Organoleptis dan pH Ketahanan busa

Tabel V. Hasil pengujian sifat fisik sabun cair transparan ekstrak lengkuas Sifat fisik F 1 F a F b F ab Organoleptis Wujud cairan kental Warna coklat kekuningan Bau khas campuran aroma melati dan lengkuas pH 6,5 Selisih tinggi busa cm 0,13 ± 0,06 0,37 ± 0,06 0,20 ± 0,10 0,17 ± 0,06 Viskositas d.Pa.s 1,33 ± 0,21 12,33 ± 1,53 10,17 ± 0,76 27,33 ± 2,52 Keterangan : nilai selisih tinggi busa dan viskositas adalah nilai pengujian ± SD

1. Organoleptis dan pH

Organoleptis sediaan sabun cair transparan ekstrak lengkuas yang diamati meliputi wujud, bau, dan warna. Hasil pengujian organoleptis dan pH pada tabel V menunjukkan bahwa setiap formula sabun cair yang dibuat memiliki wujud, warna, bau dan pH yang sama. Warna coklat kekuningan yang dihasilkan merupakan warna campuran dari gelatin yang berwarna kuning dan ekstrak lengkuas yang berwarna coklat pekat kekuningan. Optimasi formula berdasarkan pH sediaan tidak dilakukan pada penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan sediaan dari tiap-tiap formula memiliki nilai pH yang sama yang artinya penambahan betaine dan gelatin dalam jumlah yang berbeda tidak mempengaruhi pH sediaan. Seperti protein yang lain, gelatin juga bersifat amfoter yang dapat bertindak sebagai asam maupun basa, tergantung pH lingkungannya. Lingkungan yang semakin basa akan membuat gelatin bermuatan negatif dan lingkungan yang semakin asam akan membuat gelatin bermuatan positif Schrieber et al., 2007. Lingkungan di sekitar gelatin yang bersifat basa, maka ion hidrogen H + yang terdapat pada gugus amino cenderung dilepaskan untuk berikatan dengan ion hidroksil OH - yang ada di lingkungan, sehingga pH akhir sediaan mengarah pada pH netral. Nilai pH sediaan yakni 6,5 dan telah sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5- 7 Buchmann, 2001.

2. Ketahanan busa

Parameter yang dapat diukur dan dapat menunjukkan sifat fisik dari suatu sediaan sabun cair adalah ketahanan busa. Ketahanan busa merupakan kemampuan busa yang dihasilkan oleh sabun cair dengan penggojogan dalam waktu, kecepatan, dan kekuatan tertentu untuk mempertahankan diri agar tidak mudah pecah. Pengukuran dilakukan pada menit ke-0 dan menit ke-5 setelah penggojogan dengan skala pengukuran 0,1 cm. Nilai ketahanan busa didapatkan dari selisih tinggi busa pada menit ke-5 dengan tinggi busa pada menit ke-0. Semakin kecil nilai selisih tinggi busa tersebut maka semakin besar ketahanan busa formula yang dibuat. Berdasarkan data pada tabel V, formula A menunjukkan nilai ketahanan busa yang paling rendah dibandingkan ketiga formula lainnya. Formula A ini mengandung komposisi betaine pada level tinggi dan gelatin pada level rendah. Ketahanan busa formula A tersebut paling rendah dapat dikarenakan adanya peningkatan jumlah betaine akan meningkatkan banyaknya busa yang dihasilkan oleh sabun cair, namun proporsi gelatin sebagai pelindung lapisan busa tidak sebanding dengan banyaknya busa yang dibentuk. Betaine adalah salah satu surfaktan yang dapat meningkatkan banyaknya busa yang dihasilkan oleh suatu sediaan sabun dan gelatin merupakan bahan yang dapat membentuk lapisan film yang dapat melindungi dan menstabilkan suatu lapisan permukaan. Gelatin akan mengelilingi fase terdispersi sebagai lapisan tipis atau film yang diadsorpsi pada permukaan fase terdispersi tersebut. Lapisan yang terbentuk ini menyebabkan busa tidak mudah pecah dan akan mencegah pula tergabungnya busa-busa yang dihasilkan pada penggojogan sabun cair. Penggojogan yang dilakukan menyebabkan udara dalam tabung bersumbat akan terdispersi dalam cairan sabun. Surfaktan kemudian membentuk suatu lapisan dengan molekulnya teradsorpsi pada permukaan lapisan tersebut. Bagian polar surfaktan akan berada pada sisi luar lapisan dan berinteraksi dengan air, sedangkan bagian non-polar berinteraksi dengan udara yang terjebak. Gelatin tipe A yang digunakan dalam penelitian dapat membentuk lapisan yang cenderung bermuatan positif pada lingkungan yang bersifat basa lemah Schrieber et al., 2007. Adanya muatan tersebut akan menyebabkan gaya tolak menolak antar lapisan film. Oleh karena itu, lapisan tersebut dapat mencegah terjadinya kontak atau bergabungnya kembali fase terdispersi, yakni udara yang telah terjebak dalam bentuk busa. Karena adanya kombinasi komponen surfaktan dan gelatin ini akan memperkuat film sehingga film rupture dapat dicegah. Berdasarkan hasil yang didapat dari analisis statistik dengan program Design Expert 9.0.4 trial , respon ketahanan busa lebih dipengaruhi oleh adanya interaksi betaine dan gelatin dibandingkan faktor betaine dan gelatin yakni ditunjukkan dengan nilai efek yang lebih besar. Nilai efek tersebut disajikan pada tabel VI. Persamaan desain faktorial yang didapatkan untuk respon ketahanan busa menunjukkan p-value 0,05 yang berarti hasil permodelan signifikan pada respon ketahanan busa sabun cair transparan ekstrak lengkuas. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut: Y = - 0,87037 + 0,13704 X 1 + 0,22963 X 2 – 0,029630 X 1 X 2 ..............6 dengan X 1 adalah faktor betaine, X 2 adalah faktor gelatin, dan X 1 .X 2 adalah interaksi faktor betaine dan gelatin. Tabel VI. Efek betaine dan gelatin serta interaksi keduanya dalam menentukan respon ketahanan busa Faktor Efek p-value p-value persamaan Betaine 0,100 0,0400 0,0158 Gelatin -0,067 0,1411 Interaksi -0,13 0,0114 Data pada tabel VI menunjukkan bahwa betaine dan interaksi kedua faktor dapat mempengaruhi respon ketahanan busa secara signifikan p-value 0,05, sedangkan gelatin tidak memberikan efek yang signifikan terhadap respon ketahanan busa dengan p-value 0,05. Berdasarkan nilai efek, betaine menunjukkan nilai positif, sehingga efeknya adalah menurunkan ketahanan busa karena selisih tinggi busa yang meningkat, sedangkan gelatin dan interaksi kedua faktor mampu meningkatkan ketahanan busa karena selisih tinggi busa yang menurun yang ditunjukkan dari nilai efek positif. B- 2 B+ 5 A- 7 A+ 10 Gambar 5. Grafik hubungan betaine terhadap respon ketahanan busa Gambar 6. Grafik hubungan gelatin terhadap respon ketahanan busa Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa adanya peningkatan penggunaan betaine dan gelatin mempengaruhi ketahanan busa dari sabun cair transparan A: Betaine gram B: Gelatine gram 7 7.6 8.2 8.8 9.4 10 S e li s ih t in g g i b u s a c m 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 2 3 2 2 Interaction B: Gelatine gram A: Betaine gram 2 2.6 3.2 3.8 4.4 5 S e li s ih t in g g i b u s a c m 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 2 2 3 2 Interaction yang dibuat. Peningkatan betaine pada gelatin level rendah, terjadi peningkatan selisih tinggi busa, sedangkan semakin meningkatnya betaine pada gelatin level tinggi, selisih tinggi busa semakin menurun gambar 5. Peningkatan gelatin pada betaine level rendah, terjadi peningkatan selisih tinggi busa, sedangkan semakin meningkatnya gelatin pada betaine level tinggi, selisih tinggi busa semakin menurun gambar 6. Gelatin yang ditambahkan pada level rendah tidak dapat melindungi busa yang dibentuk oleh betaine pada level tinggi secara optimal, sehingga busa tersebut tidak dapat mempertahankan diri dari karena busa lebih mudah mengalami thinning maupun koalesensi dan pada akhirnya pecah. Gambar 7. Contour plot respon ketahanan busa Persamaan desain faktorial yang didapatkan menghasilkan contour plot seperti pada gambar 7. Warna yang ditampilkan pada grafik contour plot 7.00603 7.58075 8.15547 8.73019 9.30492 9.87964 2 2.6 3.2 3.8 4.4 5 Selisih tinggi busa cm A: Betaine gram B : G e la ti n e g ra m 0.15 0.2 0.25 0.3 Selisih tinggi busa cm 0.4 0.1 tersebut menunjukkan gambaran hasil pengukuran selisih tinggi busa sabun cair transparan yang dibuat. Semakin biru area pada grafik menunjukkan semakin kecil selisih tinggi busa yang berarti semakin tinggi ketahanan busa sediaan. Semakin merah area pada grafik menunjukkan semakin besar selisih tinggi busa yang berarti semakin rendah ketahanan busa sediaan. Ketahanan busa semakin rendah pada penambahan betaine yang semakin banyak dan gelatin yang semakin sedikit.

3. Viskositas