7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bau Badan
Bau badan ditandai dengan bau tidak sedap yang berasal dari tubuh yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini dapat terjadi akibat kurang menjaga
kebersihan badan, hormon, makanan yang dikonsumsi, serta bakteri yang menguraikan keringat menjadi zat yang berbau kurang sedap Wijayakusuma,
2008. Seperti kebanyakan mamalia, manusia menghasilkan keringat sebagai pengaturan suhu tubuhnya. Setelah disekresikan, keringat sebenarnya merupakan
cairan yang 99 bagian merupakan air yang tidak berbau. Keringat tersebut menjadi berbau dikarenakan adanya metabolisme oleh bakteri yang terdapat pada
kulit. Bakteri penyebab bau badan salah satunya ialah Staphylococcus epidermidis Yamazaki et al., 2010.
Bau badan muncul karena penguraian lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas Endarti, Sukandar, dan Soediro, 2004. Asam amino seperti
leusin, valin, dan isoleusin terdapat dalam keringat. Leusin dalam keringat tersebut akan didegradasi oleh bakteri Staphylococcus epidermidis dengan
bantuan enzim leusin dehidrogenase yang menghasilkan isovaleric acid. Isovaleric acid
merupakan senyawa yang dapat menyebabkan bau tidak sedap tersebut Ara, Hama, Akiba, Koike, Okisaka, Hagura, Kamiya, and Tomita,
2006.
B. Bakteri Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan strain bakteri gram positif yang
merupakan flora normal kulit. Salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus
ini diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Staphylococcus epidermidis
berwarna abu-abu hingga putih pada isolasi primer dan beberapa karakteristiknya adalah bersifat fakultatif, negatif koagulase, positif katalase, berbentuk kokus
dengan diameter 0,5-1,5 µm Brooks, Carroll, Butel, and Morse, 2007.
C. Lengkuas Alpinia galanga
1. Klasifikasi umum tanaman lengkuas Kerajaan
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida Ordo
: Zingiberales Famili
: Zingeberaceae Bangsa
: Alpiniae Genus
: Alpinia Spesies
: A. galanga Alice and Sankar, 2007
2. Kandungan kimia dan manfaat Lengkuas memiliki rasa pedas dan bersifat hangat. Rimpang lengkuas
mengandung minyak atsiri 1 dengan kandungan metilsinamat, sineol, kamfer, δ-pinen, gaalangin, eugenol, kamfor, gaalangal, sesuiterpen,
kadinena, hidrates, dan heksahidrokadalene. Efek farmakologis rimpang
lengkuas antara lain untuk demam, masuk angin, menghilangkan bau mulut
dan bau badan, keseleo, rematik, panu, eksim, kurap, dan kutil Hariana, 2008. Berdasarkan penelitian Oonmeta-aree et al. 2005, ekstrak etanol rimpang
lengkuas memiliki aktivitas biologis sebagai antibakteri Staphylococcus epidermidis
dengan potensi menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan kadar hambat minimum KHM 0,325 mgmL dan kadar bunuh minimum
KBM 1,3 mgmL. Bahan aktif yang paling dominan dalam ektstrak lengkuas pada penelitian tersebut adalah asetoksikhavikol asetat ACA yakni sebesar
76,49 yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. ACA gambar 1 merupakan bentuk ester asam asetat yang dapat berpenetrasi menembus
membran lipid bilayer sel dan mendenaturasi protein dalam sel bakteri sehingga menyebabkan bakteri terhambat pertumbuhannya. Kandungan
senyawa kimia lain dalam ekstrak ini adalah p-coumaryl diacetat 7,96, asam palmitat 3,19, asetoksieugenol asetat 3,06, 9-octadecenoic acid
2,28, eugenol, β-bisabolene, β-farnesene, dan sesquiphellandrene.
Gambar 1. Struktur molekul asetoksikhavikol asetat ACA Latha, Shriram, Jahagirdar, Dhakephalkar, and Rojatkar, 2009
D. Uji Potensi Antibakteri