D. Stabilitas Fisik Sabun Cair Transparan Ekstrak Lengkuas
Kestabilan sabun cair pada penelitian ini dilihat dari parameter fisik yang diamati, yakni organoleptis, pH, ketahanan busa, dan viskositas yang diukur dan
diamati perubahannya pada saat penyimpanan selama 28 hari setelah sabun cair dibuat. Pengukuran dan pengamatan selama penyimpanan dilakukan pada 48 jam,
7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Selama penyimpanan sediaan, pada setiap waktu pengukuran yang dilakukan pada sifat fisik berupa organoleptis dan pH
menunjukkan hasil yang sama, sehingga diketahui bahwa organoleptis dan pH sediaan stabil lampiran 5.
Pengaruh penyimpanan terhadap kestabilan ketahanan busa dianalisis secara statistik dengan uji non-parametrik Kruskal-Wallis dikarenakan hasil uji
normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan data-data terdistribusi tidak normal p- value
0,05. Hasil analisis berupa signifikansi perbedaan tiap formula yang disajikan pada tabel VIII.
Tabel VIII. Uji Kruskal-Wallis stabilitas ketahanan busa sabun cair transparan
Formula F1
Fa Fb
Fab p-value
0,1261 0,1961
0,5018 0,2481
Berdasarkan uji tersebut diketahui bahwa ketahanan busa sediaan pada masing-
masing formula stabil selama penyimpanan p-value 0,05.
Gambar 11. Grafik kestabilan ketahanan busa sabun cair transparan
Jika diamati pada gambar 11, selama penyimpanan nampak ketahanan busa yang fluktuatif. Fluktuasi ketahanan busa tersebut dapat disebabkan oleh
karena ukuran busa yang dihasilkan sangat beragam yang, sehingga lama busa untuk bertahan juga beragam. Namun, hal tersebut dapat diminimalkan dengan
mengukur tinggi busa yang memiliki ukuran relatif sama ketika diamati dengan mata telanjang.
Stabilitas viskositas selama penyimpanan dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA untuk mengamati signifikansi perbedaan viskositas masing-masing
formula pada tiap waktu pengukuran. Analisis tersebut digunakan karena berdasarkan uji normalitas dan uji
Levene’s semua data terdistribusi normal dan homogen lampiran 7. Hasil analisis tiap formula disajikan pada tabel IX.
Berdasarkan uji tersebut, dapat diketahui bahwa selama penyimpanan sediaan sabun cair pada setiap formula menunjukkan kestabilan karena data memiliki
perbedaan tidak signifikan p-value 0,05.
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
2 7
14 21
28
Selis ih t
ing g
i bus a
cm
Waktu pengamatan hari
F1 Fa
Fb Fab
Tabel IX. Uji ANOVA stabilitas viskositas sabun cair transparan
Formula F1
Fa Fb
Fab p-value
0,978 0,892
0,308 0,226
Hasil pengukuran yang ditunjukkan pada gambar 12 menunjukkan bahwa viskositas sabun cair dengan formula 1 dan A hampir konstan pada setiap waktu
pengukuran mulai hari ke-2 setelah pembuatan. Namun hal tersebut tidak terjadi pada sabun cair dengan formula B dan AB. Pada formula tersebut terjadi
peningkatan viskositas pada hari ke-7 pengukuran dan menunjukkan viskositas yang relatif konstan pada pengukuran hari berikutnya, meskipun berdasarkan uji
statistik diketahui tiap formula stabil selama penyimpanan. Hal tersebut dikarenakan pada hari ke-2 masih terdapat pengaruh shearing stress akibat
pengadukan dan pemanasan pada saat proses pembuatan sehingga sistem formula tersebut belum terbentuk sebagaimana mestinya dan terjadi peningkatan viskositas
pada waktu pengukuran berikutnya.
Gambar 12. Grafik kestabilan viskositas sabun cair transparan
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
50.00
2 7
14 21
28
Vis k
o sit
a s
d.P a
.s
Waktu pengamatan hari
F1 Fa
Fb Fab
Sediaan sabun cair merupakan sediaan yang mengikuti tipe aliran non Newtonian
yakni pseudoplastis. Molekul pada tipe ini terdapat dalam susunan acak yang dapat saling menata diri dengan adanya peningkatan shearing stress.
Molekul yang mulai tertata akan mengikuti arah aliran dan menurunkan tahanan dari sediaan. Pernyataan tersebut yang menjadi alasan bahwa pengadukan
dilakukan terkontrol, yakni setiap penambahan bahan dibatasi waktu tertentu agar didapatkan sediaan sabun cair yang homogen. Hal ini dikarenakan lama
pengadukan akan berpengaruh pada meningkatnya shearing stress, sehingga semakin meningkat viskositas campuran, waktu pengadukan ditambah untuk
mencapai tujuan tersebut.
E. Optimasi Komposisi Area Optimum