nilai yang bagus. Bu Wuri mengatakan tidak ada aktivitas yang dilakukan seperti memarahi ataupun aktivitas fisik yang melukai Fabian. Bu Wuri hanya menasihati Fabian dengan pelan-pelan dan menyuruh mengerjakan kembali soal yang mendapatkan nilai kurang memuaskan tersebut. Ketika Fabian mengalami kesulitan dan ingin bertanya, Bu Wuri akan membantu Fabian jika Bu Wuri mampu untuk menjawabnya. Tetapi jika Bu Wuri tidak bisa membantu Fabian, maka Bu Wuri menyarankan Fabian untuk mencoba bertanya kepada kakaknya Alin maupun guru kelasnya Bu Dede. Respon saat Fabian mendapatkan konsekuensi jika mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, Bu Wuri mengatakan bahwa Fabian kadang-kadang mengikuti 80 perintah Bu Wuri dengan mengerjakan soal kembali tetapi jika Fabian tidak memiliki keinginan untuk mengerjakan dia tidak akan melakukannya. Cara mendidik Fabian, Bu Wuri melakukannya dengan penuh kesabaran karena Fabian anak yang paling kecil. Bu Wuri selalu memberi nasihat kepada Fabian pelan-pelan dan tidak pernah memaksakan kehendak. Bu Wuri tetap memberi kebebasan kepada Fabian namun Bu Wuri tidak lupa untuk selalu mengawasi Fabian. Peneliti melihat bahwa Fabian tidak ada tanda-tanda ketakutan yang terjadi kepada Bu Wuri. Tetapi peneliti ingin lebih mengetahui penyebab Fabian mendapatkan nilai di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika lebih dalam lagi. Peneliti memutuskan untuk mencari sumber informan kembali. Kesempatan kali ini peneliti ingin melakukan wawancara dengan bertatap muka langsung dengan sumber informan. Melakukan wawancara bertatap langsung memungkinkan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan sumber informan dengan peneliti. Sumber informan akan lebih terbuka memberikan informasi jika peneliti menemuinya secara langsung. Hal tersebut terjadi saat peneliti melakukan wawancara langsung dengan sumber informan yang lain. Kali ini peneliti memilih untuk melakukan wawancara dengan Pak Robi orang tua dari Fabian. Peneliti melakukannya pada tanggal 11 Mei 2017. Peneliti datang ke SD Nila untuk menemui Pak Robi. Peneliti bersama teman-teman satu payung skripsi menyempatkan waktu untuk mencari sumber informan. Peneliti sembari menunggu waktu pulang sekolah menyusun beberapa pertanyaan yang dapat peneliti tanyakan kepada Pak Robi di ruang perpustakaan. Beberapa 81 menit sebelum bel pulang sekolah peneliti menunggu di depan kelas III A untuk menghadang Fabian dan meminta tolong kepada Fabian saat dijemput oleh Pak Robi peneliti diberi tahu agar peneliti dapat bertemu dengan Pak Robi. Sebelum Fabian dan Alin dijemput oleh Pak Robi, peneliti menunggu dilorong depan kelas III A duduk bersama Fabian. Peneliti sempat berbincang-bincang dengan Fabian sembari menemani Fabian sampai Fabian dijemput oleh Pak Robi. Kurang lebih 15 menit Pak Robi menjemput Fabian dan Alin. Peneliti kemudian mendekat ke tempat Pak Robi menunggu. Terlihat sosok Pak Robi berbeda dengan orang tua lainnya. Pak Robi terlihat memakai kemeja formal, celana jeans coklat, sepatu sneakers, dan tas kulit kecil. Cara berpakaian Pak Robi tampak seperti anak muda. Bukan hanya cara berpakaian, Pak Robi memiliki rambut yang coklat tampak seperti dicat. Penampilan Pak Robi tampak berbeda saat peneliti bertemu sebelumnya. Hal itu terjadi karena Pak Robi dan sekeluarga akan menghadiri acara pernikahan. Peneliti ditemani oleh teman satu payung penelitian melakukan wawancara dengan Pak Robi di halaman sekolah. Pada saat itu peneliti melakukan wawancara waktu pulang sekolah. Suasana sangat ramai, ada anak-anak yang sedang menunggu orang tua mereka untuk dijemput, ada yang bermain kejar-kejaran dengan temannya, ada yang menunggu duduk diam dengan menikmati jajanan, dan lain-lain. Saat peneliti melakukan wawancara dengan Pak Robi ada beberapa anak yang menghampiri peneliti mereka bermaksud untuk kepo mengetahui apa yang peneliti lakukan. 82 Beruntung ada teman-teman peneliti yang membantu untuk mengkondisikan mereka sehingga peneliti maupun Pak Robi tidak merasa terganggu dengan mereka. Peneliti mendapatkan beberapa informasi yang tidak dapat peneliti dapatkan dari Bu Wuri. Pak Robi terlihat lebih terbuka kepada peneliti. Pak Robi mengatakan bahwa Fabian termasuk anak yang sudah mandiri tetapi terkadang masih sesuka hatinya. Fabian dalam hal belajar jika tidak memiliki mood atau kemauan yang timbul dari dirinya sendiri maka Fabian tidak akan serius dalam belajar. Fabian sosok seorang anak yang berbeda dengan kedua kakaknya yang sudah mengetahui tanggung jawab dan pentingnya belajar maupun bersekolah. Fabian sering belajar dengan ditemani kakaknya Alin. Pak Robi beranggapan bahwa kemungkinan Fabian masih menjadi anak kecil dan Fabian adalah anak terakhir yang sempat sebelumnya mengikuti pendidikan di jenjang playgroup, jadi Fabian merasa masih ingin bermain-main. Pak Robi menyebut Fabian sebagai anak yang Pak Robi sebut dalam istilah jawa ‘durung karep sekolah’. Fabian termaksud anak yang tergantung mood jika Fabian sedang ingin belajar maka Fabian bisa mempunyai daya tangkap yang cepat. Tetapi Pak Robi merasa bahwa Fabian hanya kurang dalam minat belajarnya. Pak Robi sempat meminta Fabian untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga namun hal tersebut hanya berlangsung tidak lama dikarenakan minat dari Fabian sendiri kurang. Cara Pak Robi sendiri dalam mengawasi dan mendampingi Fabian dalam belajar yaitu saat pulang sekolah Pak Robi menyempatkan 83 menjemput Fabian dan Alin. Saat-saat seperti itu Pak Robi berkesempatan untuk memberi nasihat Fabian secara pelan-pelan. Pak Robi sendiri mengakui bahwa Fabian anak yang merasa takut dengan Pak Robi. Reaksi Pak Robi saat Fabian mendapatkan nilai yang kurang memuaskan pastinya kecewa dan sesekali Pak Robi sempat memarahi Fabian. Pak Robi sendiri menyatakan bahwa dengan memarahi Fabian tidak dapat sepenuhnya membuahkan hasil yang baik. Pak Robi tetap menyadari bahwa sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik untuk ke depannya. Pak Robi hanya mencoba memberi nasihat dan menyadari bahwa Fabian anak bungsu dari tiga bersaudara. Hal yang paling terpenting menurut Pak Robi adalah Fabian dapat bergaul dengan teman-temannya. Pak Robi termasuk sosok seorang orang tua yang peduli dan mencoba memenuhi kebutuhan anaknya seperti membelikan Fabian sepeda agar Fabian tidak tertinggal dengan teman-teman di lingkungan tempat Fabian tinggal. Pak Robi bercerita bahwa beliau tinggal di daerah pinggiran pegunungan. Kebanyakan dari teman-teman Fabian di rumah kebetulan bersekolah di SD Negeri. Pak Robi menyadari bahwa kondisi anak ketika bersekolah di sekolah negeri dan sekolah swasta mempunyai sebuah perbedaan. Fabian dibandingkan dengan temannya yang bersekolah di SD Negeri mempunyai perbedaan salah satunya dalam hal akademis. Teman- teman Fabian di rumah lebih unggul dari Fabian. Oleh karena itu Pak Robi berusaha untuk membantu Fabian agar Fabian juga tidak tertinggal dengan teman-temannya. Saat di rumah menurut pengakuan Pak Robi, Fabian lebih dimanja oleh nenek Fabian ibu Pak Robi. Pak Robi merasa cara mendidik 84 Fabian yang terlalu dimanja tersebut juga tidak cocok. Tetapi hal tersebut sudah menjadi salah satu resiko karena Pak Robi yang jarang berada di rumah dan sibuk bekerja. Peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan dalam belajar matematika walaupun Fabian mendapatkan nilai matematika di bawah KKM adanya kemungkinan bahwa orang tua Fabian tidak mempermasalahkan kemampuan akademik Fabian, yang lebih terpenting menurut orang tua Fabian yaitu Fabian dapat bersosialisasi baik dengan temannya. Penyebab yang lain adanya kemungkinan bahwa Fabian merasa ketika dia mendapatkan nilai kurang memuasakan dalam matematika, dia tidak akan mendapatkan hukuman dari orang tuanya dan orang tuanya tidak mempermasalahkannya. Berikut adalah hasil wawancara dengan Fabian selaku partisipan, Bu Dede selaku informan I, Alin selaku informan II, Bu WR selaku informan III, dan Pak Robi selaku informan IV.

4.2 Pembahasan