Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.).

(1)

i

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) Eva Yeremia

111434008

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim. Terdapat 5 kelompok dalam penelitian ini yaitu 2 kelompok kontrol meliputi kontrol negatif yaitu dengan pemberian air dan kontrol positif dengan pemberian NPK serta 3 kelompok perlakuan MOL, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi MOL yang digunakan yaitu 1%, 5% dan 10%. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Variabel terkontrol meliputi volume cairan yang digunakan untuk penyiraman adalah 200 ml untuk setiap tanaman, waktu fermentasi, frekuensi penyiraman dan suhu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOL rebung bambu 5% meningkatkan tinggi batang tanaman sawi caisim, tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun pada setiap kelompok tanaman. NPK berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim karena jumlahnya melebihi kebutuhan tanaman sawi sehingga menyebabkan penimbunan zat-zat yang dapat mempengaruhi berat tanaman.

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16 terhadap tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian MOL rebung bambu terhadap tinggi batang, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim, tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun. Konsentrasi MOL rebung bambu yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi yaitu sebesar 5%.


(2)

ii

MICROORGANISMS ON THE GROWTH OF MUSTARD GREENS (Brassica juncea L.)

Eva Yeremia 111434008

Sanata Dharma University

This research was intended to find out the influence of concentrations of bamboo shoots’ local microorganisms (MOL) on the growth of mustard greens (Brassica juncea L.) which included the height of plant, the number of leaves, the wet weight, and the dry weight. In this research, the researcher used five groups, namely two control groups – negative control and positive control – and three treatment groups in which each treatment consisted of seven repetitions. The independent variables were the solution concentration which contained three concentration, namely 1%, 5%, and 10%. The dependent variables were the height of plant, the number of leaves, the fresh weight and the dry weight of mustard greens. The control variables included the 200 ml of liquid volume which was used in watering the mustard greens, the time, the watering frequency and the temperature.

The result of this research showed that bamboo shoot local microorganism 5% increase stem height of mustard greens. However, there was no significant influence on the number of leaves in each groups of plants. NPK effect the fresh weight and the dry weight of mustard greens because the amount exceeds the needs of mustard greens that causes the accumilation of substances that can effect the weight of the plants.

The calculation using SPSS 16 showed that there were several influences of bamboo shoots’ local microorganisms on the height of plant, the wet weight, and the dry weight of the mustard greens. However, there was no significant influence on the number of leaves.Based on the results, the best concentration of bamboo shoots’ local microorganisms in raising the growth of mustard greens was 5%.


(3)

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Eva Yeremia

111434008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Eva Yeremia

111434008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii

SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh :

Eva Yeremia

NIM : 111434008

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(6)

iii

SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWICAISIM (Brassica juncea L.)

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Eva Yeremia

NIM: 111434008

Telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Program Studi Pendidikan Biologi

JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 22 Februari 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. M. Andi Rudhito, S.Pd ………

Sekretaris : Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc ...……… Anggota : Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si ...……… Anggota : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ...………

Anggota :Yoani Maria Lauda F., M.Si ………

Yogyakarta, 22 Februari 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(7)

iv

PERSEMBAHAN

“Bersyukurlah jika kau sudah di titik terendah dalam hidup, karena tidak ada pilihan lain selain menuju titik tertinggi”

Kupersembahkan Karyaku yang sederhana ini dengan penuh cinta kepada:

Orang Tuaku Tercinta

Suami dan AnakkuTersayang

Keluarga dan Saudara

Sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi


(8)

v

MOTTO:

“Tak perlu malu karena berbuat kesalahan, sebab


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Februari 2016 Penulis,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Eva Yeremia

NIM : 111434008

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dibuat di : Yogyakarta

Pada Tanggal : 22 Februari 2016

Yang menyatakan,


(11)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) Eva Yeremia

111434008

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim. Terdapat 5 kelompok dalam penelitian ini yaitu 2 kelompok kontrol meliputi kontrol negatif yaitu dengan pemberian air dan kontrol positif dengan pemberian NPK serta 3 kelompok perlakuan MOL, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi MOL yang digunakan yaitu 1%, 5% dan 10%. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Variabel terkontrol meliputi volume cairan yang digunakan untuk penyiraman adalah 200 ml untuk setiap tanaman, waktu fermentasi, frekuensi penyiraman dan suhu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MOL rebung bambu 5% meningkatkan tinggi batang tanaman sawi caisim, tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun pada setiap kelompok tanaman. NPK berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim karena jumlahnya melebihi kebutuhan tanaman sawi sehingga menyebabkan penimbunan zat-zat yang dapat mempengaruhi berat tanaman.

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16 terhadap tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian MOL rebung bambu terhadap tinggi batang, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim, tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun. Konsentrasi MOL rebung bambu yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi yaitu sebesar 5%.


(12)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CONCENTRATIONS OF BAMBOO SHOOT LOCAL MICROORGANISMS ON THE GROWTH OF

MUSTARD GREENS (Brassica juncea L.) Eva Yeremia

111434008

Sanata Dharma University

This research was intended to find out the influence of concentrations of

bamboo shoots’ local microorganisms (MOL) on the growth of mustard greens

(Brassica juncea L.) which included the height of plant, the number of leaves, the wet weight, and the dry weight. In this research, the researcher used five groups, namely two control groups – negative control and positive control – and three treatment groups in which each treatment consisted of seven repetitions. The independent variables were the solution concentration which contained three concentration, namely 1%, 5%, and 10%. The dependent variables were the height of plant, the number of leaves, the fresh weight and the dry weight of mustard greens. The control variables included the 200 ml of liquid volume which was used in watering the mustard greens, the time, the watering frequency and the temperature.

The result of this research showed that bamboo shoot local microorganism 5% increase stem height of mustard greens. However, there was no significant influence on the number of leaves in each groups of plants. NPK effect the fresh weight and the dry weight of mustard greens because the amount exceeds the needs of mustard greens that causes the accumilation of substances that can effect the weight of the plants.

The calculation using SPSS 16 showed that there were several influences of

bamboo shoots’ local microorganisms on the height of plant, the wet weight, and

the dry weight of the mustard greens. However, there was no significant influence on the number of leaves.Based on the results, the best concentration of bamboo

shoots’ local microorganisms in raising the growth of mustard greens was 5%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Lokal (MOL) dari Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan, semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melindungi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.

6. Segenap Staf Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik penulis.


(14)

xi

7. Bapak Slamet yang dengan senang hati selalu membantu penulis dalam merawat tanaman sawi caisim di kebun Anggur.

8. Orangtuaku tercinta, Bapak Lukas Agem dan Ibu Mariani Sugai, Suamiku Libertus Hanas, anakku Julian Nathaniel Alvaro, saudara-saudaraku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk mendukung penulis dalam menjalankan tugas studi.

9. Sahabat baikku Salma, Gloria, Emi, Henny, Claudia, Tya, Nina, Wayan, Thomas, Budin, Dyah, Fenti Kontam, Mega, Brigita dan teman-teman “Virion” Pendidikan Biologi angkatan 2011, Papa Jimmy, Mama Chyntia, Fany, Lia W, Eka, Chika, Deni, Natri, Galuh serta adik-adikku yang manis Melly, Erina, Ichy dan Lonniyang selalu bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca pada umumnya.


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...1

B. BATASAN PENELITIAN ...4

C. RUMUSAN MASALAH ...4

D. TUJUAN PENELITIAN ...5

E. MANFAAT PENELITIAN ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...7

A. SAWI CAISIM (Brassica juncea L.) ...7

1. DESKRIPSI TANAMAN SAWI CAISIM ...7

2. MORFOLOGI ...8

3. SYARAT TUMBUH ...10

4. HAMA DAN PENYAKIT ...13


(16)

xiii

C. REBUNG BAMBU ...19

D. MIKROORGANISME LOKAL (MOL) REBUNG BAMBU ...21

E. PUPUK NPK ...23

F. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ...25

G. KERANGKA BERPIKIR ...27

H. HIPOTESIS ...27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...29

A. JENIS PENELITIAN...29

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ...29

C. ALAT DAN BAHAN ...30

D. CARA KERJA ...31

a. PENANAMAN ...32

b. PEMBUATAN LARUTAN MOL REBUNG BAMBU ...32

c. PEMBUATAN KONSENTRASI MOL ...34

d. PEMBERIAN PERLAKUAN ...35

e. PENGAMATAN ...35

E. METODE ANALISIS DATA ...36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...41

1. TINGGI BATANG TANAMAN SAWI CAISIM ...41

2. JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI CAISIM ...47

3. BERAT BASAH TANAMAN SAWI CAISIM ...52

4. BERAT KERING TANAMAN SAWI CAISIM ...59

BAB V IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN ...65

A. KOMPETENSI INTI ...65

B. KOMPETENSI DASAR ...66

BAB VI PENUTUP ...68

A. KESIMPULAN ...68

B. SARAN ...68


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 KANDUNGAN DALAM 100 GRAM SAWI ... 7

2.2 KANDUNGAN DALAM 100 GRAM REBUNG BAMBU ... 21

3.1 PENGUJIAN STATISTIK (a) ... 36

3.2 PENGUJIAN STATISTIK (b) ... 38

3.3 DATA PENELITIAN TINGGI BATANG DAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI CAISIM ... 40

3.4 DATA PENELITIAN BERAT BASAH DAN BERAT KERING TANAMAN SAWI CAISIM ... 40

4.1 TINGGI BATANG TANAMAN SAWI CAISIM ... 41

4.2 JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI CAISIM ... 48

4.3 BERAT BASAH TANAMAN SAWI CAISIM ... 52


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

4.1 TINGGI BATANG TANAMAN SAWI CAISIM ... 42

4.2 JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI CAISIM ... 49

4.3 BERAT BASAH TANAMAN SAWI CAISIM ... 53


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 GAMBAR-GAMBAR ... 72

LAMPIRAN 2 HASIL UJI STATISTIK TINGGI BATANG TANAMAN SAWI CAISIM ... 76

LAMPIRAN 3 HASIL UJI STATISTIK TINGGI BATANG TANAMAN SAWI CAISIM ... 79

LAMPIRAN 4 HASIL UJI STATISTIK BERAT BASAH TANAMAN SAWI CAISIM ... 81

LAMPIRAN 5 HASIL UJI STATISTIK BERAT KERING TANAMAN SAWI CAISIM ... 84

LAMPIRAN 6 DATA HASIL PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM ... 87

LAMPIRAN 7 SUHU HARIAN YOGYAKARTA ... 91

LAMPIRAN 8 SILABUS ... 93


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Indonesia disebut sebagai negara agraris karena sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia telah melakukan aktivitas bertani. Salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan oleh para petani adalah sawi.

Sawi caisim (Brassica juncea L.) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran yang mengandung zat-zat gizi lengkap yaitu serat, vitamin A, vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C, kalium, fosfor, tembaga, magnesium, zat besi, protein dan flavanoid. Dengan kandungan tersebut, sawi caisim memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan berkhasiat untuk mencegah kanker, hipertensi, penyakit jantung, membantu kesehatan sistem pencernaan, mencegah dan mengobati penyakit pelagra, serta menghindarkan ibu hamil dari anemia ( Cahyono, 2003). Begitu banyak manfaat yang terkandung pada sawi caisim terutama kandungan berbagai macam vitamin dan flavanoidnya sehingga membuat masyarakat semakin tertarik untuk mengkonsumsi sawi caisim organik. Sawi caisim organik dapat diperoleh melalui penggunaan pupuk alami dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari lingkungan sekitar.

Teknologi dengan kearifan lokal adalah memanfaatkan mikroorganisme yang banyak terdapat pada tanaman atau produk pertanian itu sendiri.


(21)

Mikroorganisme dikelola sehingga menjadi faktor penyeimbang dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Kelompok mikroorganisme dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Teknologi tersebut dikembangkan untuk menunjang pembangunan pertanian ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan sistem alami yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Pemanfaatan bahan lokal sebagai teknologi terapan dan ramah lingkungan akan mampu meningkatkan produksi pertanian dan mewujudkan lingkungan hidup yang baik.

Rebung bambu merupakan tunas muda yang berasal dari tanaman bambu. Tunas muda ini biasanya tumbuh di antara batang-batang bambu yang sudah dewasa dengan warna kulit yang hitam pekat dan memiliki bulu-bulu halus yang gatal. Masyarakat pada umumnya menggunakan rebung bambu sebagai sayuran karena rasanya yang enak dan ekonomis karena mudah didapat dan mudah tumbuh di mana saja. Tetapi rebung bambu ternyata dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam pembuatan larutan mikroorganisme lokal (MOL).

MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan dan sebagai agen pengendali


(22)

hama dan penyakit tanaman, sehingga larutan MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat dengan sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seoerti bonggol pisang, rebung bambu, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain. Bahan utama dalam pembuatan larutan MOL terdiri dari 3 jenis komponen, antara lain: karbohidrat yang berasal dari cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum; glukosa yang berasal dari cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan; sumber bakteri yang berasal dari keong mas, buah-buahan misalnya tomat, pepaya dan kotoran hewan (Purwasasmita, 2009 dalam Anonim, 2011).

Menurut Maspari (2012), larutan MOL rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu larutan MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Jika dilihat dari kandungannya, larutan MOL rebung bambu bisa digunakan sebagai perangsang pertumbuhan pada fase vegetatif. Sehingga dalam penerapannya diharapkan bahwa larutan MOL rebung bambu memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Lokal (MOL) dari Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim.


(23)

B.Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya dikhususkan pada pengaruh konsentrasi larutan mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim yaitu tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim. Tanaman sawi caisim yang digunakan dalam setiap perlakuan berjumlah 7 tanaman dengan 3 tanaman sebagai cadangan. Rebung bambu yang digunakan berasal dari Kalimantan Barat yaitu rebung bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata). Terdapat 5 kelompok dalam penelitian ini yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan dengan pemberian larutan MOL dengan konsentrasi 1%, 5% dan 10% dan 2 kelompok kontrol yaitu pemberian air sebagai kontrol negatif dan pemberian NPK sebagai kontrol positif.

Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan yang dimulai dari bulan Oktober samapi November 2015. Penelitin ini dilakukan di Kebun Anggur, Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Variabel pertumbuhan yang diukur meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim.

C.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh larutan mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim?


(24)

2. Pada konsentrasi larutan MOL rebung bambu berapakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim?

D. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh larutan mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim.

2. Mengetahui konsentrasi MOL rebung bambu yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim.

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitin ini bagi peneliti yaitu sebagai penambah wawasan peneliti terkait dengan pemanfaat rebung bambu sebagai bahan dasar dalam pembuatan larutan mikroorganisme lokal (MOL).

2. Bagi Dunia Pendidikan

Manfaat penelitin ini bagi dunia pendidikan yaitu:

a. Sebagai bahan bacaan bagi para guru untuk dapat dijadikan sebagai panduan praktikum terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan b. Memberi pembelajarann kepada siswa terkait dengan materi


(25)

c. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Petani

a. Mengurangi pemakaian pupuk kimia oleh para petani.

b. Memberikan cara pembuatan pupuk yang murah dan cepat dengan menggunakan rebung bambu.


(26)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Sawi Caisim (Brassica juncea L.) 1. Deskripsi Tanaman Sawi Caisim

Menurut Sunarjono (2004), sawi merupakan tanaman semusim berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Berdaun bulat panjang serta berbulu halus, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim bila dimasak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian. Susunan dan warna bunga seperti kubis. Tanaman sawi umumnya dibudidayakan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Kandungan sawi antara lain Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C, Karbohidrat, Fe, Ca, P, Protein dan serat (Prasetio, 2013). Menurut Zulkarnain (2013), dalam 100 gram daun sawi terkandung:

Tabel 2.1 Kandungan dalam 100 gram Sawi

Kandungan Jumlah

Vitamin A 4,468 IU

Vitamin C 45 mg

Natrium 65 mg

Kalsium 105 mg

Kalium 252 mg

Besi 0,80 mg

Magnesium 19 mg

Fosfor 37 mg


(27)

8

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. dan Prain) memiliki batang pendek, tegap dan berdaun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau atau caisim varietas tosakan memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau keputih-putihan serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 2007). Klasifikasi tanaman sawi menurut Haryanto, dkk (2002) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Famili : Cruciferae (Brassicaceae) Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L.

2. Morfologi

Karakteristik morfologi tanaman sawi sangat mirip dengan kubis/kol dikarenakan kekerabatan yang sangat dekat. Berikut adalah morfologi tanaman sawi.


(28)

1. Akar

Sistem perakaran caisim memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Haryanto, 2003).

2. Batang

Tanaman caisim memiliki batang (caulis) yang pendek dan beruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang berdirinya daun. Caisim umumnya berdaun dengan struktur daun halus, tidak berbulu. Daun caisim membentuk seperti sayap dan bertangkai panjang yang berbentuk pipih (Rahmat, 2007)

3. Daun

Menurut Sunarjono (2004), daun tanaman sawi berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun sawi caisim memiliki tulang-tulang duan yang menyirip dan bercabang-cabang.


(29)

4. Bunga

Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat helai mahkota bunga berwarna kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).

5. Buah dan Biji

Buah caisim termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji (Rukmana, 2007). Biji caisim berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Biji caisim berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannnya licin mengkilap, agak keras dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003).

3. Syarat Tumbuh

Sawi caisim dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, pada umumnya tanaman sawi caisim dibudidayakan di dataran rendah, seperti di pekarangan, di ladang dan lain-lain. Sawi caisim termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga dapat ditanam sepanjang tahun asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman.

Menurut Zulkarnain (2013), untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi dan berkualitas, sawi hendaknya dibudidayakan di lingkungan yang


(30)

cocok dengan syarat tumbuhnya. Oleh karena itu faktor ekologi yang meliputi tanah dan iklim di mana sawi dibudidayakan perlu mendapatkan perhatian agar pertumbuhan dan produksinya maksimal.

a) Tanah

Pada umumnya, sawi dapat dibudidayakan pada berbagai ketinggian tempat, baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 5-1200 mdpl. Tanaman ini memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungan, baik terhadap suhu lingkungan yang tinggi maupun terhadap suhu lingkungan yang rendah. Akan tetapi, kebanyakan daerah penghasil sawi berada di ketinggian 100-500 mdpl. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus dan drainase baik (Haryanto dkk, 2002).

b) pH

Menurut Haryanto dkk (2002), sawi menghendaki tanah yang subur, gembur, berhumus dan memiliki drainase baik. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki tingkat keasaman (pH) antara 6-7. Pada tanah asam (pH < 6) dianjurkan untuk melakukan pengapuran, guna menurunkan keasaman atau menaikan pH tanah. Takaran baik kapur maupun pupuk organik yang diberikan sangat tergantung pH awal tanah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengukur pH tanah sebelum penanaman sawi dilaksanakan.


(31)

c) Iklim

Menurut Rukmana (2007), sawi menghendaki keadaan udara yang dingin dengan suhu malam 15,60 C dang siang harinya 21,10 C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam perhari. Suhu di atas 240 C dapat menyebabkan tepi daun terbakar, sedangkan suhu 130 C yang terlalu lama dapat menyebabkan tanaman memasuki fase pertumbuhan reproduktif yang terlalu dini. Pembungaan pada sawi bukan hanya sensitif terhadap suhu rendah melainkan juga terhadap perubahan intensitas cahaya sebanyak 16 jam per hari selama sebulan, dapat menyebabkan terbentuknya bunga di sejumlah kultivar. Sebaliknya, perubahan intensitas cahaya yang singkat disentai suhu tinggi, dapat menyebabkan tanaman tumbuh pada fase vegetatif. Di daerah tropis dan subtropis, sawi kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah. Penanaman pada musim kemarau perlu diiringi oleh penyiraman yang teratur agar tanaman tidak kekeringan. Sebaliknya, penanaman pada musim penghujan perlu disertai oleh pengaturan drainase yang baik, agar air tidak menggenang di sektitar tanaman dan serangan ulat daun dapat diatasi. Meskipun demikian, waktu tanaman yang dianjurkan adalah akhir musim hujan.


(32)

4. Hama dan Penyakit

Tumbuhan dapat mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri atau jamur). Menurut Rahmawati (2012), hewan dapat disebut hama karena dapat mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi merusak tumbuhan dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh sebab itu, tumbuhan yang terserang penyakit umumnya bagian tubuhnya utuh akan tetapi aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian (Rahmawati, 2012).

Menurut Prasetio (2013), hama dan penyakit merupakan kendala utama bercocok tanam. Hama maupun penyakit harus ditanggulangi dengan cepat agar terhindar dari gagal panen. Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis) dan lalat penggerek daun (Lyriomiza sp.). berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditumbulkan, maka peringkat organisme pengganggu tesebut yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. Binotalis. Hama P. vitata merupakan hama utama dan hama P. xylostella


(33)

serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hama C. Binotalis perlu diwaspadai keberadaannya (Mukasan dkk, 2005).

Berikut merupakan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman sawi.

a. Hama

Menurut Rahmawati (2012), hama yang sering menyerang tanaman sawi:

1) Jangkrik

Hama ini menyerang daun, membuat daun menjadi berlubang-lubang sehingga mengganggu perkembangan dan pertumbuhan caisim.

- Indikasi: daun berlubang-lubang, jika serangan terus berlanjut maka daun akan habis.

- Pengendalian: lakukan penyemprotan dengan insektisida organik yang berupa campuran larutan minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh.

2) Burung

Hama ini menyerang benih sawi caisim yang baru mulai berkecambah.

- Indikasi: seluruh benih sawi caisim habis dimakan burung - Pengendalian: tutup benih menggunakan daun pisang atau


(34)

matahari yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.

3) Kutu Daun

Hama kutu ini menyerang daun, membuat daun menjadi layu dan mengering.

- Indikasi: tanaman layu kemudian mengering dan banyak terdapat kutu pada daun.

- Pengendalian: petik daun yang terserang hama, kemudian diberi pestisida organik yang berupa campuran minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh.

4) Ulat Daun

Hama ini menyerang daun, merupakan hama yang sangat merusak yang jika tidak ditanggulangi dengan cepat maka daun akan habis dalam waktu singkat dan tanaman kemudian akan mati. - Indikasi: daun berlubang-lubang dan lama-lama daun akan

habis.

- Pengendalian: petik daun yang sudah berlubang. Kumpulkan ulat daunnya dan musnahkan dan segera lakukan penyemprotan dengan pestisida organik.

b. Penyakit

Menurut Rahmawati (2012), penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi, sebagai berikut:


(35)

1) Daun Mozaik

Penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik. Virus mulai masuk biasanya ketika tanaman masih berupa bibit. Virus ini menyerang daun tanaman sawi.

- Indikasi: pada daun terdapat corak bergaris-garis atau belang hijau kuning.

- Pengendalian: penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obat yang efektif. Untuk menghindari penularan lebih luas maka tanaman yang terkena penyakit ini harus segera dicabut dan dibakar, dan lakukan penyulaman jika diperlukan.

2) Layu

Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar.

- Indikasi: tanaman terlihar layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanaman.

- Pengendalian: tanaman yang layu dicabut kemudian dibakar. 3) Kapang Daun

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun.

- Indikasi: seluruh permukaan daun dipenuhi spora berwarna cokelat.

- Pengendalian: tanaman disemprot secara teratur menggunakan pestisida organik.


(36)

4) Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora carotae yang menyerang daun.

- Indikasi: daun yang diserang memiliki bercak cokelat kehitaman.

- Pengendalian: lakukan penyemprotan secara teratur menggunakan pestisida organik.

B.Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversibel (tidak dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis dan pembesaran sel. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Penambahan substansi dan pertambahan banyak jumlah sel selain laju pertumbuhan tanaman dapat diukur denganberbagai cara salah satunya adalah pengukuran tinggi tanaman serta jumlah daun yang biasanya sering dilakukan (Gardner dkk, 2008).

Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi karena pertambahan ukuran yang disebabkan adanya pertambahan jumlah sel melalui proses pembelahan secara mitosis pada titik tumbuh dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pembelahan sel terutama terjadi di daerah jaringan meristem. Saat pertumbuhan, sel-sel tumbuhan mengalami perkembangan hingga terbentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda (Gardner dkk, 2008).


(37)

Menurut Gardner, dkk (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, secara luas dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik), dikelompokkan sebagai berikut:

a. Faktor Eksternal

1. Iklim: cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Fl, Cl, dan O3). Gas-gas ini seringkali merupakan polutan atmosfer (kecuali untuk tiga gas pertama) dan konsentrasinya dapat cukup tinggi untuk penghambat pertumbuhan.

2. Edafik (tanah): tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation (KTK), pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrisi.

3. Biologis: gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, macam-macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah.

b. Faktor Internal

1. Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis

2. Laju fotosintetik : proses fotosintesis menghasilkan fotosintat yang dimanfaatkan untuk proses-proses pertumbuhan yang ditandai dengan pertambahan biomassa tanaman.

3. Respirasi yang merupakan pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan (pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida) untuk menunjang proses pertumbuhan.


(38)

4. Pembagian hasil asimilasi N: Nitrogen yang telah diserap disalurkan ke bagian tubuh organisme untuk merangsang pertumbuhan akar batang dan daun.

5. Klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya yang berperan dalam proses fotosintesis.

6. Tipe dan letak meristem: masing-masing tipe dan letak meristem pada tanaman berpengaruh pada tinggi dan ukuran tanaman.

7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan merupakan kemampuan tumbuhan dalam menyimpan makanan dalam bagian tubuhnya yaitu pada akar, daun dan batang.

8. Aktivitas enzim untuk mengontrol reaksi kimia.

9. Pengaruh langsung gen (misalnya heterosis, epistasis) yang berperan dalam proses sintesis protein.

10. Diferensiasi: berhubungan dengan proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan yang lebih kompleks.

C.Rebung Bambu

Rebung disebut juga trubus bambu atau tunas bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizoma maupun buku-bukunya. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya yang pahit (Kencana dkk, 2012).


(39)

Menurut Kencana dkk (2012), rebung bambu dapat dipanen setelah rumpunnya berumur 3 tahun. Panen dilakukan 2 kali dalam seminggu pada saat musim hujan dan dipanen 3 hari setelah ujung rebung muncul di atas permukaan tanah atau rebung mencapai tinggi 30-50 cm.

Setiap ujung rebung memiliki bagian seperti ujung daun bambu tetapi warnanya coklat. Tunas bambu muda yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan adalah yang baru berusia kurang dari dua bulan. Lebih dari itu, tunas sudah mengeras dan menjadi bambu. Rebung biasanya muncul di lapisan bawah dari rumpun bambu dan berupa kerucut yang berlapis-lapis. Meskipun semua bambu menghasilkan rebung, akan tetapi tidak semua bambu menghasilkan rebung yang enak untuk dikonsumsi. Semua rebung bambu mengandung HCN (asam sianida) yang merupakan senyawa beracun dengan tingkat beragam. Rebung bambu yang memiliki kandungan HCN yang tinggi, selain rasanya pahit, juga tidak aman untuk dikonsumsi. Rebung bambu yang mengandung HCN dibawah ambang bahaya dapat dimakan sebagai sayuran atau campuran bahan makanan lain. Bambu yang menghasilkan rebung dengan kandungan HCN rendah dan dapat dimakan tidak sampai 10% dari seluruh spesies yang ada. Bambu yang menghasilkan rebung dengan kandungan HCN rendah dan enak untuk dikonsumsi diantaranya adalah bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu temen (Gigantochloa verticillata), bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata) dan bambu hijau (Bambusa aldhami) (Andoko, 2003).

Menurut Andoko (2003), kandungan senyawa utama di dalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 85,63 %. Di samping itu, rebung mengandung


(40)

protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor, besi dan kalium.

Tabel 2.2 Kandungan dalam 100 gram rebung bambu

Kandungan Jumlah

Air 85,63 g

Protein 2,50 g

Lemak 0,20 g

Glukosa 2 g

Serat 9,10 g

Fosfor 50 mg

Kalsium 28 mg

Kalium 553 mg

Vitamin A 0,10 mg

Vitamin B1 1,74 mg

Vitamin B2 0,08 mg

Vitamin C 7 mg

D. Mikroorganisme Lokal (MOL) Rebung Bambu

Mikroorganisme lokal adalah sekelompok mikroorganisme yang aktif dan berada di suatu tempat, yang didapat dari tanaman atau bagian tanaman. Larutan mikroorganisme lokal adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme yang berada di tempat tersebut. Bahan-bahan tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (fitohormon) seperti giberelin, sitokinin, auksin, dan inhibitor (Lindung, 2015). Untuk membuat larutan MOL sebenarnya hanya dibutuhkan 3 bahan utama:


(41)

1. Karbohidrat

Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Penyedia karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dan lain-lain.

2. Glukosa

Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dan lain-lain.

3. Sumber Bakteri

Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja. Biasanya dalam larutan MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme di antaranya Rhizobium sp, Azospirillum sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut fosfat (Lindung, 2015).

Menurut Maspary (2012), MOL rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL rebung bambu juga mangandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum.


(42)

E.Pupuk NPK

Tanaman sawi caisim membutuhkan hara esensial untuk dapat hidup dan berproduksi optimal. Adapun unsur hara esensial tersebut adalah unsur hara makro seperti nitrogen, Fosfat dan kalium yang didapat dari pupuk majemuk NPK (Lingga, 2003). Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur nitrogen 15% dalam bentuk NH3, fosfor dalam bentuk P2O5, dan kalium 15% dalam bentuk K2O.

1. Nitrogen

Menurut Sutedjo (2008), nitrogen merupakan unsur hara utama dalam pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman. Transformasi nitrogen sangat kompleks. Lebih dari 98% unsur N di dalam tanah tidak tersedia untuk tanaman akibat terakumulasi di dalam bahan organik atau terjerat dalam mineral. Pemenuhan kebutuhan unsur N melalui pupuk kandang sangat diperlukan karena unsur ini merupakan unsur paling banyak hilang setelah pemanenan. Secara umum fungsi unsur nitrogen sebagai berikut:

a. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun. b. Membuat daun lebih tampak hijau karena nitrogen c. Meningkatkan butir-butir hijau daun

d. Memperbanyak anakan


(43)

Akibat yang biasanya terjadi jika kekurangan unsur nitrogen antara lain: a. Pertumbuhan kerdil

b. Daun kecil dan berwarna pucat

c. Daun bagian bawah mudah kering/ mati d. Hasil panen rendah

2. Fosfat

Fungsi unsur fosfat menurut Lingga (2013), adalah sebagai berikut: a. Memperpanjang akar sehingga batang kuat

b. Mempercepat pemasakan buah

c. Memperbaiki mutu dan jumlah hasil panen

Akibat yang biasa terjadi jika kekurangan unsur fosfat antara lain: a. Tanaman kerdil

b. Daun bagian tepi dan ujung berwarna keunguan c. Buah lambat masak dan biji kurang berisi d. Buah salah bentuk dan kualitas turun 3. Kalium

Menurut Lingga (2003), fungsi kailum antara lain: a. Memperbaiki pertumbuhan tanaman b. Meningkatkan ketahanan serangan hama c. Memperbaiku mutu hasil panen


(44)

Kekurangan kalium berakibat:

a. Pinggi daun bintik-bintik putih kemerahan

b. Daun mengkerut/ melengkung dan berwarna kekuningan, merah c. Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah

d. Buah kecil sering ada bercak luka dan kualitas menurun

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi MOL rebung bambu terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kailan pada tanah gambut oleh Fauzi dkk (2013). Terdiri dari 6 perlakuan, 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 sampel tanaman. Adapun perlakuan sebagai berikut: (M0) tanpa MOL rebung bambu, (M1) MOL rebung bambu konsentrasi 1 ml/L air, (M2) MOL rebung bambu konsentrasi 5ml/L air, (M3) MOL rebung bambu konsentrasi 10 ml/L air, (M4) MOL rebung bambu konsentrasi 15 ml/L air, (M5) MOL rebung bambu konsentrasi 20 ml/L air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi MOL rebung bambu berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kailan pada tanah gambut. Pemberian MOL rebung bambu yang paling efektif untuk pertumbuhan tanaman kailan adalah konsentrasi 10 ml/L air.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin dkk (2011), mengenai pengaruh berbagai macam mikroorganisme lokal terhadap pertumbuhan dan hasil terung pada tanah alluvial. Perlakuan yang diberikan terdiri dari 6


(45)

perlakuan, setiap perlakuan terdiri 4 ulangan setiap ulangan terdiri dari 3 sampel. Adapun perlakuan sebagai berikut: mol bonggol pisang (p1), mol buah-buhan (p2), mol sayur-sayuran (p3), mol rebung (p4), mol maja (p5), mol nasi (p6). Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah cabang produktif (cabang), diameter buah (cm), panjang buah (cm), jumlah buah per tanaman (buah), berat buah per tanaman (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mol bonggol pisang, mol buah-buahan, mol sayur-sayuran, mol rebung, mol maja, mol nasi, berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sridjono dan Supari (2012) mengenai pengaruh konsentrasi larutan MOL (berbahan dasar keong mas, rebung bambu dan bonggol pisang) dan asap cair terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman padi (Oryza sativa L.). perlakuan yang diberikan adlah perlakuan tanpa MOL (M0), MOL dengan konsentrasi 10 cc/L air (M1), MOL dengan konsentrasi20 cc/L air (M2), MOL dengan konsentrasi 30 cc/L air (M3), tanpa pemberian asap cair (L0), asap cair dengan konsentrasi 15 cc/L air (L1), asap cair dengan konsentrasi 25 cc/L air (L2), asap cair dengan konsentrasi 35 cc/L air (L3). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tersebut meningkatkan parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, berat brangkasan, meningkatkan panjang malai, berat gabah, jumlah butir isi dan berat 100 butir padi. Hasil perlakuan yang terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan M2L1 yakni MOL dengan konsentrasu 20 cc/L air dengan kombinasi asap cair dengan


(46)

konsentrasi 15 cc/L air memberikan hasil yang terbaik pada berat gabah kering tertinggi (37,593/rumpun).

G.Kerangka Berpikir

Larutan mikroorganisme lokal (MOL) merupakan cairan yang terbuat dari bahan organik alami. Bahan-bahan organik tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (fotohormon) seperti giberelin, sitokinin, auksin dan inhibitor.

Rebung bambu dapat dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan MOL karena di dalam rebung bambu terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu unsur hara makro dan mikro. Dalam rebung terdapat unsur hara makro berupa Protein 2,5 gram, Kalium (K) 553 mg, Kalsium (ca) 28 mg, Fosfor (P) 50 mg, sedangkan unsur hara mikro dalam rebung yaitu Besi (Fe) sebanyak 7 mg.

Larutan MOL rebung mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum.

H.Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian MOL dari rebung bambu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim.


(47)

2. Konsentrasi MOL dari rebung bambu yang akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim adalah konsentrasi 1% atau lebih.


(48)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental yaitu berupa percobaan dengan menggunakan beberapa perlakuan pemberian larutan MOL pada tanaman sawi caisim untuk mengetahui apakah perlakuan tersebut memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim, terdapat 3 variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel terkontrol.

1. Variabel bebas dalam penelitin ini yaitu pemberian larutan MOL dari rebung bambu dengan 3 konsentrasi yaitu 1%, 5% dan 10%.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi caisim meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering. 3. Variabel terkontrol meliputi volume cairan yang digunakan untuk

penyiraman adalah 200 ml untuk setiap tanaman, umur dan ukuran bibit, waktu dan frekuensi penyiraman dan suhu.

B.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan di Kebun Anggur Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(49)

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yang dilaksanakan dari bulan Oktober sampai bulan November 2015.

C.Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bibit sawi

2. Rebung bambu 3. Air cucian beras 4. Gula merah 5. Ember plastik 6. Plastik lembaran 7. Tanah

8. Pupuk kandang 9. Air

10.Penggaris/ meteran 11.Polybag

12.Timbanagn 13.Embrat 14.Sekop

15.Botol mineral besar 16.Selang

17.Kertas label

18.Tempat pembenihan 19.Alat tulis

20.Kamera 21.Isolasi


(50)

31

D.Cara Kerja

- Persiapan media tanam:

a) Media tanaman yang digunakan merupakan media dengan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.

b)Tanah yang digunakan adalah tanah biasa dengan struktur remah dan mempunyai pH 6-7.

c) Pupuk diberikan dengan cara disebar merata.

d)Tanah yang telah dicampur dengan pupuk didiamkan selama seminggu agar tercampur dengan sempurna.

e) Setelah itu media yang sudah didiamkan selama seminggu dimasukkan ke dalam polybag.

f) Polybag yang digunakan adalah polybag yang berlubang kecil di samping bawah dengan jumlah lubang sekitar 12-14 buah.

g)Polybag diisi dengan tanah yang telah disiapkan hingga 5 cm dari permukaan polybag.

h)Setelah itu media siap ditanami dan diberi label atau keterangan sesuai dengan perlakuan yang digunakan.

- Persiapan bibit meliputi:

a) Biji sawi disemai terlebih dahulu sebelum ditanam.

b)Diperlukan wadah semai yang berfungsi sebagai tempat untuk menyemai benih.

c) Pada wadah semai yang telah diisi media tanam dibuat lubang dengan jari telunjuk sedalam 0,5-1 cm dengan jarak 5x5 cm.


(51)

d)Tiap lubang diisi dengan 1 benih, kemudian lubang ditutup tipis dengan tanah.

e) Semaian disiram setiap pagi dan sore dengan menggunakan embrat. f) Bibit sawi caisim yang digunakan adalah bibit yang telah berumur 1

minggu dengan ukuran bibit yang sama.

a. Penanaman

Tahapan penanaman bibit sawi caisim adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan bibit yang akan ditanam dalam polybag yang berisi media tanam yaitu berupa campuran tanah dan pupuk kandang. 2. Dibuat lubang tanam dalam polybag.

3. Bibit tanaman sawi caisim dikeluarkan dari media tumbuh sebelumnya dengan hati-hati dan disiram terlebih dahulu sebelum ditanam,

4. Bibit sawi caisim dimasukkan ke dalam polybag dengan kedalam 1 cm. Kemudian lubang ditutup dengan tanah sekitar serta agak ditekan sedikit.

b. Pembuatan Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Rebung Bambu

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan mikroorganisme lokal (MOL) dari rebung bambu yaitu rebung bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata) sebanyak 6 kg, 10 liter air cucian


(52)

beras yang didapat dari 2,5 kg beras dengan 1 kali pencucian, 300 gram gula merah, 1 buah ember plastik, selang, botol dan isolasi. 300 gram Menurut Suwahyono (2014), cara pembuatan larutan MOL dari rebung bambu adalah sebagai berikut:

1. Rebung bambu ditumbuk atau diiris tipis, lalu dimasukkan ke dalam ember plastik.

2. Direndam dalam 10 liter air cucian beras.

3. Ditambahkan 300 gram gula merah kemudian diaduk rata.

4. Mulut ember ditutup dengan plasrik yang telah dilubangi sebagai tempat ujung selang

5. Ujung selang direkatkan dengan lubang pada plastik menggunakan isolasi lalu ujung selang yang satu dihubungkan dengan botol yang berisi air untuk menjaga tekanan udara.

6. Dilakukan fermentasi selama 15 hari sampai tercium bau tape. Setelah 15 hari, larutan MOL siap digunakan dengan cara mencampurkan larutan MOL dengan air dengan perbandinga 1 liter MOL : 15 liter air tanpa kaporit untuk menghindari mikroorganisme mati.


(53)

c. Pembuatan Konsentrasi Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Rebung Bambu

Kelompok yang diberkan perlakuan berjumlah 3 dengan masing-masing 7 pengulangan dan 3 cadangan. Volume larutan yang diberikan pada masing-masing tanaman adalah 200 ml. Untuk setiap perlakuan memerlukan 2,1 liter larutan. Perbandingan umum dalam penggunaan MOL menurut Anonim (2012), adalah 1 liter MOL : 15 liter air, artinya dalam 15 liter air dimasukkan 1 liter larutan MOL. Perbandingan tersebut digunakan sebagai patokan normal untuk membuat konsentrasi. Dalam penelitian ini menggunakan perbandingan yang lebih kecil dari 1 liter Mol : 15 liter air, takaran normal untuk setiap kelompok penelitian ini adalah 140 ml MOL : 2,1 liter air. Hal ini menjelaskan bahwa 140 ml MOL merupakan takaran minimum penggunaan MOL dari rebung bambu terhadap pertumbuhan sawi caisim. Dalam penelitian ini akan menggunakan 3 konsentrasi yaitu 1%, 5% dan 10 %. Maka perhitungan untuk pembuatan larutannya adalah sebagai berikut:

A = 1%  21 ml MOL + 2079 ml air B = 5%  105 ml MOL + 1995 ml air C = 10%  210 ml MOL + 1890 ml air


(54)

d. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan yaitu penyiraman dengan larutan MOL dilakukan 1 minggu setelah masa tanam atau 1 minggu setelah tanaman sawi caisim dipindahkan ke dalam polybag. Terdapat 3 perlakuan dalam penelitian ini ditambah dengan 2 kontrol, yaitu:

Kontrol Negatif : Penyiraman dengan air Kontrol Positif : Penyiraman dengan NPK

P1 : Perlakuan pertama dengan diberi larutan A P2 : Perlakuan pertama dengan diberi larutan B P3 : Perlakuan pertama dengan diberi larutan C Penyiraman larutan MOL dan NPK dilakukan 1 kali dalam seminggu, tanaman disiram dengan air biasa pada pagi dan sore hari jika tidak diberikan MOL atau NPK.

e. Pengamatan

1. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan parameter pengamatan yaitu tinggi batang (cm), jumlah daun (helai), dan setelah panen ditimbang berat basah dan berat keringnya.

2. Pengukuran tinggi batang tanaman sawi caisim dilakukan dengan cara mengukur tinggi batang utama dari pangkal batang hingga ujung tanaman dengan menggunakan penggaris.


(55)

3. Pengukuran jumlah daun tanaman sawi dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara menghitung jumlah daun utama yang ada dalam satu pohon tanaman sawi caisim.

4. Pengukuran berat basah dilakukan setelah panen, tanaman langsung ditimbang untuk mendapatkan berat basah yang akurat. 5. Pengukuran berat kering dilakukan setelah tanaman dikeringkan di

bawah sinar matahari dan dioven selama 48 jam dalam suhu 400C dengan cara menimbang berat kering tanaman sawi menggunakan timbangan.

6. Dilakukan pendokumentasian setiap kali pengamatan sebagai bukti dari pertumbuhan tanaman sawi tersebut.

E.Metode Analisi Data

Kuantitatif: Uji Anova independen

Kualitatif: deskrifptif analitis berdasarkan hasil pengujian secara kuantitatif Data hasil pengamatan kondisi tanaman untuk setiap aspek (tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering) dimasukkan pada tabel seperti di bawah ini:

Tabel 3.1 Pengujian statistik (a)

Kelompok A B C D A2 B2 C2 D2

ΣXi (ΣXi)2


(56)

Rumus statistik ditemukan oleh Ronald A. Sehingga disebut statistik F (Suparno, 2011), rumus uji Anova independen sebagai berikut:

Ho : µ1=µ2=µ3 Hi : non Ho

Fobservasi=

MeanSquare =

MSbetween =

MSwithin =

SStotal= Σx2–

SSbetween = + + ... - SStotal = SSbetween + SSwithin

Untuk menghitung kebebasan, menggunakan rumus: Df untuk SSbetween = (K-1)

Df untuk SSwithin = (N- K) Df untuk SStotal = N- 1

K= jumlah kelompok treatment N= jumlah seluruh sampel

Selanjutnya dapat dibuat tabel yang menunjukkan hubungan angja-angka tersebut yaitu:


(57)

Tabel 3.2 Pengujiam statistik (b) Sumber

Variasi

SS Df MS=SS/df F=Msbet/MSwit Between

Within Total

Setelah numerator atau Df between dan denumerator atau Df within ditemukan, maka cocokkan pada gambar tabel nilai kritikal untuk α = .05 untuk mencari untuk Fkritikal. Jika Fobservasi> Fkritikal maka signifikan. Maka Ho ditolak, dan Hi diterima.

Pada penelitian ini menggunakan uji statistik, yang meliputi uji Normalitas menggunakan Kolmogrov-svirnov, uji Homogenitas, uji Anova dan uji Post Hoc menggunakan uji Bonfferoni. Uji Normalitas bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0= Data berasal dari sampel yang berdistribusi normal Hi= Data berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal Dengan pengambilan keputusan:

a. Jika signifikan > 0.05 maka H0 diterima b. Jika signifikan < 0.05 maka H0 ditolak

Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen) dan dapat diterima. Interpretasi dilakukan dengan memilik salah satu statistik, yaitu yang berdasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 = Variansi populasi adalah sama Hi = Variansi populasi adalah tidak sama


(58)

Dengan pengambilamn keputusan:

c. Jika signifikan > 0.05 maka H0 diterima d. Jika signifikan < 0.05 maka H0 ditolak

Uji Anova bertujuan untuk menguji apakah perlakuan mempunyai rata-rata yang sama. Adapun hipotesisnya adalah:

H0 = tidak ada perbedaan rata-rata perlakuan Hi = ada perbedaan rata-rata perlakuan

Untuk mementukan H0 atau Hi yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikan atau probabilitas > 0.05 maka H0 diterima b. Jika signifikan atau probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak

Uji Bonfferoni bertujuan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda. Dalam hal ini kelompok mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data mentah hasil pengamatan yang terdiri dari tinggi batang, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi caisim. Pengumpulan data hasil pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


(59)

Tabel 3.3 Data Penelitian Tinggi Batang dan Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim

Hari, Tanggal : Waktu :

Tanaman Tinggi Batang (cm) Jumlah Daun Kontrol 1

2 Dst

NPK 1

2 Dst MOL 1% 1

2 Dst MOL 5% 1

2 Dst MOL 10% 1

2 Dst

Tabel 3.4 Data Penelitian Berat Tanaman Sawi Caisim Hari, Tanggal :

Waktu :

Tanaman Berat Basah (gram) Berat Kering (gram) Kontrol 1

2 Dst

NPK 1

2 Dst MOL 1% 1

2 Dst MOL 5% 1

2 Dst MOL 10% 1

2 Dst


(60)

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian larutan MOL dari rebung

bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brasicca juncea L.) dengan

parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi batang, jumlah daun, berat

basah dan berat kering tanaman sawi adalah sebagai berikut:

1. Tinggi Batang Tanaman Sawi Caisim

Pengukuran pada tinggi batang tanaman sawi caisim dilakukan setiap 3 hari sekali, yaitu dimulai pada tanggal 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 Oktober dan 2 serta 5 November 2015. Pengukuran pada tinggi tanaman sawi caisim dilakukan saat sawi berumur 14 hari hingga panen menggunakan mistar. Berikut ini merupakan tabel pertambahan tinggi batang tanaman sawi caisim:

Tabel 4.1 Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Sawi Caisim Tanggal

Rata-rata tinggi batang tanaman sawi caisim

Air NPK MOL

1%

MOL 5%

MOL 10%

12 September 0,85 1,14 1,1 1,25 1,24

15 September 1,22 1,71 1,62 1,91 1,64

18 September 1,37 1,8 1,9 2,34 1,87

21 September 1,85 2,08 2,38 2,6 2,22

24 September 1,98 2,15 2,61 2,78 2,41 27 September 2,11 2,25 2,78 2,95 2,62

30 September 2,27 2,3 3,04 3,17 2,9

2 November 2,42 2,55 3,32 3,52 3,08

5 November 2,6 2,84 3,55 3,82 3,62

Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi batang sawi caisim yang tertinggi dilihat pada hari terakhir pengamatan yaitu pada tanggal


(61)

5 November terdapat pada perlakuan larutan MOL 5% dengan rata-rata 3,82 cm sedangkan tinggi batang tanaman yang terendah terdapat pada kontrol negatif (air) yaitu 2,6 cm. Berikut adalah grafik tinggi batang tanaman sawi caisim.

Gambar 4.1 Tinggi Batang Tanaman Sawi caisim

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tinggi batang tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5% yaitu 3,82 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif yaitu 2,6 cm. Secara keseluruhan, berdasarkan grafik di atas tanaman sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5% memiliki tinggi batang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tinggi batang pada perlakuan lain. Secara berurutan tinggi tanaman dari tanaman yang mempunyai batang paling tinggi ke tanaman yang memiliki batang yang paling rendah yaitu perlakuan larutan MOL rebung bambu 5%, larutan MOL rebung

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 T in g g i B a ta n g ( cm ) Waktu Pengukuran

Grafik Tinggi Batang Tanaman Sawi

Caisim

Air NPK

MOL Rebung 1% MOL Rebung 5% MOL Rebung 10%


(62)

bambu 1%, larutan MOL rebung bambu 10%, NPK dan terakhir adalah dengan menggunakan air biasa.

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji Normalitas menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikansi > 0.05, dimana pada kontrol negatif (air) memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada NPK memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 1% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.075 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 5% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal, dan perlakuan larutan MOL 10% nilai ρ value (sig) = 0,109 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen) dan dapat diterima.

Berdasarkan pada hasil yang diperoleh melalui test of homogenity of variances, dimana hasil probabilitas atau signifikannya adalah 0.301 yang


(63)

berarti lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima varians populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. Setelah kelima perlakuan terbukti sama, maka dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama.

Berdasarkan hasil yang diperolah pada uji Anova nilai probabilitas atau signifikan = 0.031 < 0.05, jadi hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata tinggi batang dengan menggunakan kelompok yang berbeda. Kontrol negatif (air), NPK, larutan MOL 1 %, larutan MOL 5% dan larutan MOL 10 % mempunyai pengaruh terhadap tinggi batang tanaman sawi caisim.

Setelah uji anova maka dilakukan uji Bonfferoni yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda, atau dalam hal ini, perlakuan mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tinggi batang tanaman sawi. Berdasarkan hasil dari uji Bonfferoni dapat disimpulkan bahwa kelompok yang paling baik untuk meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah menggunakan larutan MOL 5%. Sedangkan kelompok yang kurang baik dalam meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah air biasa. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan tinggi batang tanaman sawi caisim, yaitu perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5%, larutan MOL 1%, larutan MOL 10%, NPK dan air.

Tinggi merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan bahwa telah terjadi pembelahan


(64)

dan pembesaran sel. Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik. Pada sawi caisim, tinggi tanaman mencerminkan panjang batang yang beruas dan berbuku sehingga juga mencerminkan kuantitas daun.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan tinggi batang tanaman sawi adalah perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5%. Tinggi batang pada pemberian MOL dengan konsentrasi 5% memperlihatkan bahwa kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim terpenuhi. Pada konsentrasi 5 %, ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) telah memenuhi komposisi yang seimbang. Menurut Rahardi (2007), komposisi dan kadar unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Rendahnya tinggi batang pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 1 % dan pada perlakuan air disebabkan oleh kekurangan hara pada media tanam. Rendahnya tinggi batang pada tanaman sawi caisim dengan pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 10 % disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan. Rendahnya tingi batang pada tanaman sawi caisim dengan perlakuan NPK disebabkan karena unsur hara yang tersedia jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5%, 1% dan 10%. Pemberian pupuk NPK dalam penelitian ini menggunakan 1 sendok pupuk NPK dan ditambah 2 liter air. Unsur hara N, P dan K yang terkandung di dalam pupuk kimia tersebut


(65)

merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan. Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang memiliki kaitan dengan unsur hara N, P dan K.

Menurut Lakitan (2002), Nitrogen merupakan salah satu unsur pembentuk klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang dibutuhkan sebagai absorben cahaya matahari yang digunakan dalam proses fotosintesis. Apabila N meningkat maka klorofil juga meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan dan diakumulasikan ke pertumbuhan tinggi tanaman juga meningkat. Gardner dkk (2008) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman terjadi karena pembelahan sel, peningkatan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP. P merupakan unsur yang dibutuhkan dalam pembentukan ATP tersebut. selanjutnya Salisbury dan Ross (2005), menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam membuka dan menutupnya stomata serta berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang terlibat di dalam sintesis protein dan karbohidrat. Apabila K meningkat maka karbohidrat juga meningkat sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Sehingga dalam hal ini, unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman sawi caisim untuk pertambahan tinggi tanaman sawi kandungannya berlebihan, melalui pemberian pupuk NPK yang unsur haranya melebihi jumlah yang seharusnya dibutuhkan oleh tanaman sawi sehingga pertumbuhan tinggi tanaman sawi tidak dapat berlangsung secara optimal.

Menurut Maspary (2012), larutan MOL rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang


(66)

pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillium. Bakteri Azotobacter dan Azospirillum merupakan bakteri yang dapat menambat nitrogen.

Menurut Dewi (2008), giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Berdasarkan pengaruh pemberian larutan MOL rebung bambu 5% dengan hasil tinggi tanaman yang paling baik, disebabkan karena aktivitas giberelin yang memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim. Pada kondisi ini, keberadaan mikroorganisme lokal yang tersedia di dalam tanah dengan konsentrasi di bawah 5% belum mampu memenuhi ketersedian unsur hara serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi di atas 5% menjadikan jumlah mikroorganisme melimpah sehingga aktivitas meneralisasi atau pengendapan mineral menjadi sangat maksimal, akibatnya tanaman mengalami kelebihan ketersediaan unsur hara serta ZPT sehingga pertumbuhannya menjadi tidak optimal.

2. Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim

Pengukuran pada jumlah daun tanaman sawi caisim dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi batang yaitu dilakukan setiap 3 hari sekali, dimulai


(67)

pada tanggal 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 Oktober dan 2 serta 5 November 2015. Pengukuran pada tinggi tanaman sawi caisim dilakukan saat sawi berumur 14 hari hingga panen. Berikut merupakan tabel pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim:

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim Tanggal Rata-rata Jumlah daun tanaman sawi caisim

Air NPK MOL

1%

MOL 5%

MOL 10% 12 September 4,43 4,86 4,57 4,71 4,71

15 September 5,14 5,43 5,5 5,71 5,85

18 September 5,71 6 6,14 6,71 6,42

21 September 6 5,43 6,57 7 6,28

24 September 6,57 6,14 6,42 7,14 6,57 27 September 7,28 7,28 7,57 8,14 7,28 30 September 8,71 9,57 8,85 10,14 10 2 November 9,14 10,14 11,28 12,42 12,14 5 November 11,42 13,42 12,85 14,14 13,71

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun yang paling tinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu 5% sedangkan pertambahan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada control negatif (air). Pada perlakuan kontrol pada pengamatan tanggal 21 September, rata-rata jumlah daun mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena banyak daun yang layu karena terserang hama. Pada perlakuan larutan MOL 10 % terjadi penurunan rata-rata jumlah daun pada tanggal 21 september hal ini disebabkan karena hama yang menyebabkan penurunan jumlah daun tanaman sawi caisim. Pertambahan jumlah daun berdasarkan rata-rata jumlah daun ≤ 2 helai daun dalam setiap pengamatan. Berikut adalah grafik jumlah daun tanaman sawi caisim.


(68)

Gambar 4.2 Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa tanaman sawi caisim yang memiliki jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu 5% bila dibandingkan dengan jumlah daun pada kelompok lainnya. Secara berurutan jumlah daun paling banyak sampai jumlah daun yang paling sedikit adalah sebagai berikut, perlakuan larutan MOL rebung bambu 5%, larutan MOL rebung bambu 10%, NPK, larutan MOL rebung bambu 1% dan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada kontrol negatif (air). Jika dilihat pada grafik di atas, menunjukkan bahwa perbedaan jumlah daun pada masing-masing kelompok tidak berbeda nyata.

Sebelum dilakukan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Berdasarkan uji Normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dibuktikan dengan taraf signifikan > 0.05.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

J

um

la

h

Da

un

(

hela

i)

Waktu Pengukuran

Grafik Jumlah Daun Tanaman Sawi

Caisim

Air NPK

MOL Rebung 1% MOL Rebung 5% MOL Rebung 10%


(69)

Dimana pada kontrol negatif diperoleh nilai ρ value (sig) = 0.200 > sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada NPK memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05, sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 1% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.150 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 5% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan larutan MOL 10% memiliki nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji Normalitas, maka uji Homogenitas juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen) dan dapat diterima, maka dilakukan Test of Homogenity of Variances.

Berdasarkan perhitungan melalui uji Homogenitas diperoleh hasil bahwa pengujian dengan statistik Based on Mean diperoleh signifikansi = 0.197 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. Dengan demikian data pada penelitian ini adalah homogen. Setelah kelima perlakuan terbukti sama, maka dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama.


(70)

Berdasarkan hasil yang diperolah pada uji Anova, dimana nilai probabilitas atau signifikan = 0.224 > 0.05 sehingga hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari rata-rata antara kelima kelompok terhadap jumlah daun tanaman sawi caisim.

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung banyaknya jumlah daun utama setiap tanaman. Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak. Tanaman sawi caisim hampir pada seluruh perlakuan terserang hama yang berupa jangkrik, ulat daun, ulat titik tumbuh dan kumbang daun (lampiran 1). Jangkrik dan kumbang daun menyerang daun, membuat daun berlubang sehingga mengganggu perkembangan dan pertumbuhan caisim. Jika serangan terus berlanjut maka daun akan habis. Ulat daun merupakan ulat yang menyerang daun memiliki ciri-ciri yaitu daun banyak yang berlubang dengan jarak antar lubang yang sanngat dekat dan menggerombol. Ulat titik tumbuh ini menyerang tanaman sawi caisim pada hampir semua tanaman dengan ciri-ciri daun bagian dalam yang terlindungi oleh bagian luar rusak dan kelihatan bekas gigitan, dari luar tanaman masih terlihat baik, tetapi setelah diperiksa ternyata bagian dalam daun sudah rusak.

Keberadaan hama tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan dapat menurunkan produktivitas tanaman sehingga perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara mekanik dan


(1)

LEMBAR KERJA SISWA 1

Judul: Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

A.Tujuan

1. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan B.Alat dan Bahan

Alat tulis dan buku biologi kelas XII

C.Cara Kerja

1. Bentuklah kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 orang siswa

2. Cermati pertanyaan yang diberikan dan diskusikan bersama anggota kelompokmu

3. Presentasikan hasil diskusimu di depan kelas!

D.Pertanyaan

1. Jelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan!

2. Sebutkan minimal 3 contoh dari pertumbuhan dan perkembangan! 3. Sebutkan dan jelaskan fase-fase pada pertumbuhan!


(2)

KUNCI JAWABAN LKS 1 1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan:

- Pertumbuhan adalah perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya yang bersifat irreversibel (Tidak dapat kembali seperti semula). Pertumbuhan meliputi bertambah besar dan bertambah banyaknya sel-sel pada jaringan.

- Perkembangan adalah suatu perubahan kualitatif yang melibatkan perubahan struktur fungsi yang lebih kompleks

2. Contoh pertumbuhan dan perkembangan:

- Pertumbuhan: tinggi batang, diameter batang, jumlah daun, lebar daun. - Perkembangan: munculnya tunas, tunas daun, munculnya bunga dan

buah.

3.Ada 4 fase dalam pertumbuhan yaitu:

- Fase awal, pada fase ini pertumbuhan berlangsung lamban pada tumbuhan - Fase log merupakan pertumbuhan yang maksimum pada tumbuhan dan

terjadi pertumbuhan yang sangat cepat

- Fase perlambatan, pada fase ini tumbuhan mengalami pertumbuhan yang berlangsung secara lamban


(3)

LEMBAR KERJA SISWA 2

Judul: Pengaruh Faktor Luar Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

A.Tujuan

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

B.Alat dan Bahan 1. Bibit sawi

2. Larutan MOL rebung bambu 3. NPK

4. Polybag 5. Tanah 6. Air 7. Alat Tulis


(4)

C.Cara Kerja

1. Buatlah kelompok yang beranggotakan 5 orang siswa

2. Rancanglah sebuah eksperimen yang bertemakan “pengaruh pemberian

MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi”

3. Tentukan rumusan masalah, hipotesis, cara kerja dan hasil pengamatan. 4. Lakukan percobaan dengan perlakuan sebagai berikut:

- Kelompok 1:MOL rebung 5% - Kelompok 2: MOL rebung 10% - Kelompok 3: MOL rebung 15%

- Kelompok 4: NPK - Kelompok 5: air


(5)

5. Larutan MOL rebung bambu yang sudah jadi diencerkan dengan perbandingan 1:15 dan dapat langsung diaplikasikan pada tanaman.

6. Lakukanlah pengamatan pada tinggi batang dan jumlah daun tanaman sawi selama 7 hari

7. Catatlah data hasil pengamatan pada tabel pengamatan

8. Buatlah laporan tertulis berdasarkan data hasil pengamatan masing-masing kelompok berdasarkan format yang telah ditentukan!

D.Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan pertumbuhan tanaman sawi:

Tanaman Ke- Tinggi Batang Jumlah Daun 1

2 Dst

E.Pertanyaan

1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, perlakuan mana yang menunjukkan hasil pertumbuhan yang paling baik? Mengapa?

2. Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman tersebut? Sebutkan!

3. Jelaskan bagaimana faktor tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman?


(6)

Contoh Format Laporan: A. Acara Praktikum B. Rumusan Masalah C. Tujuan

D. Hipotesis

E. Alat, Bahan dan Cara Kerja F. Hasil Pengamatan

G. Pembahasan H. Kesimpulan I. Daftar Pustaka