Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II peneliti akan membahas empat topik, yaitu mencakup kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka teori, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka berisi tentang deskripsi anak dan teori-teori tentang kecemasan. Penelitian yang relevan berisi tentang paparan hasil penelitian orang lain yang menunjang penelitian ini. Pada kerangka berpikir, peneliti menunjukkan kepada pembaca untuk memahami penelitian yang dilakukan, serta pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Empat topik dalam Bab II ini akan dibahas peneliti secara berurutan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti

Partisipan dalam penelitian ini adalah anak yang tidak mengalami kecemasan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Nila Pseudonym, peneliti menemukan anak yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika di kelas III A. Partisipan dalam penelitian ini bernama Fabian Pseudonym. Fabian merupakan siswa kelas III A di SD Nila. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan partisipan. Fabian berumur 9 tahun. Kondisi perekonomian Fabian termasuk menengah ke bawah. Fabian tinggal bersama orang tua. 10 Saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas peneliti melihat bahwa Fabian sama seperti siswa yang lainnya. Dilihat dari segi perilaku Fabian sama seperti teman-temannya mencoba belajar dengan baik, mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sesekali bercanda atau mengobrol dengan teman sebangku saat pembelajaran sedang berlangsung. Segi fisik Fabian terlihat sama dengan siswa yang lain. Namun pada saat peneliti melakukan wawancara di SD Nila, Bu Dede Pseudonym sebagai guru kelas Fabian dan sumber informan mengungkapkan kebiasaan Fabian saat belajar bahwa Fabian kurang fokus, sering melamun, terkadang suka meremehkan tugas, mengerjakan tugas sesuka hati tetapi jika ditegur Bu Dede, Fabian mau mengerjakan walaupun mengerjakannya dengan sesuka hati dia. Secara fisik, Fabian terlihat seperti anak pada umumnya berpakaian rapi, tidak terdapat cacat fisik, tetapi hasil wawancara Bu Dede mengatakan bahwa Fabian kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya dikarenakan mama dan papa Fabian sibuk bekerja. Hampir keseluruhan bidang akademik seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia mendapat nilai pas-pasan KKM. Sedangkan nilai matematika Fabian mendapatkan nilai di bawah KKM. Setelah melihat nilai matematika Fabian peneliti mencoba mewawancarai Fabian tentang cara belajar di rumah, Fabian mengatakan bahwa Fabian terkadang mempunyai inisiatif sendiri untuk belajar tetapi harus didampingi oleh orang tua atau kakak ketika belajar di rumah. Namun Fabian lebih sering didampingi belajar oleh kakak kandung Fabian. Berdasarkan hasil wawancara dengan Fabian bahwa Fabian mencoba belajar matematika dengan baik namun nilai yang didapatkannya tetap di bawah 11 KKM. Peneliti sempat bertanya kepada Fabian perasaan Fabian saat belajar matematika. Fabian hanya menjawab biasa saja walaupun kenyataannya dia mendapatkan nilai di bawah KKM. Selain orang tua yang mendampingi Fabian belajar matematika, Fabian diminta orang tua mengikuti bimbingan belajar di suatu lembaga namun sekarang Fabian tidak mengikutinya lagi. Berdasarkan penjelasan dari Fabian, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika dengan menggunakan grounded theory. Penjelasan lebih lanjut mengenai grounded theory terdapat pada Bab III.

2.2 Teori-teori yang Mendukung