Uji Potensi Antibakteri Sabun Cair Transparan

dan bau badan, keseleo, rematik, panu, eksim, kurap, dan kutil Hariana, 2008. Berdasarkan penelitian Oonmeta-aree et al. 2005, ekstrak etanol rimpang lengkuas memiliki aktivitas biologis sebagai antibakteri Staphylococcus epidermidis dengan potensi menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan kadar hambat minimum KHM 0,325 mgmL dan kadar bunuh minimum KBM 1,3 mgmL. Bahan aktif yang paling dominan dalam ektstrak lengkuas pada penelitian tersebut adalah asetoksikhavikol asetat ACA yakni sebesar 76,49 yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. ACA gambar 1 merupakan bentuk ester asam asetat yang dapat berpenetrasi menembus membran lipid bilayer sel dan mendenaturasi protein dalam sel bakteri sehingga menyebabkan bakteri terhambat pertumbuhannya. Kandungan senyawa kimia lain dalam ekstrak ini adalah p-coumaryl diacetat 7,96, asam palmitat 3,19, asetoksieugenol asetat 3,06, 9-octadecenoic acid 2,28, eugenol, β-bisabolene, β-farnesene, dan sesquiphellandrene. Gambar 1. Struktur molekul asetoksikhavikol asetat ACA Latha, Shriram, Jahagirdar, Dhakephalkar, and Rojatkar, 2009

D. Uji Potensi Antibakteri

Uji potensi antibakteri ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu bahan atau campuran baik dalam menghambat pertumbuhan maupun membunuh bakteri tertentu. Salah satu metode pengujian tersebut adalah metode difusi. Prinsip metode ini adalah pengukuran potensi antibakteri berdasarkan pengamatan pada diameter zona hambat bakteri akibat berdifusinya bahan uji dari titik pemberian bahan uji pada media difusi. Metode ini dapat dilakukan dengan teknik sumuran yakni dengan menginokulasikan bakteri uji pada media yang padat, kemudian dibuat sumuran dengan diameter tertentu secara tegak lurus terhadap permukaan media. Bahan yang akan diuji dimasukkan ke dalam sumuran. Potensi antibakteri ditunjukkan dan diukur berdasarkan zona jernih yang dihasilkan di sekitar sumuran Pratiwi, 2008.

E. Sabun Cair Transparan

Sabun adalah bahan pembersih untuk membersihkan material kotor yang digunakan dengan air. Sabun dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam wujud sabun padat atau sabun cair Edoga, 2009. Sabun yang dibuat adalah sediaan surfactant-based type skin cleanser berwujud cairan kental transparan. Sediaan tersebut merupakan suatu campuran yang mengandung surfaktan dan bahan tambahan lainnya yang digunakan bersama dengan air untuk mencuci dan membersihkan kotoran yang biasanya berupa lemak Kaneko et al., 2001. Mekanisme pembersihan sabun cair yakni dengan menurunkan tegangan antarmuka antara kotoran dengan permukaan kulit. Bagian hidrofilik surfaktan dalam sabun akan mengikat air, sedangkan bagian hidrofobiknya akan mengikat minyak atau lemak. Surfaktan akan menyusun diri membentuk misel dengan kotoran yang terjebak di dalamnya, sehingga ketika pembilasan, misel tersebut terbawa oleh air dan kotoran juga akan ikut terbawa Ghaim and Volz, 2001. Suatu sediaan sabun cair dapat diformulasikan dengan bahan-bahan yakni: 1. Surfaktan primer yang berfungsi untuk detergensi dan pembusaan. Secara umum, surfaktan anionik digunakan karena memiliki sifat pembusaan yang baik. Selain itu, dapat pula digunakan surfaktan kationik, namun surfaktan ini memiliki sifat mengiritasi khususnya pada mata, sehingga perlu adanya kombinasi dengan surfaktan nonionik atau amfoter Rieger, 2000. 2. Surfaktan sekunder yang bekerja memperbaiki fungsi dari surfaktan primer yakni dalam detergensi dan pembusaan. Beberapa jenis dari surfaktan nonionik juga dapat digunakan karena busa yang dihasilkan lebih banyak dan stabil Rieger, 2000. 3. Bahan aditif yakni bahan tambahan yang dapat menunjang formula dan memberikan karakteristik tertentu pada sediaan Rieger, 2000. Bahan aditif tersebut pada umumnya adalah: a. Pengatur viskositas, sabun cair pada umumnya diaplikasikan dengan bantuan pompa pada wadah atau dituang langsung. Kekentalan sabun cair perlu diperhatikan karena kaitannya dengan preparasi, pengemasan, penyimpanan, aplikasi, dan aktivitas penghantaran Buchmann, 2001. b. Humektan, bahan ini dapat menambah fungsi sabun yakni memberikan kesan lembut pada kulit. Hal tersebut dikarenakan konsumen pada saat ini tidak hanya menghendaki sabun yang cukup memiliki fungsi sebagai pembersih saja. Bahan tambahan yang dapat digunakan yakni gliserin dan asam lemak bebas Ertel, 2006. c. Agen pengkelat, merupakan bahan yang dapat mengkelat ion Ca dan Mg pada saat pencucian dengan air sadah. Bahan pengkelat yang biasa digunakan adalah EDTA Ghaim and Volz, 2001. d. Pengawet, merupakan bahan aditif untuk mempertahankan sediaan sabun agar tahan terhadap jamur Ghaim and Volz, 2001. e. Pengharum, berfungsi menambah penerimaan sediaan oleh konsumen. Pengharum yang digunakan tidak boleh mengganggu perubahan stabilitas pada produk akhir Ertel, 2006.

F. Sifat Fisik Sabun Cair Transparan