Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey terhadap Berat Basah Buah Tanaman Tomat Perlakuan
Rata - rata A
1.104
abc
B1 10.4
a
B2 609.5
d
C1 44.5
ab
C2 280
c
D1 246
bc
D2 8.5
a
E1 23.6
ab
E2 13.3
ab
Keterangan : Nilai rata – rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf tukey α 0.05
B. Pembahasan
1. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian
Mikroorganisme Lokal MOL dari Bonggol Pisang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat
Berdasarkan analisis statistik dengan uji Anova diketahui bahwa hasil pengujian perbedaan konsentrasi MOL ditolak, yang berarti pemberian MOL
dengan perbedaan beberapa konsentrasi pada tanaman tomat memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi dan diameter batangnya, dan hasil
pengujian perbedaan frekuensi pemberian MOL tidak memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman tomat, namun memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan diameter batangnya. Selain itu, dapat terlihat adanya interaksi antara konsentrasi dan frekuensi yang menyebabkan pengaruh nyata
pada pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini terbukti selama melakukan pengujian pertumbuhan tanaman tomat masing
– masing tanaman tomat menunjukan perbedaan laju pertumbuhan tinggi dan diameter batang.
Hasil uji Tukey menunjukan bahwa tanaman tomat yang diberi perlakuan B 8 dan C 16 memiliki petumbuhan tinggi tanaman yang lebih baik
terhadap perlakuan D 24 dan E 32. Perlakuan B 8 terdiri dari perlakuan 1 kali penyiraman B1 dengan rerata 42,8 cm dan perlakuan 2 kali penyiraman
B2 dengan rerata 116.37 cm. Perlakuan C 16 terdiri dari perlakuan 1 kali penyiraman C1 dengan rerata 57.71 cm dan perlakuan 2 kali penyiraman C2
dengan rerata 108.62 cm. Kemudian, hasil uji Tukey pada pertumbuhan diameter batang menunjukan bahwa perlakuan B 8 memiliki petumbuhan diameter
batang tanaman yang lebih baik terhadap perlakuan D 24 dan E 32. Perlakuan B 8 terdiri dari perlakuan 1 kali penyiraman B1 dengan rerata
0.171 cm dan perlakuan 2 kali penyiraman B2 dengan rerata 0.439 cm. Perlakuan B2 menghasilkan rata
– rata pertumbuhan tanaman yang paling baik. Hal ini bisa terjadi karena faktor pemberian perlakuan pada dosis yang tepat
sehingga zat-zat yang terkandung dalam MOL yakni hormon sitokinin dan giberelin yang bekerja dengan baik, karena mendorong pembelahan sel pada fase
G1 untuk memasuki fase S dan giberelin dapat memperpendek fase S, sehingga peningkatan jumlah sel menyebabkan pembelahan batang lebih cepat dan tanaman
akan tumbuh tinggi dengan cepat Salisbury, 1995. Diketahui pula bahwa hormon giberelin ini berefek kebalikan dari hormon auksin yang bekerja
menghambat pertumbuhan batang, sedangkan giberelin dapat memacu
pertumbuhan yang tidak lazim sangat tinggi, dapat dilihat pada grafik 4.1 terlihat bahwa penelitian yang dilakukan pada perlakuan MOL 8 tinggi tomat mencapai
tinggi 174.1 cm Sedangkan pada perlakuan D 24 dan E 32 memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Dapat dilihat bahwa tanaman tidak mengalami
pertumbuhan yang baik dan cenderung kerdil dengan tinggi kisaran 44 cm – 69
cm. Hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan pada tanaman tidak tepat dan cenderung berlebihan overdosis, bila tanaman menerima hormon giberelin
secara berlebihan maka sebagian besar tanaman akan tumbuh kerdil dan tidak produktif. Begitu pun dengan pertumbuhan diameter batang tanaman tomat
dimana faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan diameter batang, dapat diketahui bahwa pertumbuhan diameter batang yang pesat terjadi pada perlakuan
B2 yakni perlakuan konsentrasi MOL 8 dengan frekuensi 2 kali penyiraman yang diameter batangnya tumbuh mencapai 0.815 cm sebab dengan dosis yang
tepat akan dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan baik. Lain halnya dengan 8 perlakuan lainnya yang mengalami pertumbuhan bahan yang hampir sama yakni
sebesar 0.5 cm – 0.7 cm.
Adapun beberapa morfologi batang tanaman tomat yang tidak proposional dimana pada bagian pangkal batang dimeter batangnya tidak begitu lebar, namun
semakin pertumbuhan keatas diameter batang menjadi melebar. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan peneliti dalam melakukan pengukuran diameter
batang dengan menggunakan jangka sorong. Bagian penjepit jangka sorong yang terbuat dari besi dapat membuat pangkal batang tanaman tomat mengalami luka
sehingga menyebabkan pertumbuhan diameter batang pada pangkal batang tanaman tomat terhambat.
Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan tanaman yang berbeda – beda
adalah adanya faktor lingkungan yakni suhu. Pada bulan mei 2015 suhu di jogja sekitar 21ºC - 30ºC lampiran 3 , dan merupakan suhu yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman tomat, sehingga pada bulan ini tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan pada bulan juni 2015, suhu di wilayah jogja
mencapai 32ºC lampiran 3. Suhu yang panas ini menyebabkan tanaman tomat mengalami cekaman air, sehingga menyebabkan sel
– sel kehilangan air dengan cepat dan ketersedian air tidak mencukupi akan menyebabkan tekanan turgor pada
sel penjaga akan menurun dan stomata akan menutup dan menghambat proses fotosintesa Heddy, 1987. Suhu udara yang tinggi akan meningkatkan laju
transpirasi, hal ini dapat menyebabkan keseimbangan air tanaman terganggu dan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter batang Heddy,
1987. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan hama kutu daun
meningkat. Kutu daun ini menyerang daun tanaman tomat dan membuat bentuk daun tanaman tomat menjadi jelek dan melengkung kebawah atau menjadi
keriting. Hama kutu putih ini menyebabkan beberapa tanaman tomat pada perlakuan C1 dan E1 dimana tanaman tomatnya menjadi tumbuh kerdil setinggi
50 cm sedangkan tanaman tomat pada perlakuan yang sama dapat mencapai pertumbuhan tinggi 80 cm
– 130 cm pada pertumbuhan normalnya.
Usaha penanggulangan hama kutu putih yang telah dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan pestisida organik dari rendaman tembakau yang
disemprotkan pada bagian daun tanaman tomat yang dilakukan setiap 3 hari sekali. Meskipun sudah dilakukan penanggulangan dengan menyemprotkan pestisida,
peneliti tetap melakukan kontrol pada setiap sore dengan melakukan penyiraman tanaman pada pagi dan sore hari agar kondisi tanaman tidak kering, sebab kondisi
tanaman yang kering akan menyebabkan hama kutu putih menyerang daun tanaman tomat.
2. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian
Mikroorganisme Lokal MOL dari Bonggol Pisang Terhadap Hasil Panen Tanaman Tomat
Berdasarkan analisis statistik dengan uji Anova diketahui bahwa hasil pengujian perbedaan konsentrasi dan frekuensi MOL ditolak, yang
berarti pemberian MOL dengan perbedaan beberapa konsentrasi pada tanaman tomat memberikan pengaruh nyata pada hasil produksi tanaman
tomat. Selain itu, dapat terlihat adanya interaksi antara konsentrasi dan frekuensi yang menyebabkan pengaruh nyata pada hasil produksi tanaman
tomat. Hasil uji Tukey menunjukan bahwa tanaman tomat yang diberi
perlakuan B 8 menghasilkan jumlah buah tomat yang lebih banyak terhadap perlakuan E 32. Perlakuan B 8 terdiri dari perlakuan 1
kali penyiraman B1 dengan rerata 0.3 dan perlakuan 2 kali penyiraman
B2 dengan rerata 7.4.. Kemudian, hasil uji Tukey pada pertumbuhan diameter batang menunjukan bahwa perlakuan B 8 menghasilkan
berat basah buah tomat yang lebih berat terhadap perlakuan C 16 dan E 32. Perlakuan B 8 terdiri dari perlakuan 1 kali penyiraman B1
dengan rerata 0.104 gram dan perlakuan 2 kali penyiraman B2 dengan rerata 6.095 gram. Perlakuan B2 menghasilkan rata
– rata hasil produksi tanaman yang paling baik. Hal ini bisa terjadi karena Unsur nitrogen pada
perlakuan B2 mencukupi untuk tanaman tomat sehingga rerata hasil produksi buah tomat lebih baik. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan
klorofil yang berguna sebagai proses fotosintesis yang berperan dalam penyusunan karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang akan di
translokasikan kebagian buah untuk menyuplai cadangan makanan guna meningkatkan perkembangan buah Lingga, 2002.
Selama masa pembungaan peneliti melihat banyak bunga yang terbentuk pada masing
– masing tanaman tomat, banyaknya bunga yang terbentuk ini menunjukan bahwa buah yang nanti akan dihasilkan banyak
juga. Menurut Darjanto dan Satifah 1990 jumlah buah yang terbentuk dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya persentase bunga yang
mengalami penyerbukan dan pembuahan serta persentase buah muda yang dapat tumbuh terus hingga menjadi buah masak. Namun, selama masa
pembungaan ini telah terjadi peristiwa rontok bunga. Rontok bunga adalah suatu kondisi dimana bunga tomat rontok sebelum bakal buah
terbentuk. Ketika bunga rontok bahkan hanya menyisakan 1 sampai 2
bunga saja yang nantinya akan menjadi buah. Peristiwa rontok bunga ini bisa disebabkan karena tingginya suhu udara di lingkungan. Dapat
diketahui bahwa sepanjang bulan juni sampai juli suhu lingkungan pada siang hari mencapai 30ºC - 32ºC lampiran 3, temperatur suhu ini cukup
tinggi sehingga bisa menyebabkan bunga tanaman tomat mengalami kerontokan sebab suhu optimal bagi tanaman tomat paling tinggi adalah
29ºC. Hasil panen tomat yang dihasilkan dari penelitian ini tidak terlalu
banyak karena jumlah buah total yang dihasilkan hanya sebanyak 209 buah dari 90 tanaman. Penurunan hasil panen juga disebabkan karena
peneliti yang kurang berhati – hati selama masa pengambilan data dan
masa perawatan yang menyebabkan banyak cabang produktif yang patah. Cabang produktif ini yang nantinya akan ditumbuhi oleh bunga dan akan
menjadi buah nantinya. Adapun faktor hama kutu putih ini menyebabkan daun bunga
menjadi keriting dan melengkung sehingga menyebabakan tanaman tidak dapat melakukan fotosisntesis secara maksimal, sehingga tanaman
cenderung kerdil dan menghasilkan buah yang berukuran kecil, begitupun dengan tanaman yang mengalami penyakit mozaik Tomat, dimana daun
– daun tanaman ini berukuran kecil dan mengkerut sehingga tidak dapat
melakukan fotosintesis dengan maksimal dan tanaman cenderung tumbuh kerdil dan buah yang dihasilkan berukuran kecil. Sedangkan pada mozaik
mentimun, awalnya tanaman tomat ini mengalami pertumbuhan yang baik
cenderung tumbuh tinggi dan berdaun lebat, namun pada ujung pucuk daun daun
– daun tanaman tumbuh menyempit. Hal ini lah yang menyebabkan bunga yang tumbuh pada bagian pucuk daun sedikit dan
buah yang dihasilkan pada bunga tersebut berukuran kecil. Bila tanaman tomat tumbuh dengan baik maka dalam satu pohonnya akan bisa
menghasilkan total panen buah seberat 1 kg – 2 kg buah Pracaya, 1998.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi hasil produksi tanaman tomat yakni tanaman tomat mengalami kelebihan atau kekurangan
unsur nutrisi pokok NPK. Dalam penelitian ini diduga bahwa tanaman tomat
mengalami kekurangan unsur N. Kekurangan unsur N menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan unsur
– unsur dalam tanah dan berpengaruh pada hasil produksi tanaman tomat karenanya juga buah tomat yang sudah
berbuah mengalami keterlambatan pematangan buah, ketika buah tomat sudah mulai berproduksi dan ukuran buah terus membesar selama bulan
bulan juni dan bertahan pada fase buah berwarna hijau yang menandakan bahwa buah belum masak. Bila hal ini tidak ditangani maka buah tomat
akan masak dalam jangka waktu yang cukup lama + 1 bulan. Oleh karena itu, peneliti menambahkan pupuk NPK sebanyak 2
gram tanaman untuk merangsang tanaman tomat mempercepat fase pematangan buah, sehingga dalam waktu 1 -2 minggu kedepan buah
tanaman tomat sudah bisa dipanen buah tomat berwarna kemerahan.
C. Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Dalam Penelitian