64
4.2.4 Informan Keempat
Informan keempat yakni Ibu Artiningsih. Beliau bertempat tinggal di daerah kawasan Rumah Susun Wonorejo. Profesi beliau merupakan
pengais sampah di seluruh kawasan rungkut dengan tingkat pendidikan akhir SLTP. Karena tidak memiliki biaya, beliau tidak dapat melanjutkan
sekolah sampai ke tingkat SLTA. Ibu Arti merupakan pendatang dari Dusun Lekok Kabupaten Pasuruan. Dengan alasan hidup di kota itu lebih
banyak mendapatkan penghasilan, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke Surabaya.
Namun pada kenyataannya, latar belakang pendidikan hanya sampai tingkat SLTP Ibu Arti hanya bekerja sebagai pengais sampah. Ibu
Arti memiliki tiga orang anak. Anak pertama merupakan hasil dari pernikahannya yang pertama. Dan dua orang lagi merupakan hasil dari
pernikahannya yang baru. Pada saat interview berlangsung beliau sangat aktif menjawab dan memberikan informasi tentang kehidupannya. Peneliti
berkunjung ke rumah Ibu Arti pada tanggal 17 Juli 2011 pukul 15.01 WIB, sesuai yang telah ditentukan beliau karena paginya beliau harus bekerja
dahulu. Namun beliau tidak berkenan untuk direkam suaranya karena pada saat itu beliau sedang kurang enak badan dan merasa kurang nyaman
apabila suaranya direkam saat wawancara. Ibu Arti merasa isi slogan KB itu tidak membawa dampak apapun baginya. Yang penting saya bisa
mencukupi kebutuhan anak-anak saya mbak, ujarnya saat wawancara.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
65 Anggapan beliau memiliki anak itu dapat mendatangkan rezeki.
Percaya atau tidak, walaupun saya berprofesi sebagai pemulung sampah namun ada saja rezeki yang mengalir. Apalagi anak laki-laki saya yang
pertama juga ikut serta membantu saya mengais sampah.
4.2.5 Informan Kelima
Informan kelima adalah Ibu Sarinah. Beliau merupakan seorang janda yang tinggal di daerah Gubeng Masjid kawasan Surabaya Selatan.
Ibu Sarinah lahir pada tanggal 22 Agustus 1982, namun pada usia yang masih tergolong muda suami beliau telah meninggal dunia sehingga
sampai saat ini Ibu Sarinah terpaksa menghidupi seluruh kebutuhannya seorang diri. Ibu Sarinah memiliki empat orang anak. Anak yang pertama
dan kedua masih duduk di bangku SLTP, sedangkan anak yang ketiga dan yang keempat masih duduk di bangku SD. Keadaan perekonomian
keluarga yang sulit membuat anak-anak Ibu Sarinah ikut membantu bekerja. Setelah pulang sekolah mereka menyambi pekerja sebagai penjual
koran di lampu pemberhentian kawasan menuju Delta Plaza. Peneliti berkunjung ke tempat Ibu Sarinah biasa mangkal pada
tanggal 19 Juli 2011 pukul 14.05 WIB. Sebelumnya peneliti tidak menentukan waktunya, karena setiap harinya Ibu Sarinah menjaga anak-
anaknya di kawasan menuju jalan Pemuda Surabaya. Pada saat peneliti mengajukan permohonan untuk melakukan wawancara, beliau terlihat
agak ragu untuk menjawab karena belum terbiasa. Namun setelah peneliti meyakinkan bahwa penelitian ini tidak akan disebarluaskan ataupun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
66 dipublikasikan, peneliti meyakinkan wawancara ini hanya untuk
kepentingan akademis semata. Akhirnya beliau menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dengan sistematis meski terkadang beliau kurang sedikit
paham dengan maksud pertanyaan peneliti. Sebenarnya Ibu Sarinah ini tidak memiliki pengetahuan yang
banyak mengenai KB, karena kata beliau untuk melanjutkan sekolah sampai bangku SLTP saja tidak sampai, apalagi untuk belajar yang aneh-
aneh ujarnya. Selain itu almarhum suaminya tidak setuju apabila Ibu Sarinah menggunakan KB. Anak satu, empat, atau berapa jumlahnya
beliau terima. Baginya anak itu merupakan rezeki dari Tuhan, jadi beliau sangat tidak menyetujui isi slogan KB bentuk apapun.
4.2.6 Informan Keenam