D. Bahan Penelitian
Bahan  yang digunakan dalam penelitian ini adalah  buah tomat diperoleh dari LotteMart, Depok, Sleman, etil asetat teknis, talkum, asam stearat kualitas
farmasetis,  PEG  6000  kualitas  farmasetis,  nipagin  kualitas  farmasetis, trietanolamin kualitas farmasetis, propilenglikol kualitas farmasetis, Tween 80
kualitas farmasetis, aquadest, dan telur ayam usia 10 hari.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur Iwaki TE-32 Pirex®  Japan,  bekker  glass  Iwaki  TE-32  Pirex®  Japan,  cawan  porselen,
pengaduk,  vaccum  rotary  evaporator,  gunting,  mixer  Modifikasi  USD, timbangan  analitik  Mettler  Toledo  GB  3002,  pipet  tetes,  penangas  air
waterbath, termometer, mikroskop Olympus CH2-Japan,  kertas pH universal, alat uji daya sebar modifikasi USD, Viscotester
seri VT 04 Rion™-Japan, dan perangkat lunak R-2.14.1.
F. Tata Cara Penelitian 1. Formula krim ekstrak tomat
Formula  yang  dipilih  sebagai  dasar  pembuatan  krim  esktrak  tomat menurut  Formularium  Medicamentorum  Selectum  oleh  Ikatan  Sarjana  Farmasi
Indonesia 1971 memiliki komposisi formula sebagai berikut : R
Asam stearat 14,2   g
Trietanolamin 1        g
Gliserol 10      g
Boraks 0,25
g Nipagin
0,1 g
Nipasol 0,05
g Aquadest
ad 100
ml Pada  penelitian  dilakukan  modifikasi  formula  untuk  100  gram  sehingga
diperoleh formula sebagai berikut: R
Asam stearat 20
g Trietanolamin
1,35 g
Nipagin 0,1
g Tween 80
5 g
PEG 6000 4
g Propilen glikol
5 g
Aquadest ad
100 ml
Optimasi  formula  dilakukan  pada  penggunaan  Tween  80  dan  PEG  6000. Untuk  Tween  80    level  rendah  sebesar  2,5  gram  dan  level  tingginya  sebesar  7,5
gram, sedangkan untuk PEG 6000 level rendah sebesar 2 gram dan level tingginya sebesar 6 gram. Masing-masing jumlah Tween 80 dan PEG 6000 yang digunakan
baik untuk level rendah maupun level tinggi dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Desain penelitian Formula
Tween 80 g
PEG 6000 g
1 2,5
2 A
7,5 2
B 2,5
6 Ab
7,5 6
Tabel III. Optimasi formula krim ekstrak tomat Komposisi
Formula g 1
a b
ab
Ekstrak kering etil asetat tomat 6
6 6
6 Asam stearat
20 20
20 20
Trietanolamin 1,35
1,35 1,35
1,35 Nipagin
0,1 0,1
0,1 0,1
Tween 80 2,5
7,5 2,5
7,5 PEG 6000
2 2
6 6
Propilen glikol 5
5 5
5 Aquadest
50 50
50 50
2. Ekstraksi buah tomat segar
Satu  kilogram  buah  tomat  segar  yang  telah  dicuci  terlebih  dahulu diblender  hingga  halus.  Buah  tomat  yang  telah  diblender  kemudian  dimasukkan
ke dalam 4 buah erlenmeyer 500 ml masing-masing 250 gram. Pelarut etil asetat ditambahkan  sebanyak  250  ml  ke  dalam  masing-masing  erlenmeyer.  Dilakukan
maserasi  dengan  cara  pendiaman  selama  7  hari  dan  dilakukan  penggoyangan berkala setiap harinya.
Setelah 7 hari, pisahkan isi erlenmeyer dari endapan dan cairannya dengan saringan.  Cairan  yang  diperoleh  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  corong  pisah
untuk  dihilangkan  fase  airnya.  Hasil  pemisahan  diuapkan  dengan  menggunakan vaccum  rotavapor
pada  tekanan  rendah  dan  suhu  tidak  lebih  dari  60
o
C  hingga terbentuk ekstrak kental.
Ekstrak  kental  yang  diperoleh  kemudian  dicampurkan  dengan  talkum ekstrak  kental:talkum  =  1:5  dan  diaduk  hingga  homogen  untuk  memperoleh
ekstrak  kering  etil  asetat  tomat.  Kemudian  ekstrak  kering  etil  asetat  tomat disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari.
3.Uji kualitatif antioksidan ekstrak tomat
Ekstrak  kental  tomat  diteteskan  pada  bagian  tengah  kertas  whattmann. Berikutnya  diteteskan  pula  larutan  DPPH
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl 0,2
pada  seluruh  kertas  whattmann.  Tunggu  beberapa  saat  dan  amati  perubahannya. Warna  ungu  pada  bagian  tengah  kertas  whattmann  akan  memudar  menunjukkan
bahwa ekstrak kental tomat memiliki aktivitas antioksidan Elya dkk, 2013.
4. Pembuatan krim ekstrak tomat
Bahan-bahan  yang  diperlukan  dalam  formulasi  ditimbang  sesuai jumlahnya  masing-masing.  Asam  stearat  dicairkan  dalam  cawan  porselen
menggunakan waterbath pada suhu kurang lebih  70
o
C. Campuran diaduk hingga larut. Pada cawan porselen yang lain, PEG 6000 dicairkan pada suhu kurang lebih
70
o
C. Propilen glikol, nipagin, TEA, dan Tween 80 ditambahkan ke dalam cairan PEG 6000 tersebut.  Campuran diaduk hingga larut. Kedua campuran fase minyak
dan fase air dari kedua cawan porselen dicampur di dalam satu wadah yang sudah dihangatkan.  Campuran  diaduk  menggunakan  mixer  hingga  homogen  dan
terbentuk  masa  krim.  Ekstrak  etil  asetat  tomat  ditambahkan  ke  dalam  krim tersebut  dan  dihomogenkan  menggunakan  mixer  selama  1  menit.  Krim
dimasukkan ke dalam kemasan.
5. Orientasi
Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah Tween 80  berturut-turut  2,5  gram,  5  gram,  7,5  gram,  10  gram,  dan  12,5  gram.  Masing-
masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setelah 48 jam.  Irisan  dari  jumlah  terkecil  dan  terbesar  Tween  80  dari  kedua  respon  yang
masih  memberikan  perubahan  yang  linear  akan  menjadi  level  rendah  dan  level tinggi pada penelitian ini.
Beberapa  macam  krim  dibuat  dengan  membuat  variasi  pada  jumlah  PEG 6000 berturut-turut 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram, dan 10 gram. Masing-masing
krim  kemudian  dilihat  respon  viskositas  dan  ukuran  dropletnya  setalah  48  jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar PEG 6000 dari kedua respon  yang masih
memberikan  perubahan  yang  linear  akan  menjadi  level  rendah  dan  level  tinggi pada penelitian ini.
6. Evaluasi sediaan krim ektrak tomat
a. Pengujian organoleptis
Uji  organoleptis  dilakukan  dengan  mengamati  bau,  warna,  dan homogentias krim ekstrak tomat 48 jam setelah pembuatan.
b. Penentuan tipe emulsi dengan metode pewarnaan.
Sejumlah  krim  dioleskan  pada  gelas  objek  dan  ditambahkan  satu  tetes methylene  blue
.  Selanjutnya  dilakukan  pengamatan  secara  mikroskopik untuk  menentukan  apakah  emulsi  dari  sediaan  krim  tersebut  bertipe  MA
atau AM. c.
Pengujian pH Sejumlah  krim  dioleskan  pada  kertas  pH  universal  dan  kemudian
ditentukan berapa pH dari krim.
d. Pengujian daya sebar
Uji  daya  sebar  dilakukan  48  jam  setelah  pembuatan  dengan  cara  krim ditimbang seberat satu gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala.
Di  atas  krim  diletakkan  kaca  bulat  lain  dan  pemberat  dengan  berat  total 125 gram, didiamkan selama satu menit, dicatat diameter penyebarannya.
e. Pengujian viskositas
Pengukuran  viskositas  menggunakan  alat  Viscotester  Rion  seri  VT  04 dengan  cara  krim  dimasukkan  dalam  wadah  dan  dipasang  pada  portable
viscotester .  Viskositas  krim  diketahui  dengan  mengamati  gerakan  jarum
penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu setelah 48 jam krim selesai  dibuat  dan  setelah  penyimpanan  selama  satu  bulan  Instruction
Manual Viscotester VT-03EVT-04.
f. Pengujian mikromeritik
Sejumlah  krim  dioleskan  pada  gelas  objek  kemudian  letakkan  pada mikroskop.  Amati  ukuran  droplet  yang  terdispersi  pada  krim.  Gunakan
perbesaran lemah untuk menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti dengan  perbesaran  kuat.  Sebelum  dilakukan  pengukuran,  terlebih  dahulu
mengkalibrasi  lensa  mikroskop.  Catat  diameter  terjauh  dari  tiap  droplet seju
mlah 500 droplet. Diameter 500 droplet dihitung rata-ratanya. g.
Pengujian iritasi Cazedey dkk, 2009. Uji  iritasi  dilakukan  dengan  metode
Hen’s  Egg  Test  Chorioallantoic Membrane
HET-CAM. Disiapkan telur ayam berusia 10 hari. Cangkang telur dikupas pada bagian kantong udara dengan hati-hati. Membran dalam
dibilas  dengan  menggunakan  larutan  NaCl  0,9  sehingga  terlihat
transparan.  Membran  dalam  telur  dikupas  dan  dipisahkan  dengan Chorioallantoic membrane
CAM dengan amat hati-hati. Dipejankan 0,3 ml larutan NaCl 0,9 pada CAM sebagai kontrol negatif. Dipejankan 0,3
ml larutan NaOH 0,1N pada CAM sebagai kontrol positif. Dipejankan 0,3 ml  krim  ekstrak  tomat  masing-masing  formula  pada  CAM  sebagai
perlakuan.  CAM  diamati  selama  5  menit  apakah  terjadi  perdarahan hemorrhage,  lisis  lysis,  dan  koagulasi  coagulation.  Kemudian
Irritation Score IS ditentukan menggunakan rumus:
IS = ....5
IS  yang  telah  ditentukan  untuk  masing-masing  kelompok  perlakuan kemudian  dicocokan  dengan  tabel  berikut  untuk  mengetahui  iritasi  dari
senyawa uji:
Tabel IV. Indeks iritasi uji HET-CAM Cazedey dkk, 2009 Irritation Score
Kategori
0-0,9 Tidak mengiritasi
1-4,9 Sedikit mengiritasi
5-8,9 Cukup mengiritasi
9-21 Sangat mengiritasi
7. Validasi
Dibuat  krim  ekstrak  tomat  dengan  komposisi  Tween  80  dan  PEG  6000 yang ada pada area optimum Tween 80 sebesar 4,5 gram dan PEG 6000 sebesar
5  gram.  Krim  ekstrak  tomat  kemudian  diukur  respon  viskositas  dan  ukuran dropletnya  pada  48  jam  setelah  pembuatan.  Hasil  data  dianalisis  dengan
menggunakan  perangkat lunak R-2.14.1.
G. Analisis Hasil
Data sifat fisis dan stabilitas krim yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari Tween 80, PEG
6000  dan  interaksinya.  Dengan  pendekatan  desain  faktorial  untuk  menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1A + b2B +
b12AB.  Dari  persamaan  ini  kemudian  dapat  dibuat  contour  plot  sifat  fisis  krim ekstrak  tomat.  Dari  masing-masing  contour  plot  digabungkan  menjadi  contour
plot superimposed untuk mengetahui area komposisi optimum Tween 80 dan PEG
6000,  terbatas  pada  level  yang  diteliti.  Analisis  data  dilakukan  dengan  bantuan perangkat lunak R-2.14.1 dengan berbagai uji statistik yang dilakukan, antara lain:
Shapiro-Wilk Test untuk mengetahui normalitas distribusi data dan
Levene’s Test untuk  mengetahui  kesamaan  varians.  Apabila  data  yang  diuji  memenuhi
persyaratan uji statistik parametrik, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA. Uji ini digunakan  untuk  mengetahui  signifikansi  dari  setiap  faktor  dan  interaksinya
dalam  mempengaruhi  respon.  Berdasarkan  analisis  statistik  ini,  maka  dapat ditentukan  ada  tidaknya  pengaruh  signifikan  dari  setiap  faktor  dan  interaksinya
terhadap  respon.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  nilai  p-value.  Namun,  apabila tidak memenuhi persyaratan uji parametrik, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-
Wallis dengan  post  hoc  Wilcoxon.  Faktor  paling  dominan  dalam  mempengaruhi
respon  viskositas  dan  ukuran  droplet  dapat  diketahui  dengan  cara  menghitung nilai efek.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Tomat
Buah  tomat  segar  yang  telah  dicuci  untuk  menghilangkan  pengotor dihaluskan  menggunakan  blender.  Tujuan  dari  proses  tersebut  adalah  untuk
memperluas luas permukaan kontak antara buah tomat dengan pelarut  yang akan digunakan.  Semakin  luas  kontak  buah  tomat  dengan  pelarut,  maka  proses
maserasi  akan  berlangsung  lebih  baik.  Tujuan  lain  dari  proses  penghalusan menggunakan blender adalah menghancurkan sel-sel yang ada sehingga senyawa
yang terkandung dalam sel mampu terlarut dalam pelarut. Ekstraksi  dilakukan  dengan  metode  maserasi,  yakni  dengan  cara
merendam  dengan pelarut etil  asetat.  Kandungan dari buah tomat  yang memiliki efek  antioksidan  cukup  tinggi  adalah  likopen  dan  ß-karoten.  Likopen  dan  ß-
karoten adalah senyawa bersifat non polar sehingga digunakan perlarut non polar dalam  ekstraksi.  Buah  tomat  dikenal  sebagai  salah  satu  sumber  utama  likopen,
sebesar 8,8-42 μg  gram buah tomat segar Rao dan Rao, 2007.
Proses  ekstraksi  dilanjutkan  dengan  penguapan  pelarut  menggunakan vacuum  rotary  evaporator
yang  dengan  tekanan  rendah  untuk  mempercepat proses  penguapan.  Suhu  pada  saat  penguapan  dijaga  agar  tidak  melebihi  60
o
C. Likopen  sendiri  dapat  mengalami  proses  oksidasi  dan    fotodegradasi.  Likopen
juga  dapat  mengalami  reaksi  isomerisasi  akibat  pengaruh  dari  energi  cahaya maupun  panas  Rao  dan  Rao,  2007.  Pada  suhu  di  atas  60
o
C,  maka  senyawa